Lagi-lagi Harry mendengus saat mendengar suara milik Ariana dipagi hari, kenapa harus datang dipagi hari seperti ini?! Gadis itu telah merusak mood baik Harry dipagi hari. Bukannya apa, dia hanya malas mendengar cara bicaranya yang begitu cepat hingga membuatnya kadang bingung dengan apa yang dikatakan gadis itu.
"Hay Harry" sapanya riang sambil mendudukkan bokong-nya disamping Harry, Harry mendengus kesal. Dia sudah berharap bahwa Rebecca akan duduk disamping-nya namun yang ada malah gadis cerewet disampingnya yang duduk.
"Hay" balasnya cuek.
---------------------------------------
Setelah sarapan, Harry dengan terpaksa harus segera pulang untuk menyiapkan dirinya dan anak-anak. Dia sudah menyuruh Rebecca untuk menunggu-nya karena Harry akan berangkat bersamanya. Lumayan untuk pendekatan katanya.
Langkah Harry terhenti saat melihat Aurbey didepan pintu apartment-nya sedangkan Emily dan Aaron langsung bersembunyi dibalik Harry, kedua anak itu masih takut dengan Aurbey.
Matanya menajam menatap Aurbey yang ternyata masih mempunyai wajah untuk menemuinya setelah apa yang dilakukannya kepada anak-nya, Harry menggenggam kedua tangan anaknya dan membawa kedua anaknya didepannya sementara ia sibuk membuka pintu apartment mengabaikan tatapan memelas dari Aurbey.
"Harry maafkan aku..-"
"Pergilah, kau membuat anak-anakku ketakutan" ucapnya dingin, dia langsung membanting pintu setelah masuk kedalam apartment.
"Kalian harus mandi, Daddy akan kekamar untuk siap-siap. Jangan lupa masukkan buku dalam tas, hari ini Aunty Neels akan mengajar kalian lagi" Harry melenggang memasuki kamarnya dan mulai menyiapkan dirinya sendiri.
Sebenarnya dia tak ingin datang kekantor setelah melihat Aurbey karena ia yakin Aurbey akan mengikuti-nya ke kantor, tapi dia sudah menyuruh Rebecca menunggu bukan? Tidak mungkin dia membatalkan janji-nya untuk menjemput Rebecca dan juga Olivia hanya karena Aurbey.
"Dad, kami sudah siap" suara Aaron membuat Harry menoleh, dia menyuruh Aaron dan Emily menunggu diruang tamu sedang dirinya hanya tinggal merapikan dasi dilehernya. Mengecek kembali penampilannya yang sering ia bangga-banggakan sendiri.
"Ah, sudah tampan. Suami-mu datang Rebecca." gumamnya diiringi kekehan geli akibat kata-katanya sendiri, ia meraih tas dan mengajak anak-anaknya keluar.
"Ayo, kita berangkat." ajak Harry.
Dimobil mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing, Aaron mengeja huruf yang ada dibuku-nya sedangkan Emily seperti biasanya. Menyanyi mengikuti lagu yang diputar radio.
"...perfect tonight" Harry tersenyum kecil mendengar Emily berhasil menyanyikan lagu Perfect sampai habis.
Seketika sebuah ide muncul dalam benaknya, 2 minggu lagi adalah acara ulang tahun perusahaan yang ke 27 tahun. Dia bisa mendekati Rebecca disana sambil berdansa. Ah! Ide yang luar biasa cemerlang.
Sampai dirumah Rebecca, dia melihat Rebecca berdiri dengan Olivia disampingnya. Dia membunyikan klakson membuat Rebecca segera berjalan kearah mobil hitam milik Harry.
"Maaf lama" Harry tersenyum hangat pada Rebecca, wanita itu mengangguk dan mengatakan tak apa-apa.
Emily bernyanyi dan tentu-nya ditemani oleh Olivia, keduanya bersenang-senang dan membuat Aaron sedikit kesal karena usaha-nya untuk belajar malah lebih terganggu oleh kedua manusia itu. Tadi Emily sekarang Emily dan Olivia.
Harry dan Rebecca hanya saling berdiaman, suasana canggung menyelimuti mereka. Saat sampai dikantor, lagi-lagi Rebecca menjadi bahan bisik-bisik para karyawan karena ia datang bersama Harry. Boss mereka yang dikatakan cuek dan malas dekat dengan wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Last Time 2🇬🇧
Fanfiction[Book 2] Kepergiannya sungguh merubah hari-hariku, bukan hanya aku. namun juga putra kami. dimana Aaron yang dulu hanya sering menyebut namaku kini selalu menyebut nama ibunya. kami merindukannya. sangat!