Part 12 - Menjauh?

879 69 24
                                    

Rebecca P.o.v

Aku terbangun saat sinar matahari yang hangat menerpa wajahku, saat aku hendak bergerak. Aku merasakan sesuatu yang berat diperutku membuatku melirik kearah perutku. Tangan Harry.

Tiba-tiba kejadian semalam berputar didalam otakku, bagaimana bisa aku begitu bodoh dengan lupa mengunci pintu saat sedang mengganti pakaian? Rasa jijik pun menghampiri diriku.

Aku merasa jijik pada diriku sendiri karena melakukan itu dengan pria yang berstatus boss ku, memang dia yang memaksaku namun tetap saja aku jijik pada diriku yang menikmati permainannya bahkan mendesah untuknya.

Air mataku lolos begitu saja, mengapa ini bisa terjadi.
"Hey? Kenapa kau menangis?" suara itu membuat tangisanku semakin kencang, kenapa aku menangis? Tentu saja karena jijik?! Aku jijik pada diriku yang begitu murahan. Aku jijik pada diriku yang merespon sentuhannya. Aku-aku merasa seperti seorang jalang.

Yeah! Sekarang aku bisa disebut jalang.

"Kumohon jangan menangis Rebecca, maaf soal semalam. Aku janji tak akan mengulangnya lagi"

Aku menggeleng dan memunggunginya, entah kenapa aku seperti ini. Kenapa rasanya begitu sakit? Semalam itu bisa dikatakan pemerkosaan-kan? Sial!

Harry berulang kali meminta maaf padaku dan aku dapat mendengar nada penyesalan yang dalam disana, aku masih diam dan memilih menutupi diriku dengan selimut tebal yang ada diatasku. Menyembunyikan tubuhku didalam kehangatan itu.

🍁🍁🍁

Author P.O.V

Harry menggeram frustasi sambil memunguti pakaiannya dilantai, dia kesal pada Rebecca yang tak mau mengeluarkan suara selain isak tangis. Wanita itu bahkan tak mau merespon ucapan maaf Harry yang tulus.

Hingga membuat Harry merutuki nafsu sialannya, merutuki bagaimana dirinya menjadi tak terkontrol. Dasar pria kesepian, umpatnya pada dirinya sendiri.

"Becca?" panggilnya lembut, jarinya menyentuh pundak telanjang Rebecca. Masih tak ada respon. Harry tahu betul bahwa wanita itu tidak kembali tidur.

"Aku pergi, maaf tentang kejadian semalam. Lupakan jika kau mau melupakannya, sekali lagi maafkan aku." sebuah kecupan ditanamkan pada kening Rebecca.

"Aku mencintaimu"

Ucapan Harry membuat tubuh Rebecca menegang, jantungnya berdetak dengan kencang. Bahkan detakannya hampir sama cepatnya seperti aktifitas mereka semalam.

Rebecca ingin berbalik dan menahan pria itu namun tubuhnya seolah melarang, tubuhnya tak bergerak sama sekali sampai akhirnya Harry meninggalkan kamar itu.

Harry memejamkan matanya frustasi dengan menyandar pada pembatas pintu kamar Rebecca, ia akui semalam itu indah. Namun sungguh, setan dan nafsu sialannya sulit dikendalikan.

"Fuck!"

"Fuck? Apa itu Dad?" Harry menatap Emily yang kini berdiri dengan tatapan bingung, boneka beruang pink berada dalam pelukannya.

"Bukan, apa-apa sayang. Aaron sudah bangun?" tanyanya, Emily mengangguk. Harry pun menyuruh Emily memanggil Aaron sedangkan dia akan menunggu dimobil.

Ponsel Harry berdenting, pesan masuk dari Anne.

From:Mommy

One Last Time 2🇬🇧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang