Sepulang sekolah, Dela segera menghidupkan HP-nya karena ia ingin memesan ojek online saat ini. Rasanya, hari ini ia lelah sekali walaupun tadi ada jam kosong. Ya rasa lelah itu semua berasal dari ulangan kimia dadakan dari Pak Budi. Yang membuat semua murid 11 IPA 3 hampir frustasi.
Dela mengerutkan keningnya, ketika ada pesan masuk dari nomor yang sama seperti tadi siang.
Gw pantau lo, awas kalo makin deket sama Bobby! Beneran gw aduin ke pacar lo atau bahkan gw bisa mempermalukan lo di depan umum. Tunggu tanggal mainnya aja
Apa-apaan ini? Mengapa isi pesan-nya selalu mencemooh dan mengancam Dela? Tapi, Dela tidak merasa takut. Ia malah merasa tertantang ingin mencari siapa pelakunya.
Bawel lo! Nggak takut gue
Setidaknya, Dela masih bisa menahan emosinya dengan tidak mengucapkan kata-kata kasar. Dela pun memutuskan untuk segera memesan ojek online. Karena ia telah lelah berdiri dari tadi di depan gerbang sekolah.
"Dela!" Panggil Raya dari belakang Dela. Yang dipanggil pun segera menoleh.
"Lo nggak pulang ray?" Tanya Dela.
"Iya kali gue nginap disini, gue nanti pulangnya nungguin Adel. Lagi ekskul dia." Jawab Raya sambil terkekeh.
"Oh." Jawab Dela singkat.
"Lo pulang naik ojol?" Tanya Raya sambil mengintip HP Dela.
"Iya, entah kenapa hari ini rasanya capek banget." Jawab Dela.
Dela pun berpamitan kepada Raya karena ojol yang dipesannya sudah datang. Rasanya Dela ingin segera melepas penat ketika sampai di rumah. Mungkin dengan mandi akan membuat tubuhnya kembali segar dan tentu saja ia akan makan. Karena perutnya sekarang sudah sering berbunyi akibat belum diberi asupan dari tadi siang.
------------
Dela sedang menonton tv di ruang tengah sambil memakan cemilan. Ia melihat jam dinding di ruang tengah menunjukkan pukul 19.00 WIB. Sebenarnya Dela masih ada tugas sekolah yang harus dikerjakan. Namun, ia masih malas sekarang. Cemilan yang ia makan telah habis, ya tadi hanya ada setengah toples sebelum Dela memakannya. Hanya. Bagi Dela, cemilan setengah toples belum cukup untuk membuatnya kenyang. Ia pun berjalan menuju dapur, siapa tau ada cemilan lagi yang bisa ia makan.Ketika melewati ruang makan, meja makan telah penuh oleh segala macam hidangan.
"Ma, Dela boleh makan sekarang?" Tanya Dela sambil menghampiri Rina yang sedang sibuk menyiapkan teh hangat.
"Bantu mama dulu, habis ini kita makan sama-sama." Jawab Rina sambil tersenyum kepada Dela.
Dela pun menurut dan segera membantu Rina menyiapkan makan malam. Semua hidangan sudah tertata rapi di atas meja makan sekarang. Selesai makan, Dela sibuk dengan buah apel yang akan menjadi korban kerakusannya sekarang.
"Dela." Panggil Johan sambil geleng-geleng kepala.
"Iya?" Tanya Dela dengan muka seolah-olah tak berdosa.
"Kamu itu nggak punya rasa kenyang ya." Jawab Johan sambil terkekeh.
"Mubazir yah kalo nggak dimakan." Ucap Dela sambil menunjukkan apel yang tinggal setengah.
"Kamu sekelas sama Bobby?" Tanya Johan tiba-tiba.
"Iya yah, emang kenapa?" Tanya Dela sambil menatap bingung ayahnya.
"Nggak apa-apa kok." Jawab Johan sambil tersenyum.
"Kok ayah kenal sama Bobby? Padahal Bobby anak baru lho di SMA Hanus. Baru 2 bulan." Tutur Dela.
Lalu, Johan menjelaskan sesuatu yang membuat Dela kaget. Mengapa Dela bisa sampai lupa dengan hal itu?
------------
Dela berbaring secara terlentang di atas ranjang sambil melihat langit-langit kamarnya yang kosong. Dia masih kepikiran dengan hal yang dijelaskan oleh ayahnya tadi. Apa benar semua yang diucapkan oleh ayahnya itu? Mengapa ia bisa lupa semuanya? Ia ingin segera menanyakan hal ini kepada Bobby, tapi ia masih bingung harus memulai darimana."Ayah ingin kamu bisa menghibur Bobby ketika dia sedang terpuruk. Ayah nggak tega kalo liat dia kesepian seperti dulu. Ayah sudah anggap Bobby seperti anak ayah sendiri. Jadi kamu juga kalau bisa menganggap Bobby sebagai saudara kamu."
