"Kau?!"
Harry menatap tak percaya pada orang didepannya, begitu pun dengan orang itu.
"Rebecca, right?" Harry berbasa basi saat melihat Rebecca didepannya padahal dia sudah tahu jika memang itu Rebecca.
"Yeah, bukan kah kau pria 2 anak di Mall itu?" Rebecca bertanya antusias dan dijawab anggukan mantap oleh Harry.
Harry mempersilahkan Rebecca untuk duduk didepannya dan memulai wawancaranya, Harry juga beberapa kali mempertanyakan masalah pribadi Rebecca hingga dia memiliki sedikit informasi tentang wanita itu.
"Baiklah, kau diterima disini. Soal jabatanmu kau bisa menanyakannya pada sekertarisku yang duduk diluar itu" ucap Harry seraya menutup acara wawancaranya itu, Rebecca berterima kasih lalu pamit untuk pergi.
Dalam hati Harry meloncat-loncat karena bisa melihat Rebecca lagi, entahlah apa yang terjadi pada dirinya. Sesuatu dalam dirinya merasa begitu bahagia saat menatap mata biru itu, sesuatu dalam dirinya bergetar saat mendengar suaranya. Terlebih lagi dia merasa seolah disengat listrik bertekanan tinggi saat berjabat tangan dengan Rebecca.
Sebuah getaran yang dulu dirasakannya kini kembali lagi...
David tiba-tiba masuk dengan wajah pucatnya, keringat membanjiri keningnya hingga membuat Harry bingung.
"Ada apa David?" tanya Harry bingung.
David segera duduk didepan Harry dengan ketakutan.
"Aku melihat hantu istrimu Harry! Ya tuhan, kenapa istrimu baru gentayangan sekarang?!" David memekik ketakutan, dia terkejut melihat keberadaan Rebecca yang begitu mirip dengan Tifanny."Apa maksudmu David! Jangan mengada-ngada, istriku tidak gentayangan" desis Harry.
"Sungguh Harry, aku serius. Dia memakai rok pensil hitam dan kemeja biru laut dan...."
"Menanyakan dibagian mana dia ditempatkan? Begitu? Dia bukan hantu David!" Harry memukul kepala David dengan gulungan map.
"La-lalu?"
"Dia salah satu pelamar kita, namanya Rebecca Hood. Ya aku tahu dia sangat mirip dengan Tifanny dan..."
"Bukankah itu mencurigakan Harry?" David memotong ucapan Harry, kini matanya memicing memikirkan hal itu, wajah yang sama namun dengan nama berbeda.
"Apanya?" Harry menatap David bingung.
"Begini, tidak mungkin ada orang dengan muka yang sama. Walau pun ada pastinya ada sedikit perbedaan Harry, sedangkan ini? Dia sama sekali tak ada perbedaannya dengan istrimu" Harry memejamkan matanya mencoba membedakan wajah Tifanny dan Rebecca, untung saja tadi saat Rebecca menulis dia sempat memperhatikan Rebecca dengan seksama.
"Apa dulu, mayat Tifanny yang hancur itu diperiksa atau otopsi?" David menatap Harry penuh harap.
Harry kembali mengingat, dia memang dulu tak ingin istrinya diotopsi atau apapun itu yang berbau penyelidikan. Mayatnya langsung dikuburkan tanpa adanya pemeriksaan-pemeriksaan itu.
"Tidak, aku melarang mereka untuk menyentuh istriku" David mengumpat hebat saat mendengar jawaban Harry, bagaimana bisa istrinya yang telah menjadi mayat hangus bahkan tidak boleh disentuh oleh siapapun?!
"Bagaimana jika Tifanny....selamat?" Harry menatap David setelah David melontarkan jawaban itu.
"Sudahlah David, jelas-jelas mayat hangus yang ditemukan ada 2 orang dan itu sudah jelas bahwa...."
"Bagaimana kau tahu jumlah orang didalamnya? Bisa saja kan mereka tidak hanya berdua" Harry terdiam setelah mendengar itu, memang dia tidak tahu berapa jumlah sebenarnya orang yang ada didalam mobil Lily saat itu. Namun dia yakin Tifanny telah meninggal, mayat itu berperut buncit.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Last Time 2🇬🇧
Fanfiction[Book 2] Kepergiannya sungguh merubah hari-hariku, bukan hanya aku. namun juga putra kami. dimana Aaron yang dulu hanya sering menyebut namaku kini selalu menyebut nama ibunya. kami merindukannya. sangat!