Saat ini cafe dipenuhi oleh para pengunjung yang rata-rata dari kalangan pelajar SMA. Dela dan Ditya segera mencari duduk setelah memesan 2 cappuccino.
"Del, sebenarnya apa yang terjadi sama lo tadi pagi?" Tanya Ditya ketika mereka telah duduk di kursi masing-masing.
"Em, gini sebelumnya gue mau tanya sama lo." Jawab Dela dengan serius.
"Tanya apaan, jangan serius gitu ah. Makin gemes nih gue jadinya." Ucap Ditya sambil mencubit pipi kanan Dela. Dela hanya bisa meringis karena sakit. Ia sudah biasa diperlakukan seperti itu oleh Ditya.
"Apa akhir-akhir ini lo sering dichat sama nomor yang tidak dikenal dan isi chat-nya cuma mojokin gue?" Tanya Dela.
Ditya terkejut mendengarnya. Kenapa Dela bisa tau, padahal ia sudah mencoba untuk menyembunyikan-nya, begitu pikir Ditya.
"Jujur dit, terus kenapa lo juga nggak marah sama gue. Padahal orang itu selalu ngirimin lo, foto kebersamaan gue sama cowok lain." Ucap Dela dengan tegas.
"Karena gue tau, cowok yang sama lo itu pasti cuma temen lo. Dan gue percaya kalo lo nggak ada apa-apa sama dia." Jawab Ditya nggak kalah serius.
Dela tertegun. Sebegitu percaya-nya Ditya terhadap Dela. Dela benar-benar beruntung memiliki pacar seperti Ditya.
"Lagian buat apa gue marah karena hal sepele itu. Gue yakin, lo nggak akan berani main belakang dari gue. Karena gue kan pria paling tampan di galaksi bima sakti." Lanjut Ditya mulai ngawur.
"Ish, apaan coba." Gerutu Dela karena kesal terhadap Ditya yang masih saja bisa menyombongkan diri sendiri.
Ditya pun menjelaskan bahwa memang dari awal ia tidak pernah terpengaruh oleh chat dari nomor yang tidak dikenal tersebut. Karena ia percaya kepada Dela.
"Nah, lo sendiri tadi pagi kenapa?" Tanya Ditya untuk mengakhiri penjelasannya.
Baru saja Dela akan menajawab, tiba-tiba waiterss datang dengan 2 cappucino pesanan Dela dan Ditya. Setelah waitress tersebut pergi, Dela pun mulai menjelaskan kepada Ditya dari awal hingga akhir.
"Nggak nyangka gue, masa temen lo bisa segitunya." Ucap Ditya tak percaya ketika Dela sudah mengakhiri ceritanya.
"Namanya juga cewek dit." Balas Dela lalu menyeruput cappuccino-nya.
"Tapi, lo cewek nggak gitu-gitu amat. Harusnya tuh ya, temen lo bantuin cari pelakunya kek. Malah marah-marah." Ditya agak emosi karena Dela membela Raya.
"Tenangin diri lo dulu dit, yang penting gue udah baikan kok sama dia." Ucap Dela sambil mengelus pundak Ditya pelan.
"Syukurlah kalo gitu." Jawab Ditya sambil manggut-manggut. "Terus sekarang lo belum tau pelakunya?" Lanjut Ditya dengan menaikkan satu alisnya.
Dela menggeleng, "Belum, tapi menurut gue pelakunya anak SMA Hanus dan sekelas sama gue."
"Seandainya gue satu sekolah sama lo pasti gue bisa bantu. Tapi, untuk kali ini gue akan berusaha bantu lo sebisa gue." Jawab Ditya sambil tersenyum.
"Makasih ya dit, maaf ngerepotin." Balas Dela.
"Gue nggak pernah merasa repot."
------------
Pukul 18.30 WIBDitya sudah memencet bel beberapa kali, namun tuan rumah tidak juga membukakan pintu. Ditya tidak mau menyerah. Ia secara terus-menerus memencet bel tersebut tanpa merasa lelah sekalipun.
Ceklek. Pintu terbuka menampakkan wajah Arthur yang kelihatan seperti baru selesai mandi.
"Ada apa dit?" Tanya Arthur sambil mengusap rambutnya menggunakan handuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Won't Let Go [Complete]
Novela Juvenil#768 dari 44,8 ribu on fiksiremaja (18-03-19) #16 dari 2,13 ribu on secretadmirer (20-03-19) #534 dari 7,17 ribu on acak (09-04-19) "Gue tau, gue terlambat untuk ungkapin ini semua ke lo..." Lalu, Ditya pergi meninggalkan Dela sendirian. Dela bingun...