🌊 Chapter 3: Cinema

127 3 0
                                    

Nathan menoleh ketika ada seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang. Dilihatnya dua bocah yang ditemuinya beberapa hari yang lalu. Yang satu masih tetap ceria dan yang satu lagi. . . udahlah Nathan malas menjelaskannya.

"sendirian aja nat?" siapa lagi kalau bukan Adit yang bertanya. Dito mah ogah

"nggak, gue nungguin yang lain habis belanja. Ngapain aja lo?"

"oo, gue habis nganterin nih bocah belanja terus mau nonton" tunjuk Adit kearah Dito menggunakan dagunya. Nathan cuma ber-oh saja mendengar penuturan Adit.

"NATHAN!". Yang punya nama mah auto noleh ketika namanya dipanggil kayak lewat toa masjid gitu

"elah biasa aja kalo manggil nyet"

"elo mah udah gue panggil kagak noleh-noleh kadal. Eh ada Adit". Adit cuma menampakkan senyumnya sedangkan makhluk disebelahnya cuma diem tanpa ekspresi

Ini manusia apa robot sih dari tadi gak pernah senyum-Nathan

Akhirnya mereka bersepuluh mengobrol bersama. Entah itu membahas tentang film bahkan sampai kisah cinta teman sekelas mereka yang menggelikan. Ditengah-tengah mereka berbicara tiba-tiba himbauan untuk para penonton film pengabdi jin untuk segera memasuki studio. Dengan otomatis mereka bersepuluh-kek mau tawuran aja banyak banget-memasuki studio dengan tertib. Entah ini sebuah kebetulan atau apa tapi kesepuluh bocah ini berada dalam satu seat yang sama. Urutan duduknya adalah Lify yang berada paling kanan kemudian Risma lalu Aliya, Karin, Via, Marlin, Putri, Nathan, Adit dan terakhir Dito yang berada dipojok kiri.

Namanya juga film horor kan ya pasti ada hantunya dan Nathan paling benci dengan hantu difilm karena menurutnya hantu difilm lebih serem dari pada hantu dikenyataan. Setiap hantunya akan keluar biasanya akan diiringi musik-musik yang mempunyai tempo cepat dan itu yang membuat Nathan ketakutan hingga tangannya mengeluarkan keringat dingin. Seperti saat ini. Ketika hantu dari mendiang ibunya hendak muncul, nathan sudah sangat ketakutan. tangannya mengepal dan mulai mengeluarkan keringat dingin. Namun tiba-tiba tangan dingin nathan merasakan sesuatu yang hangat menggenggam tangannya. Ditolehnya kearah tangannya dan ternyata itu adalah orang disebelah kirinya. Siapa lagi kalau bukan Adit.

Adit sendiri masih fokus melihat film sambil mengunyah popcorn yang berada disebelah kirinya. Ya, tangan kanan sibuk menggenggam tangan Nathan dan tangan yang kiri ia gunakan untuk mengambil popcorn.

"dit" pangil Nathan, yang punya nama pun noleh

"ini apa maksutnya?"tunjuk nathan menggunakan dagunya kearah tangan mereka berdua. Adit menatap mata Nathan lamat-lamat. Walaupun kekurangan penerangan, Adit dapat melihat sorot mata ketakutan dari mata Nathan.

"izinkan gue untuk menggenggam tangan lo sampai film ini selesai. Gue tau lo ketakutan dan butuh sesuatu untuk digenggam, silahkan gunakan tangan gue. Bukannya gue modus atau apa tapi anggap ini adalah bentuk kepedulian gue sebagai teman" ucap Adit lembut. Nathan tampak berpikir, apakah ia harus menerimanya atau tidak

"tapi tangan lo nanti nggak sakit? apalagi tangan lo juga habis patah terus ini belum sembuh sepenuhnya kan? gue kalo ketakutan bisa matahin pensil pake satu tangan doang" . Adit hanya tersenyum tipis.

"toh kalo patah lagi gue bisa kedokter kan? gue gapapa, yang ngerasain sakit itu gue bukan elo". Nathan hanya mendengus lalu kembali fokus kepada filmnya, masih tetap dengan posisi tangannya dan tangan Adit masih saling bertautan.

Akhirnya mereka berdua kembali fokus kearah filmnya. Namun suasanya tentram bagi Nathan tidak berlangsung lama karena adegan waktu hantunya muncul lagi untuk kesekian kalinya. Nathan menggenggam-meremas lebih tepatnya-tangan Adit dengan sangat kuat hingga yang punya tangan meringis kesakitan.

Tsunami ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang