Disinilah Dela sekarang, duduk di dalam mobil bersama dengan Bobby. Bobby masih sibuk menyetir, sedangkan Dela sibuk memikirkan hal yang tadi diucapkan ayahnya di ruang makan.
"Dela."
"Bobby."
Mereka saling memanggil satu sama lain secara bersamaan. Bobby pun tersenyum canggung, "Lo dulu deh."
Dela keliatan berpikir, ia ingin menanyakan hal ini dari tadi. Namun mengapa rasanya susah sekali?
"Apa bener lo temen masa kecil gue?" Tanya Dela ragu. Bobby tampak terkejut.
'Apa dia mulai ingat?' Batin Bobby.
"Bobby, kok lo malah diam." Gerutu Dela tak suka.
Bobby pun nyengir, "Sorry, iya del seingat gue, lo temen masa kecil gue."
"Tapi kenapa gue nggak ingat sama sekali? Kenapa yang ingat malah ayah gue?" Tanya Dela lagi.
"Lo lupa ya, kata ayah lo, waktu kecil lo amnesia." Jawab Bobby sambil terkekeh.
Dela cukup terkejut mendengar-nya. Benarkah ia pernah amnesia? Dela berusaha mengingat kembali. Dan ya benar, dia ingat ketika dulu mamanya mengatakan bahwa Dela lupa ingatan akibat sebuah kecelakaan.
"Gimana udah ingat?" Tanya Bobby yang merasa bahwa Dela sedang berpikir.
"Ah iya gue ingat." Jawab Dela. "Tapi kalo tentang lo teman masa kecil gue, gue nggak ingat." Lanjut Dela dengan muka yang sedih.
"Tenang aja gue bakal bawa lo ke tempat yang bisa bikin lo ingat gue lagi." Ucap Bobby sambil tersenyum.
10 menit kemudian, mobil Bobby berhenti tepat di depan sebuah TK yang sepertinya letaknya lumayan jauh dari rumah Dela.
"Kok lo bawa gue kesini? Mau ngajakin main perosotan?" Tanya Dela dengan polos ketika mereka berdua telah keluar dari mobil. Bobby mengacak rambut Dela dengan gemas.
Flashback mode on
Seorang anak laki-laki berumur 5 tahun yang kelihatan sangat menggemaskan sedang duduk sendirian di atas ayunan. Tatapannya kosong dan sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Ia pun mulai melihat satu per satu teman-nya yang dijemput oleh orangtua mereka masing-masing.
"Mereka beruntung sekali, orangtua-nya mau menjemput. Tapi, kenapa yang menjemput Bobby selalu sopir ayah?" Gumam Bobby sendirian.
"Bobby, kenapa kamu belum pulang?" Tanya Riska, seorang guru dari TK tersebut. Saat ini Riska sedang berjongkok di hadapan Bobby. Riska mengenal Bobby karena Bobby muridnya di kelas yang paling pendiam.
"Nungguin dijemput sopir ayah." Jawab Bobby dengan lesu.
"Ya sudah, bu guru temani ya." Ucap Riska dengan lembut lalu berdiri di samping Bobby.
Bobby pun hanya menurut. Ia sedih sekali mengapa orang tuanya tidak ada yang pernah menjemputnya? Apakah mereka sesibuk itu? Apa tidak bisa meluangkan waktunya sedikit untuk anak semata wayangnya? Tiba-tiba Bobby menangis. Ia benar-benar sedih kali ini. Masih kecil saja sudah tidak mendapatkan perhatian dari kedua orangtuanya. Riska yang menyadari bahwa Bobby sedang menangis pun langsung mencoba untuk mencoba membuat bocah 5 tahun itu sedikit tenang.
Tiba-tiba HP Riska berdering. Ternyata ada telepon masuk. Ia segera mengangkatnya. Ada keperluan mendadak ternyata. Riska tidak tega jika harus meninggalkan Bobby sendirian apalagi dengan keadaan seperti ini. Lalu, ada seorang anak perempuan yang seumuran dengan Bobby menghampiri Bobby dan Riska.
"Bu guru, kenapa dia menangis?" Tanya anak perempuan tersebut dengan nada yang menggemaskan sambil menunjuk Bobby dengan lolipop yang sedang dipegangnya. Sedangkan yang ditunjuk hanya menunduk karena merasa malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Won't Let Go [Complete]
Novela Juvenil#768 dari 44,8 ribu on fiksiremaja (18-03-19) #16 dari 2,13 ribu on secretadmirer (20-03-19) #534 dari 7,17 ribu on acak (09-04-19) "Gue tau, gue terlambat untuk ungkapin ini semua ke lo..." Lalu, Ditya pergi meninggalkan Dela sendirian. Dela bingun...