Alunan musik jadi satu-satunya pemecah hening yang memerangkap dua insan berselimut kecanggungan di dalam sebuah mobil sederhana berwarna jelaga anyar. Lisa dan Jungkook tiba-tiba jadi bisu sejak tadi malam. Baik dari Lisa yang kelihatan marah karena harga dirinya seakan baru saja diinjak sampai patah oleh Jungkook, maupun dari pihak Jungkook yang merasa semua sia-sia kendati ia sudah mencoba.
Suara hela napas Jungkook mengikuti iringan lagu tanpa vokal yang baru lima detik terputar. Mata Jungkook kelihatan lelah saat Lisa intip sedikit lewat lirikan netra. Rasa bersalah mengetuk pintu hati Lisa sayup-sayup usai menampar Jungkook semalam, tetapi semua itu pantas lelaki bernetra gelap itu dapatkan usai melecehkannya lewat sebuah ciuman bibir.
Hari ini Jungkook izin untuk meliburkan diri karena ayah dan ibu Lisa tiba-tiba meminta mereka untuk berkumpul di rumah utama. Demi menjalankan rencana, Lisa mau-mau saja saat Jungkook mengetuk pintu kamar sembari mengutarakan maksud tadi.
Pandangan Lisa kabur seketika tatkala mobil berhenti di depan sebuah swalayan kecil. "Kenapa berhenti?" tanyanya tanpa menatap Jungkook.
Beberapa detik tanda tanya itu dibiarkan beranak-pinak tanpa tahu induknya di mana oleh Jungkook. Jadi dengan sedikit rasa jengkel, Lisa mengubah posisi duduk hingga dapat melihat Jungkook yang sudah meletakkan kepala di atas setir mobil. Kontan saja keterdiaman Jungkook dengan kondisi begitu membuat Lisa panik bukan main.
Lisa mengguncang tubuh Jungkook, lalu dia mulai memborbardir dengan pertanyaan lain seperti, "Kook? Kenapa? Kau pusing? Mau pulang saja? Kau butuh apa?"
Jungkook masih geming. Namun pada sekon berselang, alih-alih Lisa temui jawaban, wanita itu malah dapatkan kepala Jungkook yang tenggelam dalam ceruk lehernya. Geli, tetapi dia tidak tega untuk menyingkirkan kepala Jungkook dari sana. Lisa tebak, Jungkook tidur di atas berkas-berkas di dalam ruang kerja karena semalam dia usir dari kamar. Lagi, dia semakin merasa bersalah dan menjadi orang paling kejam sedunia.
Tangan kiri Lisa terulur untuk mengusap punggung Jungkook. "Kook, kalau tidak kuat untuk menyetir, ayo kita pulang saja, ya?" Lisa bubuhi kelembutan pada setiap kata yang dia lontarkan.
"Tidak, tunggu sebentar. Setengah jam, biarkan aku begini saja."
Hanya itu yang Jungkook katakan sampai embusan napas hangat menerpa ceruk leher Lisa sepanjang menunggu kesadaran Jungkook kembali.
Sepasang iris Lisa bergetar. Dia membuang pandangan pada rema jelaga Jungkook yang tak tertata rapi seperti biasa.
"Maaf, Kook. Ada nyawa yang harus aku jaga, ada perasaan yang harus aku pelihara. Seberapa keras pun kau berusaha meluluhkanku, semua itu akan sia-sia karena sejak awal semua ini hanya berlandaskan hubungan timbal balik saja."
˚⸙͎۪۫⋆
Sapaan hangat dari ayah dan ibu yang diperuntukkan bagi kedatangan Lisa dan Jungkook di ambang pintu rumah megah mereka hanya jadi angin lalu. Lisa tak menganggap mereka benar-benar senang menyambut kedatangannya bersama Jungkook. Karena mereka tak pernah begitu.
"Ayo, semua sudah menunggu kalian. Ibu juga sudah menyiapkan makanan enak."
Lisa cuma bisa jawab dengan senyum khas Lice ketika Ibu berlakon seakan semua ini memang sudah terbiasa terjadi di keluarga mereka. Sembari menggenggam tangan Jungkook yang dibebat peluh dingin, dia mantap melangkah menuju areal taman yang sudah diatur hingga di sentral sana diisi oleh meja makan berukuran gigantis. Tidak lupa dikelilingi oleh sepuluh kursi atau lebih—Lisa tidak benar-benar memperhatikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] BLUR
RomanceJungkook dan Lisa dipertemukan untuk saling mengisi; melengkapi bagian yang rumpang, memperbaiki apa-apa yang perlu direnovasi. Tuhan merampai mereka dengan sebuah simpul pernikahan. Namun bagi keduanya, simpul yang tengah mereka pintal tak lebih da...