Dela mengintip dari balik jendela kamarnya, awan mendung menutupi cahaya mentari yang seharusnya sudah singgah dari celah-celah korden kamar Dela. Kenapa harus mendung hari ini? Padahal ia berencana untuk pergi bersama Ditya. Jam dinding menunjukkan pukul 9 tepat. Masih ada waktu 1 jam bagi Dela untuk menyiapkan diri. Dela mengecek HP-nya, siapa tau Ditya membatalkan acara perginya. Karena Dela tau bahwa Ditya sangat tidak suka jika ia harus pergi keluar rumah dengan cuaca seperti ini. Tapi, yang ia temukan malah pesan dari nomor yang tidak dikenal kemarin, lagi. Dela rasanya telah muak dengan ini semua. Apa orang tersebut tidak ada kerjaan lain selain menganggu hidup orang? Benar-benar menyebalkan. Seperti biasa, Dela hanya membaca pesan tersebut tanpa membalasnya. Karena hanya membuang-buang waktu saja jika mengurusi orang yang tidak penting.
Ketika jarum jam menunjukkan pukul 09.45, Dela segera keluar dari kamarnya. Turun menuju ruang tengah untuk menunggu Ditya sambil menonton tv.
"Udah rapi gini, mau kemana?" Tanya Daniel yang baru saja mengambil cemilan dari kulkas dapur.
"Main sama Ditya." Jawab Dela sambil mengambil toples dari tangan Daniel yang berisikan biskuit coklat.
"Main ambil aja lo." Daniel mengacak-acak rambut Dela dengan kasar.
"Aish, ini udah rapi kak. Malah berantakan kan." Gerutu Dela sebal sambil membenarkan rambutnya kembali.
"Iya iya yang mau nge-date." Cibir Daniel sambil mendudukkan diri di samping Dela.
"Makanya cari pacar sana." Sahut Dela dengan nada mengejek.
"Cari? Lo kira barang hilang apa?" Tanya Daniel nyolot.
"Selow dong kak, gini nih kalo udah jomblo 2 tahun." Cibir Dela sambil tertawa.
"Ya udah kalo gitu gue nggak jadi nge-restuin lo sama Ditya deh. Nyesel gue kemarin bantuin Ditya." Ucap Daniel dengan memutar bola mata jengah. Dela hanya bisa tertawa mendengarnya.
Bel rumah Dela berbunyi, ia segera berdiri dari duduknya. Pasti itu Ditya, pikir Dela.
"Sini dit masuk dulu." Ucap Dela sambil membukakan pintu bagi Ditya.
"Ditya?" Pekik orang yang ada di hadapan Dela saat ini.
Dela kaget, kenapa bukan Ditya yang datang?
"Lo ngapain ke sini?" Tanya Dela bingung.
"Gue diundang sama kakak lo buat main PS bareng." Jawab Angga santai. "Udah minggir, mana Kak Daniel." Angga menerobos masuk tanpa ijin dari Dela.
"Wah, udah datang ternyata." Daniel menyambut Angga dengan bersalaman ala cowok.
Daniel pun segera mengajak Angga ke ruang tengah, sedangkan Dela memutuskan untuk duduk di ruang tamu sendirian. Karena pasti jika Angga dan Daniel main PS bersama, kondisi ruang tengah tidak akan kondusif. Dela yakin itu. Beberapa menit kemudian, bel rumah berbunyi lagi. Dela segera berjalan menuju pintu.
"Masuk aja kali dit, tau pintunya udah kebuka masih aja pencet bel." Ucap Dela sambil terkekeh. Ditya hanya mengangguk lalu duduk di ruang tamu.
"Bentar ya gue bilang sama ayah dan mama dulu." Pamit Dela. Johan dan Rina sedang bersantai di taman rumah sambil meminum secangkir teh hangat. Dela pun segera menghampiri, meminta ijin kepada kedua orangtuanya dan langsung diperbolehkan. Selesai meminta ijin, Dela melihat Ditya sudah ikutan nimbrung di ruang tengah bersama Daniel dan Angga. Saat ini, Ditya sedang asik teriak sambil bermain game bersama dengan Daniel.
"Dit, ayuk berangkat." Ajak Dela.
"Bentar, ini game-nya masih seru." Ditya menolak halus ajakan Dela. Ya, jika Ditya sudah bertemu dengan dunia game seperti ini. Ia akan lupa segalanya. Dela hanya bisa mendengus kesal, lalu duduk di sebelah Angga yang asik makan cemilan sambil sesekali meneriaki Daniel akibat kebodohan Daniel dalam bermain game.
"Gara-gara lo nih." Gerutu Dela sambil memukul lengan Angga.
"Apaan." Jawab Angga cuek dan berusaha menghindari pukulan Dela yang kedua.
