Di luar masih sama dingin ketika dahulu di bawah selimut dua orang tengah saling membelit, kadang curi satu-dua potong ciuman di pertengahan pagi. Gaduh bunyi kendaraan yang silih berganti melintas menampar keras sunyi hari tak luput mereka abaikan untuk menjemput dunia sendiri-di mana hanya ada mereka berdua saja yang menari-nari. Namun Tuhan selalu punya caranya membelokkan garis takdir, tak ada yang benar-benar tahu ada apa di hari esok. Mereka mencari, maka sampai salju tak lagi tandang di kanopi, Tuhan bisa pastikan bahwa mereka tak dapat melihat apa-apa selain hitam; tidak ada.
Di pangkal musim dingin yang nyaris meninggal beberapa saat ke depan ini, Tuhan memberikan Jungkook kejutan yang paling prestisius. Seakan dua bulan yang sedang berjalan santai menemui angka ketiga ini bukan apa-apa untuk dihancurkan. Ia kira, Tuhan sudah mau berbaik hati terhadap urusan pribadinya tanpa mencampuradukkan getah buram kisah sang ibu. Namun, ia tahu itu tak akan pernah terjadi. Sebab, Kwon Jungkook memang tidak boleh tersenyum berbahagia.
Satu tetes tirta bening rasa asin itu terjun sekali lagi basahi paha yang terlapis celana panjang jelaga. Jungkook belum bisa menutupi retak yang kini menjelajah bebas ke mana-mana, ia menemukan kesulitan untuk tetap merasa baik-baik saja tatkala Lisa terduduk gelisah di atas ranjang-mengetahui bahwa yang selama ini terlihat indah bukan berarti tak punya rumpang.
Jungkook meluruskan lutut, menaruh satu langkah ke depan dalam jeda dua detik sekali. Butir laranya tak pernah kandas di pipi yang biasa kemarau, di sana jadi banjir bandang. Jungkook tidak menutupi apa-apa, bahkan luka segar yang baru saja ia terima lapang dada. Ia marah, tentu saja. Ia sempat memukul dinding kamar sampai pangkal siku jari memar pula berdarah. Namun menyelesaikan masalah dengan emosi, maaf saja itu bukan Jungkook sekali.
Jarum jam tidak bisu kendati Jungkook ingin suasana mendukungnya supaya tuli sebentar. Ia lirik informan waktu putih bersih di dinding, masih cukup pagi-menjelang siang. Kemudian tatapannya yang buram gugur di dua netra kikuk Lisa. Ia tidak menemukan air mata menggenangi pelupuk mata sang istri, ia tertawa kecil di sana. Apakah ia benar-benar tidak pantas untuk menangisi seseorang yang bahkan tak menaruh rasa sesal meski cuma sekecil biji padi?
"Siapa?" Vokal Jungkook tertekan. Ia tidak pernah menghadapi masalah sebesar ini dengan bersikap seakan ia baik-baik saja, jadi ketika berbicara menggunakan pelafalan datar pun ia tidak takut untuk menangis. Biar saja Lisa tahu bahwa perselingkuhannya itu menghancurkan ia sampai ke titik paling sensitif. Ia menganjur napas, tak ada jawaban. Sekali lagi ia bertanya, "Siapa?" Volumenya naik satu tingkat. Dua detik, sepuluh detik, satu menit-ia masih belum tahu apa-apa selain Lisa yang cuma duduk diam. Ia mengepalkan tangan, meski masih perih berbekas di sana, ia tak peduli ketika di sekon yang duduk di kursi depan menyaksikan kepalan tangannya menyetubuhi tembok sekali lagi.
Lisa menggigit bibir sembari memejamkan mata. Dia tidak bisa lihat Jungkook yang mengenaskan tetapi masih punya belas kasihan. "Jungkook, jangan begini." Dia menyentuh ujung pakaian Jungkook. "Maaf, maaf. Aku tahu, aku keparat."
Jungkook meludah ke arah kiri. Senyum asimetrisnya yang telah lama hilang kini muncul kembali. Memandangi Lisa, ia menyentak, "Siapa ayah dari bayi itu, Lisa!"
Lisa tertunduk dalam. Dia bersalah, tetapi bila Jungkook hendak memuntahkan seluruh murka lelaki itu pada perut buncitnya, dia tetap tidak bisa diam saja dan melunakkan kepala. "Aku yang bersalah. Aku yang menyeleweng darimu. Aku, Gguk, aku." Dia mendongak, memberanikan diri untuk menyentuh pipi kanan Jungkook yang basah. Jungkook masih menangis saat dia usap belah pipi itu pelan-pelan. Apakah Jungkook sesakit ini? Lelaki itu tidak repot menutupi senggukan kecil-timbul akibat tangis yang semakin menjadi. Jungkook tidak malu untuk umbar betapa ia sudah remuk punah di pangkuan kekalahan. Padahal, pengacara handal yang sedang sibuk menangani kasus ayahnya ini sudah tahu kalau dia juga sama mencinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] BLUR
RomanceJungkook dan Lisa dipertemukan untuk saling mengisi; melengkapi bagian yang rumpang, memperbaiki apa-apa yang perlu direnovasi. Tuhan merampai mereka dengan sebuah simpul pernikahan. Namun bagi keduanya, simpul yang tengah mereka pintal tak lebih da...