🌊 Chapter 21: Time of our life

34 2 0
                                    

Sorry for typo
Ekstra agak banyak wkwk


10 tahun yang lalu.

Hari ini adalah hari kedua Nathan dan Ara berada disebuah resort yang letaknya di salah satu pulau yang terkenal akan keindahan laut & pantainya. Mereka berdua sekarang tengah asyik bermain istana pasir.

"Eh Nathan aku pinjam sekop kamu dong"

"Iya ini pakai aja", Nathan menyerahkan sekop plastik berwarna abu-abu miliknya ke Ara. Gadis itu dengan riang gembira membangun istana impiannya yang terbuat dari pasir pantai.

"Nathan"

"Iya?"

"Nathan tau nggak?"

"Nggak. Kan Ara belum cerita. Kenapa?"

"Hehehe. Ara tuh pengen jadi princess kayak Cinderella & Aurora. Ara pengen nanti kalo udah besar Ara menikah sama pangeran terus buat istana yang gede banget"

"Ara mau nggak nikah sama Nathan nanti kalau udah besar?"

"Nggak mau"

"Kenapa?"

"Nathan kan bukan pangeran"

"Iya deh hehe. Tapi gapapa nanti Nathan bangunin Ara istana yang besar banget"

"Serius?", Bocah laki-laki tersebut menganggukkan  kepalanya lalu disambut sorakan gembira dari gadis kecil yang ada di sampingnya.

Kedua bocah yang masih menginjak kelas 2 SD tersebut tidak tahu jika itu adalah pertemuan terakhir mereka.

"Eh nathan, kok orang-orang semua lari-lari ya?", Nathan menoleh kearah sekitar dan betul orang-orang berhamburan untuk menyelamatkan diri mereka.

"AYO LARI ARA!", Nathan yang paham duluan dengan situasi dan kondisi saat ini langsung mengajak Ara berlari meninggalkan mainan mereka.

"Ih Nathan mainannya ketinggalan"

"JANGAN ARA", Ara melepaskan genggaman tangan nathan lalu berbalik memunguti mainan mereka yang berserakan. Nathan berlari mengejar Ara yang dibelakangnya ada ombak besar yang siap menelan dirinya dan semua orang yang ada disini"

"Nathan, ini mainannya"

Byurr

Akhirnya sang ombak berhasil menyeret kedua bocah naas tersebut kedalam pelukannya yang dingin.

🌊🌊🌊

"Eum"

Bocah laki-laki tersebut membuka matanya perlahan. Ia tidak tahu dimana tempat ini yang jelas semua badannya serasa remuk seperti tidak ada tulang lagi.

"Ma, adeknya udah bangun"

Nathan memicingkan matanya ketika sebuah sinar dari lampu yang pertama kali menyinari matanya sejak berhari-hari yang lalu ia koma.

"Kak, panggilkan susternya gih"

"Iya ma", gadis remaja yang tampaknya masih kelas satu smp tersebut berlari memanggil seorang dokter karena 'adik angkat'nya telah siuman.

"Eum, siapa anda?", Tanya bocah tersebut saat melihat wajah wanita dewasa yang tampak asing baginya.

"Saya mama baru kamu. Kamu jadi anak saya sekarang"

Tsunami ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang