Nathan menatap langit siang hari yang lumayan tidak terlalu panas. disampingnya juga ada ara yang ikut berbaring diatas rerumputan. angin sepoi-sepoi membantu mendinginkan suhu siang hari ini.
"nathan ngapain ajak ara kesini? disini panas". nathan tersenyum. ia membuka matanya dan beranjak duduk
"cobak ara rasain anginnya. jangan ngerasain mataharinya. kalo kamu ngerasain mataharinya pasti panas tapi kalo kamu ngerasain anginnya pasti dingin kok. coba kamu tiduran sambil merem". ara hanya menurut lalu mencoba apa yang dikatakan oleh nathan tadi.
"gimana? enak kan?". ara membuka matanya lalu menatap kearah manik hitam milik nathan.
"hehe iya, disini enak"
"didekat sini ada jembatan yang bagus. kalo kamu pengen nangis kamu bisa dateng ke jembatan itu"
"bagus gimana?". nathan mengusak pelan rambut ara gemas. mata berbinar milik ara membuat nathan rasanya lemah iman.
"kalo malem jembatannya bagus. ada banyak lampu di airnya. kapan-kapan kamu bisa coba pergi kesana. aku jamin kamu pasti bakalan ketagihan"
nathan tersenyum penuh makna melihat jembatan yang dikatakan oleh sahabat masa kecilnya tersebut. benar memang adanya jika jembatan itu nampak indah saat malam hari. ia sangat menyayangkan jika jembatan seindah ini tidak pernah terekspose diluar sana. mungkin memang karena disini tempatnya agak gelap jadi menimbulkan suasana horor. belum lagi disini sepi sekali dan juga sangat dingin. mungkin orang-orang juga enggan untuk sekedar datang kesini.
nathan berjalan menyusuri trotar dipinggir jembatan ini. langkahnya terhenti ketika ada bekas noda darah ditrotoar. ia berjongkok mengamati noda darah tersebut.
tap... tap... tap...
tubuh nathan tiba-tiba menegang. dibelakangnya terdapat suara derap langkah. kini nathan sangat ketakutan. ia membuka ponselnya dan mencoba untuk menghubungi dito.
"plis angkat pliis"tangan nathan sangat bergetar.
panggilan yang anda tuju sedang sibuk.
"ah tai. gimana niih" nathan tidak berani menghadap kearah belakang. kalo misalnya dibelakangnya ada sjenis pocong dan kawan-kawan gimana? kan takut nathan.
"hai cantik"
mampus-batin nathan.
akhirnya nathan memberanikan diri untuk menoleh. dibelakang tampak seperti seorang bapak-bapak yang terlihat mabuk sambil membawa botol bir bintang besar. nathan berjalan mundur beberapa langkah. tubuhnya bergetar hebat.
"kok mundur sih cantik. kan om cuma pengen pegang wajah kamu yang cantik itu. sini maju ke om" ujar orang mabuk itu sambil melambaikan tangannya mengisyaratkan agar nathan semakin mendekat.
"hehe nggak om makasih. mau pulang dulu". nathan membalikkan tubuhnya lalu melagkahkan kakinya secepat mungkin.
"kok pergi sih. sini balik". nathan tidak mengindahkan perkataan orang mabuk tadi. malah nathan semakin mempercepat langkah kakinya.
"HEH NGAPAIN PERGI!! AYO SINI BALIK" orang itu malah berlari lalu mengambil tangan nathan. nathan berbalik dan tampaklah orang itu seperti om-om pedo.
"TOLOOONHMMPPHH"mulut nathan dibekap oleh tangan pria mabuk tersebut. nathan semakin menangis. orang tersebut mengelus pelan pipi nathan.
"mau ya jadi istri om, cantik"pria tersebut tersenyum seram lalu bersiap seperti ingin mencium nathan. yang nathan lakukan cuma tetap menangis sambil memejamkan matanya.
bruagh...
nathan membuka matanya. ia terkejut melihat orang itu jatuh tersungkur. tepat disebelahnya ada adit yang nafasnya menderu.
"lo nggak kenapa-napa kan?". adit menangkup kedua pipinya lalu menoleh-nolehkan kepalanya seperti mencari apakah ada yang terluka.
"hiks hiks...". nathan sesenggukan. adit langsung memeluk nathan erat. dielus-elusnya kepala nathan sambil mengeluarkan kata-kata penenang bagi nathan.
"udah-udah. jangan nangis lagi. ada gue kok udah ya". nathan masih menangis didalam dekapan adit. mentalnya sangat terguncang. ia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika adit tidak segera datang menolongnya.
"Hiks...hiks, makasih ya hiks... udah nolongin gue-ADIT AWAS"
Pyar...
"Aakkhh". Orang mabuk tadi memukulkan botol birnya kearah punggung adit. Adit cuma menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit hingga bibirnya berdarah.
"Hah, lo nggak papa kan dit? Sakit kan? Uuuu gimana niiih"
"Udah-udah. Gue nggak papa kok. Lagian nggak sakit juga kok". Adit cuma tersenyum tenang sambil mengusap rambut nathan pelan.
"AWAS KALIAN BERDUA" orang itu berdiri kembali sambil membawa pecahan botol birnya yang pecah terkena punggung adit tadi.
Adit menoleh kearah orang itu sebentar lalu dengan cepat ia memeluk tubuh kecil nathan dengan tubuhnya hingga pecahan botol yang dibawa orang tersebut berhasil menancap dibahu kanannya.
"AARRGGHH"
"ADIIIT"
Lutut adit rasanya tiba-tiba lemas. Darah mulai mengucur dari celah-celah pecahan kaca yang masih menancap di punggungnya. Sedangkan nathan sedang tidak karuan saat ini. Ia masih bingung harus bagaimana.
"Aaaa gimana inii" nathan menghampiri adit yang terduduk lemas sedangkan orang mabuk tadi sudah pergi menjauh.
"Dit, lo nggak papa kan? Aa...apa gue cabut ini?" tangan nathan bergetar mencoba menyentuh pecahan kaca tersebut. Adit hanya menganggukkan kepalanya.
Nathan mencoba untuk menarik pecahan kaca tersebut lalu muncullah erangan kesakitan dari seorang adit."Eeuum... maafin gue diit. Gara-gara gue hiks lo jadi gini huwaaa". Nathan menangis sejadi-jadinya. Adit berbalik badan lalu memeluk nathan walaupun tangan kanannya sakit jika digerakkan.
"Udah nat udah. Gue nggak papa kok. Jangan nangis lagi ya. Cup cup udah. Ayo pulang" adit mengelus punggung nathan agar gadis yang disukainya tersebut berhenti menangis. Tapi nathan bukannya berhenti malah masih lanjut menangis. Akhirnya mau tak mau adit menunggu nathan sampai berhenti menangis.
"Udah selesai nangisnya? Ayo pulang. Mama papa lo pasti udah nungguin"
"Tapi hiks bahu lo hiks gimana?"
"Tenang aja. Ini cuma sobek sedikit". Adit cuma bisa senyum saat ini.
"Sedikit matamu. Itu gede banget diiit. Pokoknya gue anterin lo berobat dulu baru gue pulang"
"Tapi nat, ini udah malem. Entar lo dimarahin". Muncul sorot mata khawatir dari mata adit. Ia tahu betul jika nathan ini tipe yang cepet nangis kalo dibentak sedikit.
"Biarin. Pokoknya lo harus berobat dulu. Taruh aja motor lo disini dulu, gue anter berobat pake motor gue"
"Gue beneran baik-baik aja kok nat. Nggak usah diobatin paling sembuh sendiri.
"Udah nurut sama gue. Ayo"
🌊🌊🌊Stay tune yaw 😋
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsunami ✓
Teen Fiction[COMPLETE] Bayangkan jika kalian yang saat itu berumur 7 tahun sedang asyik bermain bersama sahabat di pantai. Tanpa kalian ketahui tiba-tiba ombak tsunami datang menerjang semua yang ada disekitarnya termasuk kenangan kalian berdua. Waktu terus be...