"Awwww!!"
Harry langsung melepaskan ciumannya pada Rebecca, ia dan Rebecca menoleh kearah pintu. Harry mengerutkan kening-nya saat melihat gadis dengan kulit kecoklatan dengan rambut yang diikat tinggi.
"Aku tak lihat apapun, silahkan lanjutkan" gadis itu langsung memutar kembali tubuhnya membuat Rebecca segera menggeser duduknya saat menyadari jaraknya dan Harry yang sangat dekat.
"Jangan berlebihan Ari, kemarilah" panggil Rebecca, gadis itu segera jalan menuju sofa lagi-lagi dia memekik saat melihat Harry hanya menggunakan boxer ketat.
Harry segera meraih bantal sofa dan menutupi selangkangannya dengan kaki yang bersila diatas sofa.
"Dia siapa?" bisik Harry.
"Ariana, dia temanku"
Ariana terus berceloteh tantang hari-harinya yang menurut Harry membosankan hingga membuatnya jengah, tentu saja! Harry lebih menyukai hal-hal menyenangkan yang sering dilakukan pria. Kalian pasti tahu itu.
Dia terus mengamati bibir Ariana yang terus saja bergerak dan hanya berhenti kurang lebih 2 detik lalu kembali berceloteh, dalam hati ia bertanya-tanya. Dari mana Rebecca mendapatkan teman sebegitu cerewetnya seperti Ariana?
Setelah setengah jam Ariana disana ia pamit pulang, Harry sekarang dapat bernafas lega karena Ariana sudah pergi.
"Kenapa dia sangat cerewet?" tanya Harry pada Rebecca membuat wanita itu terkekeh.
"Entahlah, dia orang yang membantuku merawat Olivia dulu. Dia sahabatku" ucapnya sambil tersenyum, menerawang saat dimana ia dan Ariana melakukan hal konyol saat mengasuh Olivia. Rebecca terkekeh saat mengingat dulu Ariana sempat tersandung sampai akhirnya pipi kirinya berlumuran dengan poop Olivia yang ada dipopok anak itu.
"Anakku diasuh oleh gadis cerewet itu? Hmm, sepertinya aku harus berterima kasih" batinnya.
----------------------------------
Harry menatap langit-langit kamar Rebecca, kini ia tengah berbaring dilantai dengan selimut ditubuhnya. Yaa. Dia tidur dilantai kamar Rebecca karena Calum tak membiarkan Harry untuk masuk kedalam kamarnya, Calum sudah men-cap Harry sebagai orang yang tak boleh menginjak lokasi kamarnya karena dia menyebalkan. Terutama dia masih menyimpan dendam pada Harry karena merusak pagarnya dan juga menertawakannya saat ia jatuh tadi, kekanakan memang namun dia sungguh sangat kesal pada pria kriting bermata hijau itu.
Harry menoleh pada ranjang yang ada disampingnya.
"Apa dia sudah tidur?" gumamnya mengingat ini sudah pukul 12 malam."Becca?" panggilnya pelan, suara ranjang bergerak dan tak lama kepala Rebecca muncul diatas Harry membuat pria itu sempat terkejut karena rambut panjang Rebecca yang menjuntai layaknya hantu dalam film.
"Aku tidak bisa tidur" gumam Harry.
"Aku juga" balas Rebecca
"Kau ada film? Kita bisa menonton sampai mengantuk" usul Harry, Rebecca mengangguk lalu segera bangkit dan keluar bersama Harry.
Mereka turun keruang tamu, karena memang TV nya berada diruang tamu mengingat rumah ini tak cukup besar untuk memiliki ruang keluarga atau pun ruangan lainnya seperti yang ada dirumah Harry dulu.
Mereka duduk lantai dengan selimut tebal diantara mereka, Rebecca sudah menyiapkan cola dan juga popcorn untuk mengganjal perut mereka nantinya. Mereka memutuskan untuk menonton film yang baru saja dibeli Calum beberapa hari lalu.
"Ini horror?" tanya Rebecca sedikit takut saat melihat cover kaset itu.
"Entahlah, ini tentang mitologi atau apalah. Sedikit action juga. Tapi ini tidak seru" gerutunya, karena dia sudah pernah menonton film itu sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Last Time 2🇬🇧
Fanfiction[Book 2] Kepergiannya sungguh merubah hari-hariku, bukan hanya aku. namun juga putra kami. dimana Aaron yang dulu hanya sering menyebut namaku kini selalu menyebut nama ibunya. kami merindukannya. sangat!