Gemerlap lampu ruangan menyoroti satu per satu orang yang hadir pada hari paling bahagia dari Keluarga Jane. Acara yang digelar pada pertengahan siang dan malam itu tampak meriah dihadiri beberapa warga kota yang beruntung—sebagian besar pesohor memenuhi undangan, artis ternama dari pusat kota bahkan terlihat di beberapa titik gedung pernikahan.
Jungkook adalah lelaki paling tampan yang pernah Lisa ketahui. Pria bersurai jelaga itu berdiri tegap di sampingnya. Senyum tak pernah lekang dari bibir Jungkook selama acara berlangsung. Tidak salah jika salah satu berita menyatakan bahwa dia mati bunuh diri karena iri kepada sang kakak yang dijodohkan dengan laki-laki kaya dan tampan, karena kenyataannya, dia memang iri akan hal itu.
Gaun pengantin serta jas dan celana yang mereka kenakan bertema mewah—warna merah elegan, Lice yang pilih warnanya. Ayah dan ibu sering menyanjung sang kakak perihal karier serta seleranya yang sangat menggambarkan Keluarga Jane; megah dan glamor. Lice selalu dapat posisi dan pilihan paling baik di antara seluruh pilihan yang tersaji, bahkan sebelum Lisa sempat memilih. Namun, sang kakak memiliki hati yang bersih, jadi sikap ayah dan ibu yang membeda-bedakannya dengan Lice tak terlalu membuatnya tersiksa sejauh ini. Sang kakak akan mengalah jika memang Lisa begitu menginginkan apa yang Lice miliki.
Acara selesai pada pertengahan malam. Memang tidak normal ayah dan ibunya membuat pesta hingga nyaris mengecup angka lima belas jam, tetapi lagi-lagi, alasan yang mendasarinya hanya satu; demi nama baik keluarga. Lisa tidak akan pernah paham maksud dari nama baik keluarga sampai kedua orang tuanya menjelaskan tentang definisi dari tiga kata itu dengan gamblang—tanpa drama seperti pertikaian kecil atau titah untuk dua anak kembar agar segera beranjak dari meja makan menuju kamar masing-masing.
Ketika Jungkook ditanya apakah ingin tinggal di rumah Keluarga Jane atau tidak, si Tuan Kwon itu menolak halus. Entah kenapa, jawabannya pada saat itu sungguh hebat membuat seorang Jehanne Lalisa bersemu di tempat. Lisa bahkan sempat mengumpat pelan karena trombositnya seakan menggumpal pada bagian pipi hingga membuat dua pipi terasa terbakar. Panas sekali sampai-sampai dia ingin menceburkan diri ke dalam kolam saja. Jika tidak salah ingat, begini jawaban Jungkook kala itu, "Malam pertamaku dengan Lisa membutuhkan tempat yang tenang dan sepi, Ayah, Ibu."
Setelah berdebat mengenai tempat tinggal—sebenarnya tidak bisa dibilang berdebat juga karena baik Jungkook maupun kedua orang tuanya sama-sama tidak sedang saling tarik-menarik urat leher ketika berbicara—keputusan Jungkook yang bulat menyatakan bahwa mereka akan tinggal di kediaman laki-laki bermarga Kim itu. Kalau tidak salah, Jungkook adalah seorang pengacara ternama yang punya jam terbang tinggi—alasan yang mendasari terjalinnya perjodohan di antara Keluarga Jane dan Kwon, tentu saja. Maka tak heran rasanya jika dia dan Jungkook dapat menginjakkan kaki di sebuah rumah bergaya Jepang yang terletak di kawasan perumahan elite di kota ini.
Lamunan Lisa seketika luruh tatkala suara debuman pintu kamar merangsek masuk ke dalam indra pendengaran. Lisa berusaha tenang ketika Jungkook pelan-pelan melangkah mendekatinya di kursi rias.
Lisa mencengkeram sisir yang dia pegang seraya embuskan napas senetral mungkin. Hela napas Jungkook yang hangat terasa menggelitik saat menyentuh permukaan epidermis tengkuknya kala lelaki bermarga Kim itu sudah berdiri di bagian belakang.
"Jungkook, kurasa jarak kita terlalu—"
"Di mana Lalice?"
Dahi Lisa tertekuk. Jantung Lisa bertalu hebat, nyaris tak berdetak normal sebab jari Jungkook seakan-akan hendak mencekiknya hingga tewas. "Jungkook—apa? Aku tak mengerti maksudmu."
Jungkook menatap pantulan cermin. Dibelainya permukaan wajah Lisa yang tampak tengah bersusah payah menelan rasa ketakutannya sendiri secara diam-diam. Jungkook melukis senyum kala dua manik mata Lisa bersirobok dengan sepasang netranya. "Tidak mengerti, eh? Di bagian mana dari perkataanku tadi yang tak kau mengerti?" Jungkook mengarahkan kepala Lisa agar sedikit menengok ke belakang, menatapnya. "Coba katakan padaku, Lisa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] BLUR
RomanceJungkook dan Lisa dipertemukan untuk saling mengisi; melengkapi bagian yang rumpang, memperbaiki apa-apa yang perlu direnovasi. Tuhan merampai mereka dengan sebuah simpul pernikahan. Namun bagi keduanya, simpul yang tengah mereka pintal tak lebih da...