Typo Everywhere!
-------------------------------Harry Pov-
Setelah meninggalkan David di lift, aku langsung menuju keruanganku. Aku benar-benar geli padanya, walaupun dia tak menatapku atau pun apapun itu tapi tetap saja. Aku merasa geli melihatnya mengingat dia seorang gay yang baru taubat beberapa bulan sedangkan sekarang kembali kambuh lagi.
Senyumku mengembang saat melihat Aaron dan Emily kembali bermain seperti biasa, kulirik Neels yang sama sekali belum menyadari kedatanganku karena sedari tadi saat aku sampai, pintu ruangan itu memang terbuka lebar.
Ada yang berbeda saat ia menatap Aaron dan Emily, tatapannya seolah ia menyiratkan kerinduan pada kurcaci kecil yang berada didepannya. Tatapan lembut yang sering kulihat pada mata Tifanny dulu, jujur saja. Aku masih penasaran pada Neels, benarkah dia kakak Niall yang selama ini menghilang? Tapi tidak mungkin bukan jika ia orang yang berbeda.
"Daddy!" sorakan itu membuatku menatap Emily yang berlari kearahku dengan merentangkan tangannya, aku berjongkok dan dia melompat kedalam pelukanku. Baru beberapa jam saja aku sudah sangat merindukan kurcaci beringgas ini.
"Hey, apa kau sudah pintar?" tanyaku seraya mengecup pipinya dan berjalan menuju mejaku.
"Tentu Daddy! Aunty mengajariku dan aku sudah lebih pintar dari pada Aaron--"
"Aku lebih pintar!" potong Aaron tak terima.
"Aku. Lebih. Pintar! Jangan bicara lagi atau aku akan menonjokmu!" bentakan Emily yang penuh penekanan membuatku melotot menatapnya, ada apa dengan gadis kecil ini? Aku rasa selama ini aku tak pernah melepasnya pada orang lain lalu bagaimana bisa dia berbicara dengan kasar seperti itu? Aku bahkan tidak pernah mengumpat didepannya atau melakukan hal-hal kasar didepan anak-anakku.
"Emily putri cantik Dad yang tersayang, siapa yang mengajari dirimu berbicara seperti itu sayang? Bukankah Daddy sudah bilang. Bahwa hal seperti itu tidak baik anakku tercintaaaaa"
"Tapi Aaron menyebalkan Dad!" aku menatapnya dengan gemas, rasanya aku ingin menggigit pipi gembulnya itu saat melihatnya menggembungkan pipinya sambil merajuk dengan melipat tangan didadanya.
"Tapi itu tidak sopan sayang"
"Whatever" lagi-lagi aku menatapnya tak percaya, ada apa dengan kurcaci kecil ini? Mengapa dia begitu sinis?!
Aku menghela nafas berusaha mengontrol emosiku yang entah kenapa tiba-tiba naik saat melihat sikap Emily, aku berusaha keras agar tidak membentak gadis kecilku.
-----------------------Hari yang kutunggu tiba, malam ini pesta perayaan ulang tahun perusahaan akan berlangsung beberapa jam lagi. Aku sudah mengatur semuanya agar nanti dapat menyatakan perasaanku pada Rebecca dan membuatnya jatuh cinta padaku untuk yang kedua kalinya.
Aku harap rencana yang sudah kusiapkan bersama Zayn dan Liam akan berlangsung dengan lancar, bagaimana pun aku tidak bisa tenang sebelum dia menjadi milikku seutuhnya.
"Well, kau sudah tampan Harry" aku tersenyum kecil membalas pujian Zayn.
Aku sekali lagi mengecek penampilanku pada cermin besar didepanku, sudah rapih, sudah tampan, sudah wangi. Jika boleh kukatakan. Malam ini penampilanku sempurna. Sangat-sangat sempurna, bahkan aku yakin. Akulah yang akan mendapatkan predikat ter atas pria tertampan...tentu saja itu hanya diperusahaanku, akulah yang mendapat predikat itu.
"Liam, Niall dan Louis sudah tiba disana. Sebaiknya kau lebih cepat Harry. Aku bahkan sudah bosan menunggumu disini, kau sudah berdiri disana hampir 2 jam hanya untuk berbincang dengan kaca. Kenapa kau malah mengikuti kebiasaanku?" aku hanya menyengir mendengar gerutuan Zayn dibelakangku karena memang benar aku sudah berdiri disini berjam-jam bahkan sampai berbicara sendiri dengan pantulanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Last Time 2🇬🇧
Fanfiction[Book 2] Kepergiannya sungguh merubah hari-hariku, bukan hanya aku. namun juga putra kami. dimana Aaron yang dulu hanya sering menyebut namaku kini selalu menyebut nama ibunya. kami merindukannya. sangat!