Ternyata benar dugaan Dela, Ayah Ditya tidak datang sendirian. Ayah Ditya datang bersama dengan istrinya, Ditya, dan adik Ditya. Dela sebenarnya semangat dengan kehadiran tamu keluarga Ditya. Tapi, mengingat kejadian kemarin membuatnya agak canggung untuk bertemu dengan Ditya. Padahal dia sendiri juga tidak tau, apakah saat itu Ditya melihatnya apa tidak.
"Ditya sudah lama lho nggak main." Ucap Rina, mama Dela.
"Iya, nggak tau itu. Belakangan ini dia emang jarang main. Nggak tau kenapa." Balas Tuti, mama Ditya sambil memandang ke arah Ditya.
"Iya tante, lagi banyak tugas. Jadi nggak sempat main." Sahut Ditya dengan sedikit tersenyum.
Dela merasa senyum Ditya barusan bukan senyum tulus. Tapi, senyum canggung. Ketika bertemu begini, Ditya dan Dela malah saling diam. Padahal biasanya mereka kalau sudah ketemu bisa asik ngobrol sendiri, ketawa sendiri, atau bahkan ribut sendiri.
"Oh iya ini ada sedikit oleh-oleh dari saya." Abas, ayah Ditya memberikan sebungkus plastik kepada Johan, ayah Dela.
"Oh iya terimakasih. Oleh-oleh darimana ini?" Johan menerima bungkusan plastik tersebut.
"Kemarin saya habis tugas di Surabaya selama 2 minggu." Jawab Abas dengan tersenyum.
"Pasti capek ini habis pulang dari luar kota." Rina tertawa kecil.
"Ya sedikit lah. Tapi, saya udah pulang 1 hari yang lalu." Jawab Abas.
Dela memutuskan untuk meninggalkan ruang tamu daripada harus mendengarkan obrolan antara orangtuanya dan juga orangtua Ditya. Sedangkan dia dan Ditya malah saling diam. Ya, karena mereka berteman sejak awal masuk SMP sampai sekarang, keluarga mereka sudah dekat bagaikan saudara. Apalagi, ketika mengetahui bahwa ternyata ayah Dela adalah teman ayah Ditya semasa SMA dulu.
Kebetulan Dela melihat Daniel sedang bermain game di ruang tengah. Dia pun bergabung dengan Daniel.
"Om Abas udah pulang?" Tanya Daniel, matanya masih fokus pada layar komputer.
"Belum." Jawab Dela singkat, padat, dan jelas. Daniel hanya manggut-manggut menanggapinya.
Dela pun hanya menonton Daniel bermain sambil memakan cemilan yang ada. Tiba-tiba Ditya datang dan duduk di sampingnya.
"Hai, del, kak." Sapa Ditya ramah.
Dela tak merespon. Daniel menoleh, "Hei, lo mau join nggak?"
"Nggak deh kak, mau nemenin Dela jadi penonton." Jawab Ditya sambil tersenyum.
Sama seperti tadi, mereka hanya saling diam. Tak ada obrolan yang terjadi sama sekali.
"Ni kalo lo pengen." Kata Dela sambil menunjuk cemilan di meja.
"Iya." Ditya hanya menganggukkan kepala.
HP Daniel berdering. Dia langsung menghentikan game-nya. Sekilas, dia melihat nama si penelepon.
"Bentar ya, gue angkat telepon dulu." Daniel lalu berjalan pergi meninggalkan Ditya dan Dela.
"Iya kak." Jawab Dela dan Ditya hampir bersamaan.
Hening. Itulah yang terjadi.
"Del." Ditya memulai pembicaraan.
"Hm?" Dela agak malas menanggapinya. Padahal, Ditya tidak salah apapun dengannya, sepertinya.
"Gue mau ngomong sesuatu sama lo." Kata Ditya, nada bicaranya serius.
"Ya, ngomong apa? Dari tadi di telepon lo juga ngomong itu tau." Jawab Dela, kali ini Dela mulai menyimak pembicaraan Ditya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Won't Let Go [Complete]
Teen Fiction#768 dari 44,8 ribu on fiksiremaja (18-03-19) #16 dari 2,13 ribu on secretadmirer (20-03-19) #534 dari 7,17 ribu on acak (09-04-19) "Gue tau, gue terlambat untuk ungkapin ini semua ke lo..." Lalu, Ditya pergi meninggalkan Dela sendirian. Dela bingun...