Dela sedang serius mengerjakan soal yang sudah menjadi makanannya selama 5 hari ini. Ya, dia sedang menghadapi ujian kenaikan kelas. Ternyata, waktu berlalu begitu cepat. Sebentar lagi, dia akan naik ke kelas 11. Entah kenapa mapel hari ini cukup membuatnya muak. Mapel pertama ia hadapi dengan percaya diri. Mapel kedua ini, ia benar-benar tidak yakin. Memang, ini salah Dela sendiri. Tidak belajar mapel ini, malah sibuk dengan Fisika, mapel pertama yang baru saja ia hadapi tadi.
"Del, lo nomer 3 gimana, bisa nggak?" Tanya Salma dengan berbisik, Salma duduk di bangku belakang Dela.
"Belum, gue nggak paham." Jawab Dela pelan. Dia agak takut jika harus mengobrol seperti ini, karena bangkunya paling depan. Terdengar helaan napas kasar di belakangnya. Mungkin, Salma sedang kesal karena soal yang diberikan susah.
"Ini yang bikin soal siapa sih?" Omel Salma, walaupun dengan suara pelan Dela masih bisa mendengarnya.
"Tanya aja sana sama Adel." Saran Dela.
"Tanya apaan?" Salma tidak paham dengan maksud Dela.
"Jawabanlah." Jawab Dela gemas.
"Gue kira suruh nanyain ke Adel siapa yang bikin soal."
Dela hanya bisa berdecak kesal, "Udah sana lo tanya jawabannya."
"Lo aja sana." Balas Salma.
Dela menyandarkan kepalanya ke meja dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah Salma yang ada di belakangnya.
"Kan lo yang deket." Jawab Dela kesal.
"Gue lagi sibuk ngerjain nih, masih sampe nomor 9." Jawab Salma sambil terus menulis.
Dela pun menghela napas panjang, kembali duduk dengan tegap. Dia menyobek sedikit kertas buram sisa ulangan fisika tadi. Lalu menuliskan, 'Adel, nomor 3 yang a sama c ya'
Ia lipat kertas tersebut lalu menoleh ke belakang, "Minjem tip-ex dong."
Salma segera memberikan tip-ex nya kepada Dela. Itu sebenarnya cuma akal-akalan Dela. Ia melipat sobekan kertas buram tadi lalu menyertakannya dengan tip-ex Salma.
"Nih, tanyain ke Adel." Dela menyodorkan tip-ex yang dibawahnya terdapat sobekan kertas buram.
Salma langsung paham maksudnya. Salma mengangguk mengerti. Tapi, ia malah sibuk menulis jawaban kembali di kertasnya.
"Oi, cepetan tanyain." Ucap Dela pelan sambil memundurkan kursinya.
"Bentar napa." Jawab Salma cuek.
"Anjir ni anak." Gumam Dela kesal.
Sambil menunggu, Dela memutuskan untuk mencoret-coret kertas buram yang masih tersisa dengan bolpoin birunya.
"Dela." Terdengar suara Salma yang panik.
"Apaan." Jawab Dela cuek.
"Itu kertas lo jatuh." Salma mendorong kursi Dela pelan.
"Kertas yang mana?" Tanya Dela.
"Yang tadi mau lo tanyain ke Adel. Cepetan ambil, di depan papan tulis tuh." Salma berusaha menahan tawanya. Mendengar hal tersebut, Dela menjadi panik. Dela melihat kertasnya terdapat di depan papan tulis, sedangkan di samping papan tulis adalah meja pengawas. Tiba-tiba saja kertas jawaban Dela ikutan jatuh dan tepat berada di depan papan tulis juga.
"Aduh, kertas gue jatuh." Ucap Dela sambil berjalan menuju depan papan tulis dan memungut kertas jawabannya serta sobekan kertas buram tadi. Setelah itu, ia kembali ke tempat duduknya.
"Huft." Dela menghela napas lega lalu ia menoleh ke belakang. Dan bisa ia lihat dengan jelas bahwa Salma masih saja tertawa.
"Sana, tanyain." Kata Dela pelan sambil menyodorkan kertas "terlarang" tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Won't Let Go [Complete]
Jugendliteratur#768 dari 44,8 ribu on fiksiremaja (18-03-19) #16 dari 2,13 ribu on secretadmirer (20-03-19) #534 dari 7,17 ribu on acak (09-04-19) "Gue tau, gue terlambat untuk ungkapin ini semua ke lo..." Lalu, Ditya pergi meninggalkan Dela sendirian. Dela bingun...