Dela hanya bisa diam. Ia sangat kesal dengan Ditya karena mudah terpengaruh oleh 2 manusia yang laknat tersebut. Dela pun hanya bisa berdoa supaya game yang dimainkan cepat selesai atau kalau bisa listrik-nya mati.
"Udah yuk berangkat." Ajak Ditya sambil tersenyum. Dela senang mendengarnya, ia segera berdiri dan mengambil sling bag yang ia letakkan di atas meja. Baru saja mereka berjalan untuk menuju ruang tamu. Terdengar suara rintikan air hujan dari luar. Sial. Kenapa malah hujan. Dela sibuk menggerutu dalam hati.
"Del hujan, nanti aja ya. Nungguin hujannya reda." Ucap Ditya sambil memelas.
"Ah nyebelin, lo sih malah main game dulu." Gerutu Dela.
"Hujannya deras tuh, masak kita mau hunting photo, malah sakit iya." Balas Ditya untuk meyakinkan Dela yang saat ini sedang cemberut.
Dela akhirnya mengangguk dan berjalan lemas menuju ruang tengah kembali.
"Kalian nggak jadi pergi?" Tanya Daniel yang saat ini sedang asik menyaksikan Angga bermain game.
"Hujan." Jawab Dela singkat lalu duduk di samping kanan Daniel.
"Kak, kok tumben sih nggak ngajakin gue?" Tanya Ditya sambil duduk di samping kiri Daniel.
"Apanya?" Tanya Daniel tidak paham.
"Biasanya kan lo ngajakin gue main PS bareng." Jawab Ditya malas karena otak Daniel yang entah kenapa masih pagi udah lemot.
"Oh, ya kan gue pikir lo mau pergi sama pacar lo itu." Daniel menunjuk Dela dengan dagunya. "Ya udah gue ajakin Angga aja." Lanjut Daniel.
"Lo nggak punya temen ya kak? Sampai ngajakin gue segala." Angga ikutan ngobrol walaupun pandangan-nya tak lepas dari layar TV di depannya.
Daniel menjitak kepala Angga, "Lo ini udah diajakin malah bawel. Temen gue sibuk semua."
------------
Hujan sudah reda dari setengah jam yang lalu. Namun, Angga dan Ditya masih betah di rumah Dela dan Daniel. Setengah jam yang lalu pula mereka berempat mulai bermain monopoli. Entah kenapa walaupun Daniel sudah terbilang dewasa, tapi tingkahnya masih bisa disebut sebagai anak-anak. Namun, permainan menjadi membosankan ketika Daniel ijin untuk memenuhi panggilan alam."Udahan aja deh mainnya, gue udah bosan." Ucap Ditya lesu.
"Gue juga deh." Dela ikut bersuara karena memang ia sudah bosan untuk bermain.
Angga pun hanya menurut. "Eh kalian berdua udah jadian sejak kapan?" Tanya Angga tiba-tiba.
Dela dan Ditya hanya saling melirik satu sama lain. "Kepo lo." Jawab Ditya pada akhirnya. Dela hanya tertawa karena ia sudah menduga Ditya akan menjawab seperti itu. Tiba-tiba Ditya menarik tangan Dela dan mengajaknya untuk berdiri.
"Mau kemana dit?" Tanya Dela bingung.
"Udah ikut aja dulu." Jawab Ditya sambil mengambil kunci motornya yang ia letakkan di atas meja.
"Ijinin Kak Daniel ya, Angga." Ucap Dela sedikit berteriak. Dela titip ijin hanya ke Daniel karena orangtuanya sedang pergi kondangan. Angga hanya mengangguk malas. "Gini nih nasib jomblo." Gumam Angga sok dramatis.
Sedangkan, Dela dan Ditya sudah sampai di teras rumah sekarang. Dela masih bingung dengan Ditya. Sebenarnya mereka mau kemana? Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Ditya langsung mengeluarkan motor-nya dari garasi dan memakai helm-nya.
"Udah buruan naik." Ucap Ditya sambil menyodorkan helm kepada Dela. Dela hanya mengangguk lalu menerima helm tersebut dan memakainya. Ia langsung naik di belakang Ditya.
"Udah dit." Ucap Dela sambil menepuk bahu kanan Ditya. Ditya hanya membalas-nya dengan anggukan lalu menancapkan gas motornya menuju ke suatu tempat.
------------
Author mengucapkan "Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan, tetap semangat ya teman-teman"Jangan lupa vote dan coment😙😙
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Won't Let Go [Complete]
Teen Fiction#768 dari 44,8 ribu on fiksiremaja (18-03-19) #16 dari 2,13 ribu on secretadmirer (20-03-19) #534 dari 7,17 ribu on acak (09-04-19) "Gue tau, gue terlambat untuk ungkapin ini semua ke lo..." Lalu, Ditya pergi meninggalkan Dela sendirian. Dela bingun...