Beneran, hari ini rasanya Adit itu badmood banget. Apa lagi kalo bukan gara-gara potek soalnya Nathan sama Dito kencan hari ini. Ditambah foto kencan mereka yang muncul di beranda Instagram milik Adit.
"Sabar astagfirullah. Populasi cewek di Indonesia berjuta-juta. Bisa pilih yang lain. Cewek nggak cuma Nathan. Bodo amatlah"
Ping
Adit segera membuka ponselnya dan muncullah motif dari cewek yang baru aja dia pikirin.
"Aaarrgghhh", adit mengerang sambil menjambak rambutnya.
Kenapa rasanya sakit gitu ya. Suka sama seseorang eh orang itu suka sama temen kita sendiri. Ini pertama kalinya dia suka sama seseorang. Bener kata orang-orang kalo first love itu gabakalan berhasil.
"Semangat move on"
🌊🌊🌊Putar yutubnyaa~
Angin sepoi-sepoi bercampur hawa dingin malam hari tidak membuat adit beranjak dari tempatnya. Tidak lain dan tidak bukan adalah jembatan di deket kampung yang ada di dekat sekolahannya. Lumayan jauh dari rumah adit. Anggep aja beda kecamatan gitu.Heran aja gitu, kalo adit badmood biasanya itu kerumah nathan kalo nggak ya ke jembatan ini. Lumayan sepi disini soalnya tempatnya gelap dan agak jauh dari jalan utama tapi disini panoramanya bagus. Pantulan lampu di air sungai dari bangunan diseberang membuatnya jadi rada aesthetic gitu.
Adit berdiri menghadap kearah sungai. Tangannya ia kepalkan dan diletakkan diatas pembatas jembatan. Kepalanya menunduk. Semuanya terasa sangat berat. Masalah hatinya, lalu masalah tentang ia dan anak kelasnya belum lagi ia dan kakak perempuannya masih berperang satu sama lain membuat adit merasa frustasi. Lama sekali lelaki itu menundukkan kepalanya. Lalu hidungnya mulai memerah dan jatuhlah setetes air mata.
Adit semakin mengepalkan kedua tangannya. Ruas-ruas jarinya mulai memutih. Kepalanya seperti ingin pecah seketika itu juga. Adit menatap kearah langit malam yang dipenuhi oleh bintang-bintang, mencoba untuk mengembalikan air matanya kembali kedalam. Kapan hidupnya bisa bersinar seperti bintang-bintang diatas? Apakah memang takdirnya tidak pernah benar-benar bahagia?. Adit tersenyum sarkas. Salahkah ia menyalahkan Tuhan atas semua masalah ini? Jika bukan, siapakah yang harus ia salahkan kali ini?
Kaki adit rasanya sangat lemas. Ia tidak tau jika menangis dapat menguras tenaga sebanyak ini. Akhirnya remaja lelaki itu memilih duduk dipinggir jembatan. Ia menyenderkan punggungnya lalu mulai menangis. Dijambak rambutnya frustasi.
"AARRGGHH!!!"
Mulailah adit menangis. Bahu & bibirnya bergetar. Menumpahkan semua yang ada. Sebelumnya ia tidak pernah sehancur ini. Entahlah, adit juga tidak tau jika rasanya patah hati bisa sehebat ini. Momen seperti ini adalah momen yang tepat jika ada yang memeluk adit, menerima semua tangisan adit & berusaha menenangkannya. Tapi sayang itu semua cuma angan-angan.
Adit tidak mempunyai teman-kecuali yoga. Adit adalah tipe tidak percaya teman. Sejauh ini yang ia percaya hanyalah Yoga dan Nathan-jangan lupa kalau teman nathan teman adit juga. Dito sudah ia hilangkan dari listnya. adit merasa terkhianati karena selama ini dia curhat tentang nathan ke dito eh malah temannya ini ah sudahlah.
Bugh... Bugh...
Di tinjunya trotoar yang ia duduki tersebut dengan sekuat tenaga. Masa bodo tangannya yang mulai lecet dan mengeluarkan darah. Yang penting suasana hatinya harus kembali baik. Tangannya mulai bergetar. Ia mulai merasakan perih karena luka dari tinjuan trotoar kasar yang ia layangkan tadi.
Adit menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskan nya perlahan. Sepertinya sudah waktunya untuk pulang kerumah. Untung saja orang tuanya ada tugas perkerjaan yang mengharuskan mereka berdua tinggal di macau selama 2 minggu. Jadi adit bisa leluasa keluar rumah tanpa ada yang memperdulikannya.
🌊🌊🌊
"ADIT" yang punya nama menoleh. dibelakangnya ada seorang gadis tambatan hatinya beserta pacar barunya. adit mencoba tersenyum setulus mungkin agar nathan tidak curiga jika semalam ia menangisi gadis itu.
"kok lo loyo kayak gi-eh kenapa tangan lo?" nathan mengambil tangan kanan adit yang ditutupi kassa.
"ini kena minyak panas waktu gue goreng ikan kemaren",
"lo beneran gapapa? ga sakit?"
"kamu percaya sama dia aja deh, adit tuh cowok tangguh. gitu doang mah kecil ya dit" tiba-tiba si dito merangkul adit si aditnya cuma tersenyum ngeiyain.
"yaudah, skuy kekelas"
selama pelajaran ini adit tidak bisa fokus. ia terus menatap tangannya yang terluka tersebut. kayaknya ini emang sepenuhnya salah dia. kalo emang ada rasa kenapa nggak mengutarakannya dari dulu? malah adit terlalu nyaman dengan friendzonenya. biarin lah, masa bodo. paling juga rasa patah hatinya ini berangsur-angsur menghilang seiring berjalannya waktu. karena terlalu larut dengan dunianya sendiri membuat adit alama-lama mengantuk dan mulailah ia mengarungi dunia mimpi.
🌊🌊🌊
Didalam sebuah kamar berukuran 5×7 terdapat seekor anak manusia berjenis kelamin lelaki yang biasa kalian panggil dengan adit itu nampak cemas. Dari tadi hatinya entah mengapa tiba-tiba merasakan firasat buruk. Di genggamnya ponsel berwarna hitam tersebut dengan gelisah.
"Kok gue ada firasat nggak enak sama nathan ya. Apa gue tanya aja ke si marlin ya, kali aja ngerti".
"Halo, mar. Lo ngerti nathan ga?"
[Mana gue tau. Kenapa?]
"Gue ada firasat gaenak sama dia. Makasih bray""Hmm, biarin lah. Cuma firasat doang. Keknya gue harus ke jembatan"
Tiba-tiba di otak adit menyuruh dirinya untuk kejembatan. Ia juga nggak tau kenapa. Diambilnya hoodie hitam & kunci sepedah motornya.
"Bismillah"
🌊🌊🌊Jangan bosen yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsunami ✓
Teen Fiction[COMPLETE] Bayangkan jika kalian yang saat itu berumur 7 tahun sedang asyik bermain bersama sahabat di pantai. Tanpa kalian ketahui tiba-tiba ombak tsunami datang menerjang semua yang ada disekitarnya termasuk kenangan kalian berdua. Waktu terus be...