Epidermis lembut paradoksal menyetubuhi badan bagian dalam mobil yang berkulit kasar. Sebait lirik merangkak duduk di pangkuan Lisa; I'm Not The Only One, yang dibawakan oleh Sam Smith terputar menginvasi ruang berpikirnya. Merasa sempit, dia sulit ambil napas lega tiap kali Jungkook turut bernyanyi. Mengingat bagaimana cinta yang Jungkook berikan selama ini akan terenggut paksa apabila pria itu tahu cerita di balik layar. Di mana pengkhianatan telah mengoyak putih suci jalinan yang diikat Tuhan ini. Dia meremas tangan, menunduk sepanjang perjalanan.
"Cause you don't think I know what I've you done. But when, you call me Baby, I know I'm not the only one." Jungkook bersenandung merdu di tengah ketakutan Lisa atas apa yang sudah wanita itu lakukan diam-diam.
Pikiran Lisa tidak pernah berkelana jauh untuk bertanya apakah Jungkook tahu apa yang telah dia lakukan di belakang punggung lelaki itu selama ini, atau bertanya apakah yang akan Jungkook lakukan ketika tahu semuanya. Dia tak pernah menanyakan hal-hal yang mampu menggiring Jungkook ke dalam curiga, dia menjaga Jungkook untuk tetap duduk dan percaya bahwa dia ini adalah wanita setia. Namun, bukankah kebohongan akan terbongkar bila waktu sudah mulai bertindak liar? Jika suatu saat nanti Jungkook tahu dia berselingkuh dengan Seokjin, dia harap Jungkook juga tahu kalau rasa cintanya sudah paten milik pria Kwon itu.
"Kauingin memasak apa, hum?" tanya Jungkook sembari menggerakkan setir ke arah kiri.
Omong-omong, mereka berdua baru saja selesai berbelanja kebutuhan dapur. Lisa tiba-tiba ingin memasak.
Lisa mengangkat wajah sejajar dengan pipi Jungkook yang kelihatan bersih. Tuhan, di sampingnya telah duduk seorang pria tampan yang memiliki pekerjaan tetap, tetapi kenapa hati seakan tak punya kehendak untuk singgah di satu tempat saja? Dia kehabisan kalimat untuk deskripsikan betapa bodoh tindakannya menduakan Jungkook. Tatkala sejurus lirik tatap Jungkook jatuh pada tumpuan iris mata yang tengah pandang lelaki itu lamat-lamat, dia lantas beralih tatap. Sambil menjawab, "Lihat saja nanti. Jangan banyak bertanya."
Alih-alih memaki Lisa atas nada ketus yang sungguh kentara jelas pada artikulasi tiap kata tadi, Jungkook malah dengan ringan mengusap pundak Lisa—tanpa menengok ke mana-mana. "Iya, maaf." Kemudian menurunkan telapak tangan menuju jemari Lisa yang terasa sedikit basah dan dingin. Tak pernah ada keraguan yang berhasil bertamu lama-lama di benaknya, ia sungguh mencintai Lisa sampai rusuk patah nanti—sampai ia sudah mati. Namun terkadang, pertanyaan yang sudah jelas punya jawaban bahkan pada penempatan titik koma pun masih terlintas samar di beberapa kersip kelopak netra lelah. Pertanyaannya adalah, "Lisa, apakah kau mencintaiku juga?"
Selajur lirik menyambut Lisa di ujung kerongkongan yang sukar telan saliva untuk bunuh diri pada kegugupannya. Tanya Jungkook tidak pernah punya jawaban pasti, selain perasaan abu-abu yang tak tahu ini benar ataukah hanya sebatas helat dramatis kelakuan kalbu. Sebab, Lisa tak pernah tahu. Dia hanya wanita yang memiliki perasaan iba; di mana ketika Jungkook bersikap seperti seorang suami yang didambakan oleh banyak kaumnya, dia memberikan sebuah apresiasi untuk itu. Katakanlah, dia membalas perlakuan Jungkook dengan perlakuan yang sama kendati tidak setara. Dia berada di semenjana yang entah akan berakhir pada pangkal sebelah mana. Dia mencintai Jungkook, tetapi mencintai Seokjin pula.
"Tidak usah dipikirkan bila—"
"Aku mencintaimu, Gguk." Tepat ketika roda berputar mobil telah menjumpai kematian. Lisa menjawab tanpa menatap mata Jungkook yang sekarang sudah lebih bernyawa.
Namun, Jungkook tidak pernah tahu bahwa di dalam hati Lisa—wanita itu melanjutkan kalimatnya.
"Aku mencintai Seokjin pula."
˚⸙͎۪۫⋆
Kemarahan Jisoo meledak, sepasang netra yang terbiasa diatur untuk menatap orang-orang dengan cara elok itu berubah radikal. Api tersulut di helai bulu mata yang tumbuh rapi pada ujung kelopak. Jisoo tak mampu meredam, terlebih sumber kebakaran lokal tengah duduk tenang di depan meja kerjanya. Seokjin duduk di sana; menyilang kaki, menumpu dagu, dan berkedip-kedip lugu. Lelaki tidak waras itu ternyata kehilangan otak saat ambil keputusan datang ke ruangan, merampas jam makan siang yang biasa ia gunakan untuk menghela napas panjang sampai tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] BLUR
RomanceJungkook dan Lisa dipertemukan untuk saling mengisi; melengkapi bagian yang rumpang, memperbaiki apa-apa yang perlu direnovasi. Tuhan merampai mereka dengan sebuah simpul pernikahan. Namun bagi keduanya, simpul yang tengah mereka pintal tak lebih da...