Part 5 - Kekerasan

906 89 33
                                    

Author P.O.V

Rebecca duduk disofa sambil matanya fokus pada file-file yang ada didepannya untuk dirapikan isinya, yaitu mengetik ulang dengan cara yang lebih rapih. Sebenarnya ini bukan karena Harry kesulitan untuk mengerjakannya sendiri namun dia merasa lebih bersemangat saat melihat Rebecca disekitarnya. Maka dari itu dia sengaja menahan Rebecca dengan alibi 'mengerjakan file' itu.

Saat Rebecca fokus mengerjakannya, Harry malah fokus menatapi wajah serius Rebecca. Bahkan file yang dikerjakannya tadi pun sudah dia abaikan hanya karena ingin melihat wajah cantik itu.

"Aku harus mempertimbangkan perkataan David, mungkin itu benar?" gumamnya.

-------------------------------------------

3 jam Rebecca habiskan untuk mengerjakan 2 map berisi file-file penting itu, masih ada 9 atau 11 map lagi. Sungguh dia lelah, jari-jarinya terasa keram karena terlalu banyak mengetik. Ditambah lagi satu map itu berisi puluhan lembar kertas yang kata-katanya tidak rapi sama sekali.

Sebuah gelas yang diletakkan didepannya membuatnya terkejut, dia mendongak dan mendapati Harry tersenyum padanya.

"Minumlah, aku tahu kau lelah" Harry menempatkan bokongnya dan duduk disamping Rebecca.

"Terimakasih Tu..-"

"Cukup Harry saja" ucapnya membuat Rebecca mengangguk. Mereka duduk diantara keheningan, Harry sibuk dengan pikirannya tentang wanita disampingnya. Dia bingung mengapa pikirannya dipenuhi oleh wajah Rabecca? Sedangkan Rebecca. Dia sibuk mengatur nafasnya, nafasnya seolah tercekat saat berdekatan dengan Harry.

Beberapa menit hening, Rebecca memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya. Dia harus menyelesaikannya dengan cepat. Harry pun kembali kekursinya dan juga mulai mengerjakan tugasnya. Sebenarnya itu bukanlah tugasnya namun tugas David. Namun dia kasihan pada sekertarisnya itu, ini terlalu banyak untuk dikerjakan.

Sore itu berganti menjadi malam, didalam ruangan itu kini ada David dan Ivan. Mereka ikut membantu juga. Rebecca dengan sangat fokus dan tak menyadari tatapan ke-3 pria itu fokus pada dirinya.

"Apa kau yakin bahwa dia Tifanny?" bisik Harry pada Ivan.

"Kurasa, kita bisa melakukan serangkaian tes untuknya. Aku bicara pada Samuel tadi, dia bilang. Ingatan seseorang bisa saja kembali saat kita mencoba menyuruhnya mengingat sedikit masa lalunya, tapi kurasa itu juga sedikit berbahaya. Setidaknya itu yang kulihat difilm." gumamnya.

Sebuah kertas tebal mendarat dikepalanya.
"Ini kehidupan nyata! Jadi berhentilah menggunakan apa yang kau lihat dalam film karena semua yang ada didalamnya hanyalah omong kosong." desis David sambil melotot tajam membuat Ivan memutar bola matanya.

Rebecca mendongak melihat 3 pria itu tengah berbisik-bisik membuat Rebecca bingung, dia melirik jam dinding dan memekik kaget saat jam sudah menunjukkan pukul 7 malam.

"Ada apa? Mengapa kau memekik?" tanya David.

"Aku melupakan anakku, boleh aku pulang Mr? Aku tak--"

"Aku akan mengantarmu, ayo"

"Tap..-"

"Tidak ada penolakan"

Harry berjalan mengambil kunci mobilnya meninggalkan 2 manusia yang tercengang akan aksi Harry yang terbilang terburu-buru, Rebecca berjalan pela dibelakang Harry. Dia bingung dengan apa yang dirasakannya sekarang. Dia merasa begitu senang saat Harry memaksa untuk mengantarnya namun beberapa saat setelahnya dia merutuki dirinya. Harry adalah bossnya dan dia tak boleh terbawa akan perasaan. Ini adalah salah.

Harry melajukan mobilnya setelah menerima dimana alamat tempat tinggal Rebecca, didalam mobil hanya Harry yang berusaha memecahkan keheningan. Rebecca merasa canggung jika ia yang mengajak Harry mengobrol. Itu sedikit tak sopan mengingat dia hanya pegawainya dan juga seorang wanita.

One Last Time 2🇬🇧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang