Blur | 12

571 84 36
                                    

꒰ 🦋 ꒱ Adult content.
Please, be wise.

˚⸙͎۪۫⋆

"Ugh—jangan di situ."

"Kenapa? Apa Jungkook akan melihat tanda ini?"

Lisa semakin kehilangan akal saat dengan nakal Seokjin menggerakkan lidah secara abstrak pada sisi kiri lehernya. Sialan, dia bahkan tidak dapat berpikir apa-apa selain menuntaskan ini semua dan segera pulang agar Jungkook tidak beranggapan negatif. Kendati yang terjadi sebenarnya memang sudah negatif—tapi sungguh, Jungkook tidak boleh tahu.

Mata Seokjin menindihi iris karamel Lisa yang menggelap. "Kau masih sama seperti dahulu." Kemudian tanpa menggubris desahan dan larangan Lisa yang merangsek secara bersama-sama ke dalam gendang telinga, ia bergerak seduktif untuk belai perut Lisa yang kelihatan sedikit membuncit. "Apa di sini—" Jemari telunjuk Seokjin mengusap pusar Lisa, membuat secercah rangsang kecil di sana.

Tubuh bagian atas Lisa terangkat gelisah. Suargaloka yang tak pernah dia jamah beberapa minggu belakang ini ternyata jadi kelemahan paling nikmat di mata Seokjin. Erangan Lisa kian menjadi-jadi saat dengan sengaja Seokjin berlama-lama menyentuh pusarnya. Sialan, Lisa tidak tahan dengan serangan mendadak Seokjin.

"Apakah sesuatu di dalam sini adalah buah karyaku atau milik Jungkook?" lanjut Seokjin seraya mendongak sejemang untuk lihat reaksi Lisa ketika hendak menjawab.

Sudah Lisa bilang, dia hilang akal; tidak bisa berpikir jernih saat vokal rendah Seokjin yang begitu menggoda terlanting cuma-cuma hanya untuk bertanya. Demi Tuhan, Seokjin yang tengah menahan gairah itu adalah apa yang lebih-lebih dari sekadar seksi. Luar biasa sekali Seokjin Park ini. Lisa mengangkat telapak tangan kanan walau gemetar akibat sensasi ciuman nakal di pusar yang dilakukan Seokjin masih belum bisa dia kendalikan. Dia arahkan telapak tangan tersebut untuk belai rahang Seokjin yang sudah lama sekali tidak dia kecup. Di mata Lisa, Seokjin adalah anugerah paling indah yang akan selalu dia jaga.

"Sebelum menikah dengan Jungkook, bukankah aku selalu melakukannya denganmu?" Lisa menarik dua sudut bibir hingga bentuk seulas senyum manis yang dia produksi gratis untuk wajah tampan Seokjin. "Tentu saja ini karyamu. Dia nakal, sepertimu. Setiap hari dia selalu membuatku terjaga di pagi hari," ungkap Lisa seraya mengusap perut dengan mata berbinar cerah.

Dada Seokjin berdebar bukan main. Pertemuannya dengan Lisa di sebuah kelab malam satu tahun silam ternyata mampu memberi kesan yang enggan lekang begitu saja ditendang zaman. Berawal dari sebuah hubungan main-main yang biasa dilakukan oleh pria pekerja keras membosankan dan seorang perempuan yang tengah membutuhkan uang, mereka dipersatukan dalam kedahsyatan permainan malam. Lisa menyerahkan seluruh raga untuk mendapat uang Seokjin hingga tanpa sadar keduanya telah sama-sama terjerumus ke dalam jurang asmara.

Rindu yang menghantam Seokjin hingga remuk tak tersisa adalah penyebab di mana sekarang ia berani berada di atas tubuh Lisa. Posisi mereka masih berada di sofa, dengan Lisa yang berbaring sedangkan Seokjin menahan tubuh sendiri menggunakan dua tangan di sisi-sisi tubuh Lisa. Mengingat telah lama ia tidak menyentuh Lisa, jadi rasanya wajar-wajar saja bila sekarang ia terlihat begitu mendamba. Lantas ketika gairah semakin memuncak akibat rona merah di wajah Lisa yang tercetak elok di sana, Seokjin mendekatkan diri untuk layangkan satu kecupan pada permukaan perut Lisa.

"Kau—" Lisa menggigit bibir bawah ketika dirasa ibu jari Seokjin mulai bermain di sekitar perutnya. "Jangan menggodaku terus, cepat lakukan—eungh, s-sial." Lisa berulang kali mengumpat saat Seokjin tak kunjung melakukan pergerakan cepat. Ingatkan Lisa lain kali untuk memimpin permainan, dia lelah kalau terus-terusan diperlakukan begini oleh Seokjin. Sejak kapan pula lelaki kaku ini jadi punya jiwa nakal?

[✓] BLURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang