Ditya menjemput Dela tepat pada menit ke 20 Dela menunggu nya.
"Sorry ya lama." Ucap Ditya sambil nyengir lebar.
"Iya." Dela hanya menganggukkan kepalanya sambil mengambil helm yang baru saja disodorkan oleh Ditya.
Di tengah perjalanan, Dela ingin menanyakan sesuatu yang ingin ia tanyakan sejak Ditya memberinya hadiah ulang tahun 2 bulan yang lalu.
"Dit." Kata Dela ketika motor yang mereka naiki berhenti karena lampu traffic light menunjukkan warna merah.
"Kenapa?" Tanya Ditya sambil mengarahkan spion kiri ke arah Dela.
"Apa lo kira gue pacaran sama Arthur?" Tanya Dela to the point.
Ditya diam sejenak, Dela rasa Ditya sedang memikirkan jawaban yang tepat.
"Jujur aja sama gue." Lanjut Dela.
"Iya." Jawab Ditya sambil mengangguk pelan.
"Maksud lo?" Tanya Dela nggak paham.
"Itu tadi gue ngejawab pertanyaan lo." Jawab Ditya dengan gemas.
"Oh." Dela tertawa kecil. Lalu, traffic light menunjukkan warna hijau menandakan agar Dela dan Ditya menghentikan percakapan mereka dulu.
Sesampainya di rumah Dela
"Makasih ya dit." Kata Dela sambil menyerahkan helm kepada Ditya.
"Iya." Jawab Ditya sambil tersenyum.
"Mmm, dit gue boleh jujur?" Tanya Dela dengan agak takut.
"Boleh." Jawab Ditya ragu sambil mengerutkan kening.
"Gue sebenarnya agak nggak suka sama wish lo yang ke-5 waktu gue ultah." Kata Dela ragu.
"Yang mana?" Tanya Ditya bingung.
"Yang intinya lo nganggep kalo gue udah sama cowok lain. Terus lo minta buat jangan lupain lo karena cowok itu." Jawab Dela.
"Emang bener kan? Lo kan udah sama Kak Arthur. Gue jemput lo kayak gini, biar gue bisa jadi sahabat yang baik buat lo sekaligus adik yang baik buat Kak Arthur. Karena dengan begini sama aja gue jagain cewek yang ia sayangi." Ucap Ditya sambil terkekeh.
"Tapi, gue nggak ada apa-apa sama Arthur." Dela agak kesal mendengar Ditya mengucapkan hal seperti itu.
"Udah nggak usah dipikirin. Yang penting lo sekarang bahagia kan sama dia?" Nada bicara Ditya terdengar santai. Dela bingung menjawabnya. Memang benar, ia bahagia bersama Arthur. Namun, ia lebih bahagia bersama Ditya. Walaupun, Ditya memang kadang suka cuek dengannya.
"Udah, jangan pikirin gue. Gue emang pantas buat dapetin cinta bertepuk sebelah tangan ini. Toh, ini salah gue karena terlambat buat ngungkapin semuanya ke lo." Lanjut Ditya, karena Dela tidak segera menjawab pertanyaan nya.
"Gue sayang sama lo, dit." Ucap Dela dengan penekanan di setiap katanya.
"Gue juga." Jawab Ditya dengan tersenyum. "Yang gue tau rasa sayang lo ke gue cukup untuk sebatas sahabat. Sekarang gue lebih baik nggak berharap lebih dari lo." Lanjut Ditya.
Dela hanya terpaku mendengarnya. Sejak kapan Ditya jadi sedramatis ini? Apa patah hati yang menyebabkan semuanya?
"Udah ya, gue pamit." Ucap Ditya sambil tersenyum. Dela pun hanya mengangguk dan melambaikan tangannya ke arah Ditya.
Dela berjalan lesu menuju kamarnya. Sebenarnya siapa disini yang salah? Dela yang kurang peka atau Ditya yang kurang peka?
"Oh, God!" Dela memegang kepalanya menggunakan kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Won't Let Go [Complete]
Teen Fiction#768 dari 44,8 ribu on fiksiremaja (18-03-19) #16 dari 2,13 ribu on secretadmirer (20-03-19) #534 dari 7,17 ribu on acak (09-04-19) "Gue tau, gue terlambat untuk ungkapin ini semua ke lo..." Lalu, Ditya pergi meninggalkan Dela sendirian. Dela bingun...