🌊 Last: It's okay to not be okay

46 2 0
                                    

Sorry for typo


Nathan menangis sejadi-jadinya. Ia masih menggenggam erat tangan Adit yang masih tidak bergerak. Setelah menceritakan masa lalu yang ia kubur dalam-dalam, hatinya terasa sesak.

"Dit...sakit...", Kali ini dadanya memang benar-benar sesak, bukan hanya sekedar ungkapan. Nathan memukul-mukul dadanya dengan salah satu tangannya sedangkan tangan yang lain untuk mencengkeram seprei ranjang adit. Sepertinya sakitnya ini kambuh kembali setelah sekian lama.

"t-tolong..."

Sebuah sentuhan lembut berhasil menyentuh tangan nathan yang sedang berjuang dengan sepreinya. Nathan yang merasakan sentuhan tersebut merasa semua rasa sakitnya seketika hilang. Gadis itu mendongak dan mendapati wajah sahabatnya yang sudah membuka matanya sembari tersenyum tipis. Tak lupa dengan air mata dikedua pelupuk matanya.

"Dit... Lo ga ngeprank gue kan?", Jempol adit mengusap pelan kulit punggung tangan nathan.

"G-ga..."

"ALHAMDULILLAH YA ALLAH", tangisan nathan semakin menjadi-jadi.

Seorang dokter ditemani oleh 3 orang suster langsung datang memasuki kamar rawat inap tersebut sesaat setelah nathan memanggilnya lewat tombol khusus.

Nathan masih tidak percaya apa yang ia lihat. Didepannya sekarang ada dokter dan para suster yang melepaskan selang-selang dari tubuh adit. Sahabatnya kini sudah sepenuhnya sadar walaupun masih lemah.

"Nath...", Nathan mendekat dan langsung menaruh tangan Adit dipipinya. Air mata masih merembes dipipi gadis itu.

"J-jangan nangis lagi. Gue udah ada disini", adit menghapus jejak air mata yang tertinggal di pipi nathan. Ia tersenyum agar nathan percaya jika ia baik-baik saja. Sebenarnya laki-laki ini benci terlihat lemah seperti sekarang.

"Lo beneran bakal pulang kan?"

"Iya"

"Janji?"

"Janji"

"Awas kalo lo ingkar janji"

"Iyaa"

Hening sesaat diantara mereka berdua hingga adit mengusap pelan kepala nathan yang sedang menunduk.

"Ngapain lo nunduk? Gue udah ada disini"

"Gue takut..."

"Takut apa?"

"Gue takut kalo...lo ninggalin gue lagi. Lo ga akan kayak gitu kan dit?", Adit hanya tersenyum.

"Insyaallah. You did well nath. Dari semua cerita lo ke gue, gue yakin kalo lo itu kuat. Gue bangun disini juga buat lo dan juga semua kesalahan gue dimasa lalu yang masih belum gue perbaiki"

"Makasih dit. Lo udah mau bangun. Makasih banget lo udah mau berjuang buat tetap kembali kesini. Makasih, sudah mau pulang kerumah"

"Iya. Gue juga makasih buat lo karena udah mau nungguin gue bangun padahal lo sibuk. Makasih buat semua kenangannya. Maaf kalo misalnya gue masih belum bisa nepatin janji gue. Intinya makasih dan maaf"

"Iya"

"Eh iya nat, besok lo mau nggak ambilin surat gue di yoga. Bilang aja gue yang nyuruh"

"Iyaaa"

"Nath"

"Hmm"

"Kok cuek sih?"

"Habisnya kata-kata lo kek orang mau meninggal aja"

"Dih kepedean lo. Apa salahnya minta maaf. Emang tiap orang minta maaf itu artinya dia mau meninggal? Ga kan"

"Iya juga sih"

"Nah itu tau"

"Y"

"Nath"

"Apa lagi?"

"Gue pen denger lo baca syahadat dong"

"Dih. Kok tiba-tiba?"

"Ya gapapa. Gue mau denger seberapa enaknya lo kalo ngaji. Terus ntar habis baca syahadat lo pergi kekantin rumah sakit buat cariin gue pecel ya. Dah lama ga makan pecel. Ntar kita makan bareng"

*Non muslim skip dulu

"Woho neng  nathan mah artis qiroah. Dengerin baik-baik ya. Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah".

"Pelan-pelan dong"

"Iyeee. Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah". Kali ini nathan mengucapkannya dengan tempo yang lebih lambat. Adit juga mengikuti kalimat syahadat nathan namun dengan agak tersendat-sendat.

*Dah bole lanjut hehe

"Gue kekantin dulu ya. Jangan kemana-mana", adit mengangguk lalu nathan pun pergi ke kantin rumah sakit mencari pecel.

"Eh mbak nathan. Mau pesen apa mbak?", Karena hampir setiap hari dalam tiga bulan terakhir ini nathan selalu mampir hingga ibu-ibu penjual disini hafal dengan namanya.

"Pecelnya dua ya"

"Siap", setelah menunggu beberapa menit akhirnya pesanan nathan sudah selesai dibuat.

"20 ribu mbak. Oh iya, mas-mas yang katanya mbak nathan tungguin sudah bangun belum?"

"Alhamdulillah sudah. Baru saja"

"Alhamdulillah. Selamat ya mbak. Dijaga terus masnya biar kejadian kayak gini tidak terulang lagi"

"Aamiin. Terimakasih bu, saya pamit dulu"

"Inggih mbak"

Nathan berjalan dengan riang gembira menelusuri koridor yang akan menuntunnya menuju tempat tujuan.

"Assalamualaikum", nathan membuka pintu dan mendapati seorang adit sedang tertidur pulas sambil sedikit tersenyum.

"Hei budjang bangun. Nih pecel jan ngebo mulu lo"

Tidak ada sahutan. Nathan mendekati kawannya ini lalu menggoyang-goyangkan tubuh adit namun tak ada respon. 

"dit... bangun... lo jangan koma lagi...", gadis itu masih menggoyang-goyangkan tubuh adit yang sebenarnya sudah tidak bernyawa. 

"diit, pliss huhu. DOKTER!", tangisan nathan semakin menggila. seorang dokter dan dua suster datang kedalam kamar tersebut. nathan masih menangis didalam ruangan itu. lalu tak lama kak dita datang dengan terburu-buru. 

"nat, kenapa ini? katanya adit udah bangun?"

"kak ditaa. adit hiks nggak geraaaak huwaaa"

"hah kok bisa?! cup-cup udah ya, kita doain aja si adit", dita merangkul nathan dan memberikan gadis itu pelukan. walaupun ia adalah keluarga adit namun nathanlah orang yang lebih paham dengan adit. 

"nathaniel aditya rahardi meninggal pukul 18.49"

🌊🌊🌊

Tinggalkan jejak 🐾

Tsunami ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang