Orangtua Arthur memutuskan untuk pindah ke Semarang. Karena Ayah Arthur juga dipindahtugaskan kesana. Sebenarnya saat itu, Arthur ingin ikut orangtuanya. Namun, orangtuanya melarang karena 2 bulan lagi Arthur akan mengikuti UN. Sedangkan Ditya, adik Arthur yang saat itu masih kelas 5 SD juga ikut pindah ke Semarang dengan alasan masih bisa melanjutkan sekolahnya di Semarang melalui home schooling.
"Arthur disini dulu sama om dan tante ya. Nanti kalo Arthur sudah lulus dari SD, ayah akan jemput Arthur. Oke?" Kata Abas, Ayah Arthur untuk menenangkan Arthur yang terus-terusan merengek.
"Tapi kan aku pengen ikut ke Semarang yah. Aku bosen kalo harus di Jakarta terus." Arthur masih tidak terima dengan ucapan ayahnya barusan.
"Kakak tenang aja. Nanti Ditya sama ayah dan mama akan jemput Kak Arthur kalo UN nya udah selesai." Kata Ditya untuk mencoba meyakinkan kakaknya.
"Benar kata adekmu itu Arthur. Kamu nurut ya. Kamu untuk sementara tinggal disini dulu sama om dan tante kamu." Tuti, Mama Arthur juga ikut meyakinkan Arthur. Arthur pun mengikuti apa yang diucapkan oleh keluarganya.
Arthur bahagia sekali hari ini. Karena waktu yang ditunggunya telah tiba. Dia sudah lulus dari SD. Dan sudah tidak sabar untuk dijemput oleh orangtuanya dari Semarang. Namun, harapannya seketika pupus ketika mendengar kabar bahwa orangtuanya masih sibuk dengan pekerjaan yang ada di Semarang. Sehingga tidak ada waktu untuk menjemput Arthur. Arthur pun akhirnya didaftarkan oleh om dan tantenya di SMP Negeri yang ada di Jakarta.
Namun, suatu perubahan terjadi pada Arthur ketika memasuki SMP. Arthur jadi malas dan tidak punya motivasi lagi untuk belajar. Dia pikir, apa gunanya belajar dengan giat namun orangtuanya tidak peduli dengannya? Orangtuanya justru lebih mementingkan pekerjaannya daripada anaknya sendiri. Arthur juga merasa bahwa orangtuanya lebih menyayangi Ditya daripada dirinya. Dirinya benar-benar kacau saat itu.
Pergaulan Arthur sudah menyimpang, dia sering main di malam hari bersama teman-temannya. Terkadang, sampai di rumah ketika sudah dini hari. Entah apa yang dilakukannya di luar sana. Dia juga sering bolos sekolah dan lebih memilih untuk nongkrong di tempat bermain game PS. Akibat ulahnya ini, nilai Arthur anjlok dan dinyatakan tidak naik kelas.
Tentu, hal ini membuat om dan tantenya kecewa. Orangtua Arthur yang saat itu sudah mendengar kabarnya pun langsung murka. Orangtuanya justru malah membanggakan Ditya yang lulus dengan nem yang hampir sempurna. Walaupun orangtuanya hanya membanggakan Ditya dan menjelek-jelekkan Arthur lewat telepon. Tapi, hal itu sudah membuat Arthur cukup muak.
Ketika masa dimana Arthur mengulangi masa kelas 7 nya kembali, teman-temannya yang dahulu sering main bersama dia pun menghilang satu persatu. Arthur juga bingung, padahal yang menyebabkan dia sepeti ini adalah teman-temannya. Namun, kenapa ketika Arthur sedang berada dalam masalah seperti ini justru teman-temannya malah menghilang? Tapi, Arthur tidak bisa seterusnya menyalahkan teman-temannya. Karena itu juga salahnya sendiri.
"Arthur, tante dan om harap kamu mau berubah ya kayak dulu lagi. Jadi anak yang rajin dan baik. Kasihan orangtua kamu, mereka kecewa melihat kamu kayak gini." Ucap Zahra, tante Arthur dengan lembut.
"Buat apa tante Zahra? Orangtuaku aja nggak perhatian sama sekali sama aku. Mereka malah lebih mentingin pekerjaannya. Dan selalu membanggakan Ditya. Males tau dengernya." Arthur membantah habis-habisan perkataan Zahra barusan.
"Tapi, bukan begini cara kamu membalasnya. Harusnya kamu harus lebih semangat lagi buat belajar. Biar nanti orangtua kamu bangga sama kamu. Apalagi kan orangtua kamu juga sibuk kerja bukan buat diri mereka sendiri. Tapi juga buat kamu dan Ditya." Roni memberi wejangan yang bijak kepada Arthur. Berharap, agar Arthur mau mengubah sikapnya dan kebiasaan buruknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Won't Let Go [Complete]
Ficção Adolescente#768 dari 44,8 ribu on fiksiremaja (18-03-19) #16 dari 2,13 ribu on secretadmirer (20-03-19) #534 dari 7,17 ribu on acak (09-04-19) "Gue tau, gue terlambat untuk ungkapin ini semua ke lo..." Lalu, Ditya pergi meninggalkan Dela sendirian. Dela bingun...