Kala binar mentari sudah jatuh ke peraduan untuk tinggalkan bumi, segenggam harap telah Lisa lempar jauh-jauh untuk ikut menghilang dan melebur bersama mimpi. Di mana angan-angan akan terus dia perjuangkan untuk orang yang butuh sebuah keadilan. Relap kemerahan tumpah ruah memenuhi epidermis wajah Lisa yang sengaja wanita itu pamerkan pada penghujung senja. Lisa menyukai sore hari yang renta saat Jungkook ternyata lebih menyukai pagi hari yang buta.
"Cepat ganti pakaianmu."
Tubuh Lisa bergetar kaget tatkala vokal penuh penekanan terlantun dari celah bibir Jungkook. Wanita itu bergegas untuk mengenakan pakaian tebal, meninggalkan Jungkook bersama kening tertekuk.
Jungkook melepas dua kancing kemeja teratas yang ia gunakan sembari menatap cermin. Ia sedikit heran saat mendapati segaris senyum bertengger cukup lama pada bibir usai Lisa menurut begitu saja tanpa beri pertanyaan apa-apa. "Oh, apa aku mulai gila gara-gara gadis itu?" Jungkook lantas geleng-geleng kepala menyaksikan kebodohan yang sungguhan terpampang jelas di depan mata.
Kemeja Jungkook sepenuhnya terlepas hingga mencium permukaan lantai saat bersamaan Lisa muncul dari bilik khusus berganti pakaian. Untuk beberapa sekon berselang, wajah Lisa stagnan menyorot kesempurnaan otot-otot Jungkook yang kelihatan pas sekali untuk dia raba. Iris karamelnya semakin khidmat menikmati bagaimana cara sebulir air yang turun dari bibir Jungkook menuju jakun, lalu semakin turun hingga terhenti di sela enam kotak pahat liat pada perut Jungkook. Betapa tangan Tuhan begitu apik memahat Jungkook sebagai pria paling tampan yang pernah dia temui. Kendati dia juga tidak dapat menyangkal bahwa terkadang wajah Jungkook tidak cocok dengan tubuh lelaki itu. Wajah Jungkook di beberapa sisi akan tampak begitu memesona dengan kelembutan paling manis pada aksen gigi kelinci lelaki bermarga Kwon itu, tetapi bila ditilik sekali lagi, maka yang akan dia temukan hanya tatapan intens Jungkook, bibir tipis Jungkook, dan aroma maskulin tubuh Jungkook.
"Apakah aku setampan itu saat minum sampai kau terpesona, Lis?"
Profil wajah Lisa lekas memerah bersamaan dengan kekeh Jungkook yang mengudara di awang-awang ruangan. Oh, apa Lisa baru saja tertangkap basah sedang memperhatikan tubuh Jungkook? Lisa harap, Jungkook tidak membahas hal memalukan itu setelah ini.
Dengan air muka sedatar mungkin, Lisa melangkah untuk meraih kenop pintu agar dapat menetralkan kroma kemerahan pada sepasang pipi.
Sebelum Lisa benar-benar sampai di hadapan lembar pintu, Jungkook lebih dahulu menginterupsi dengan berkata, "Jangan dihilangkan, aku suka melihat wajahmu memerah seperti tomat."
Selepas mendengar perkataan Jungkook, cepat-cepat Lisa keluar dari kamar tanpa memedulikan ucapan Jungkook lagi.
Di balik pintu, Lisa menyandarkan tubuh yang nyaris limbung hanya karena Jungkook, lelaki tidak normal yang baru saja menggodanya secara terang-terangan.
"Apa Jungkook salah minum obat?" Lisa menekan dada yang terasa bergetar abnormal, di mana detak jantung seakan dapat mengikis kesadarannya dalam waktu singkat. "Kenapa bisa-bisanya tadi ia menggodaku?"
˚⸙͎۪۫⋆
Mata Lisa membeliak tajam menatap deretan mobil mewah yang dipamerkan oleh wanita cantik dengan bokong semok yang sejak tadi memperhatikan Jungkook dengan intens. Oh, maaf, Lisa sempat salah fokus di sana karena wanita bernama Jesslyn itu benar-benar membuatnya sedikit geram.
Dia menyenggol lengan Jungkook perlahan tatkala Jesslyn memimpin jalan menuju deret mobil terakhir.
Jungkook alihkan pandangan menuju Lisa. Salah satu alis ia angkat naik, memberi kesempatan Lisa untuk cepat-cepat berbicara sebelum Jesslyn kembali menjelaskan detail mobil lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] BLUR
RomanceJungkook dan Lisa dipertemukan untuk saling mengisi; melengkapi bagian yang rumpang, memperbaiki apa-apa yang perlu direnovasi. Tuhan merampai mereka dengan sebuah simpul pernikahan. Namun bagi keduanya, simpul yang tengah mereka pintal tak lebih da...