Kata-kata tersebut terus terngiang di kepala Dela. Memang sejak kapan ia bisa sepikun ini? Walau ia sering lupa dengan sesuatu, namun ia tak mungkin bisa melupakan masa kecilnya dulu. Masa kecil bersama dengan Bobby yang pendiam dan cengeng, begitu kata ayahnya tadi.
Tiba-tiba HP Dela bergetar, ada panggilan masuk. Ia segera mengambil HP yang ia letakkan di atas nakas. Tertera nama Ditya disana.
"Halo ada apa dit."
"Kemana?"
"Oh oke deh, besok gue tunggu."
"Jam 10?"
"Siap, iya iya. Bawel banget sih, ngalahin gue."
"See you."
Dela menutup telepon tersebut. Lalu, seseorang mengetuk pintu kamarnya dengan tidak sabar.
"Sebentar!" Teriak Dela sambil berjalan menuju pintu.
"Apaan?" Tanya Dela ketika mendapati Daniel yang tengah berdiri di depannya sekarang.
"Kata mama lo dicariin tuh." Jawab Daniel.
"Sama siapa?" Tanya Dela bingung. Ia bosan setiap malam selalu saja ada yang datang ke rumahnya dengan tiba-tiba. Entah itu Raya, Salma, Adel, Arthur atau bahkan Kevin.
"Nggak tau, mama cuma bilang suruh manggilin lo." Jawab Daniel cuek lalu berjalan meninggalkan kamar Dela.
Dengan berat hati, Dela berjalan menuruni anak tangga.
------------
Bobby sudah muak dengan ini semua. Setiap di rumah, bukannya menemukan keharmonisan sebuah keluarga. Namun hanya pertengkaran antara Ridwan dan Diana yang ia temukan. Ya, itu adalah kedua orangtua Bobby. Selalu sumber pertengkaran tersebut adalah masalah pekerjaan. Mama Bobby yang menginginkan harta melimpah tanpa harus bersusah payah bekerja sedangkan Ayah Bobby yang bersikeras membujuk istrinya untuk bekerja dengan alasan agar meringankan sedikit beban."Benci gue tinggal disini. Nggak ada yang mau mengalah satu pun." Gerutu Bobby kesal.
Yang Bobby dengar setiap hari adalah keinginan Diana agar Ridwan korupsi uang perusahaan. Karena Ridwan memegang bagian keuangan di perusahaan-nya. Namun, hal tersebut selalu ditolak mentah-mentah oleh Ridwan. Ia tidak ingin nama baiknya tercoreng dengan perilaku tersebut. Sedangkan, Ridwan selalu memaksa Diana agar mau bekerja. Supaya tidak terus-terusan menyusahkan dan bisa memiliki kesibukan sendiri.
"Kalo kamu merasa kesepian. Kamu bisa datang kesini. Kalo di rumah kamu sedang ada masalah, datang kesini. Ceritakan semua keluh kesah kamu."
Ucapan Johan terus-terusan terngiang di kepala Bobby. Ya, Bobby pernah sekali datang ke rumah Dela karena ada tugas kelompok. Kebetulan, satu kelompok beranggotakan 2 orang dan dipilih secara acak. Saat itu, Bobby satu kelompok dengan Dela. Ketika Dela sedang menyiapkan minuman dan cemilan, Johan menghampiri Bobby dan menanyakan segala hal. Johan tersenyum bahagia ketika mengetahui bahwa ternyata Bobby masih mengingatnya. Namun, Bobby merasa sedih karena keliatannya Dela sudah lupa dengannya. Johan pun menjelaskan bahwa setelah kepindahan Bobby dari Semarang menuju Jakarta. Beberapa bulan kemudian, Dela sekeluarga mengalami kecelakaan yang menyebabkan Dela mengalami amnesia atau lupa ingatan.
------------
Kasihan ya guys si Bobby :(Jangan lupa vote dan coment😙
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Won't Let Go [Complete]
Fiksi Remaja#768 dari 44,8 ribu on fiksiremaja (18-03-19) #16 dari 2,13 ribu on secretadmirer (20-03-19) #534 dari 7,17 ribu on acak (09-04-19) "Gue tau, gue terlambat untuk ungkapin ini semua ke lo..." Lalu, Ditya pergi meninggalkan Dela sendirian. Dela bingun...