Part 18 : Feet

873 68 12
                                    

Daddy Harry & Baby Olivia On Mulmed! ❤

Typo Everywhere!!
----------------------------------

-Harry Pov-

Seperti biasa, aku kembali pada aktifitasku. Kekantor dengan membawa anak-anak sementara aku bekerja, anak-anak sibuk belajar bersama Neels. Belakangan ini Olivia jarang terlihat datang kekantor bersama Rebecca, jujur saja. Aku merindukan putri kecilku itu, jadwal padat dan berbagai pertemuan yang harus kuhadiri membuatku tidak bisa berkunjung lagi kerumah Calum walau hanya sekedar mampir. Aku benar-benar sibuk ditambah lagi persiapan pesta ulang tahun yang tinggal menghitung hari itu.

Aku rasa hanya disana aku akan mendapatkan kebebasan, sekarang ini aku juga harus menyusun strategi untuk menemui seorang klien penting dari jerman yang terkenal Sassy. Jadi mau tidak mau, aku harus berlatih bicara dulu agar tak terkena semburan seperti yang rekan pengusaha lainnya katakan padaku.

Salah sedikit saja, maka yakinlah bahwa kau akan mendapatkan siraman rohani tentang bagaimana cara bicara yang baik, dan bla bla bla...inilah yang kubenci dengan berbisnis bersama perempuan, menyebalkan!

Suara tangisan Aaron membuatku yang tadinya fokus pada berkas kini beralih menatap Aaron yang menangis sambil memegang pipinya sedangkan Neels mendekap erat Emily yang berontak.

"Ada apa Aaron? Emily kau juga kenapa?" tanyaku kesal lantaran mereka mengganggu konsentrasiku.

"Dad...mily...mily memukul Aaron" aku mendelik menatap putri beringgasku itu, entah sejak kapan Emilyku yang lembut malah berubah menjadi beringgas dan ganas seperti itu.

Aku menghela nafas dan menghampiri Emily yang masih berontak dan berjongkok didepannya.

"Emily...jangan seperti itu sayang, kau tidak boleh memukul kakakmu. Bukankah kau seorang gadis? Seorang gadis tidak boleh kasar sayang" ujarku lembut sambil meraih lengannya yang kini sudah melemah, aku memutar bokongku pada Aaron yang masih menangis walau tak terisak lagi.

"Aaron, bisa jelaskan? Kenapa Emily bisa menonjokmu seperti itu?"

"Emily marah karena nilaiku lebih bagus, tapi itukan nilai yang diberi Aunty Neels. Seharusnya Emily menonjok Aunty Neels karena dia yang memberikan aku nilai" cicitnya, lagi-lagi aku menggeleng mendengarnya. Hanya karena itu? Yang benar saja!

"Sekarang berbaikan! Kalian akan Daddy kurung diruangan Daddy jika kalian masih bertengkar nantinya" ujarku, dengan enggan Emily melepas pelukanku dan menyodorkan tangannya pada Aaron.

"Maafkanaku" ucapnya secepat kilat bahkan gaya bicaranya sekarang hampir mirip dengan Liam.

"Yang ikh.las," titahku padanya, aku tidak bisa membiarkannya seperti ini terus. Dia anak gadis dan dia seharusnya bersikap lembut. Bukan ketus seperti itu apalagi Aaron adalah kakaknya sendiri, bagaimana jika dia besar nanti? Apa dia akan menonjok orang jika tangannya dipegang?

"Maafkan aku Aaron" aku tersenyum kecil saat mendengar suaranya yang melembut dan tak lagi ketus itu, setelah mereka kembali berbaikan. Aku kembali duduk dikursi milikku dan kembali pada aktifitasku sebelumnya.

Suara interkom diataa meja ku berbunyi dan suara David terdengar bahwa ia menyuruhku bersiap-siap untuk menemui klien yang kubilang tadi, yaitu Mrs. Sorensen.

One Last Time 2🇬🇧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang