"Bunda?" Maura berjalan ke arah dapur mencari Bundanya. Sedikit takut ingin menanyakan tentang sepatunya yang hilang. Meski Maura tidak meminta uang langsung pada Bundanya untuk membeli sepatu itu, tapi tetap saja uang jajan yang dia tabung dapat dari dompet Bunda dan Ayahnya.
"Kenapa sayang?" Bunda yang datang dari balik badannya cukup membuat Maura terkejut.
"Ih Bun ngagetin aja ..."
"Kamu dari mana aja?" tanya Bunda sambil memotong mangga. Sepertinya ingin membuat jus.
"Tadi pulang kuliah aku ke Mall dulu."
"Udah makan?"
"Udah Bun.."
"Kamu kaku amat tumben." Bundanya sedikit melirik ke arah anak gadisnya itu.
To the point aja deh ....
"Bunda liat sepatu baru aku gak?"
Bundanya melirik ke arah Maura lagi sambil menyalakan blender, "Nggak. Kamu taruh di mana?"
"Umm, pas malem minggu kemarin Bunda liat aku bawa tentengan plastik gak?"
"Kamu gak bawa apa-apa."
Maura berkutat dengan pikirannya. Setahu Maura, dia benar-benar sudah membawa sepatunya itu pulang.
"Memang kamu beli?" tanya Bundanya lagi.
"Iya Bun, tapi aku lupa dimana."
"Harganya berapa?"
Maura melirik Bundanya ragu.
Kasih tau gak ya ...
"... 11 juta."
Bunda hampir jantungan mendengar itu. Kini Bunda benar-benar menatap Maura sambil berkacak pinggang, lalu menggelengkan kepala sedikit.
"Ra, itu duit Ra." kata Bundanya.
Maura menunduk.
"Udah tanya temen kamu?"
"Udah Bun, tapi gak ada yang tau."
"Ketinggalan di storenya, mungkin?"
"Nggak kok, kata temen-temenku sepatunya kubawa pulang."
Bundanya sekarang sibuk menuangkan jus ke dalam gelas.
"Gak salah lagi, ketinggalan di taxi. Pinter banget emang kamu." kata-kata Bundanya terdengar sarkas.
Taxi??
Maura kembali berkutat dengan pikirannya.
..Taxi
..Taxi
..Taxi
Astaga
Pak Devan ...
Teganya gak dibalikin sepatu guee hhh.
"Yaudah kamu ikhlasin aja, besok-besok beli sepatu yang seratus ribu aja. Nih minum," Bundanya menyodorkan jus di depan Maura.
"Nggak bunda! Aku udah ketemu! Makasih Bunda!" Maura mengambil jus mangganya lalu sedikit berlari ke kamar.
-
Aduh ... Nanya siapa ya.
Minta nomornya sama siapa yaa.
Ah gak usah ra! Ikhlasin aja!
Duhh tapi suka banget sama itu sepatu, tinggal dua juga kemarin di store, kayanya udah sold out deh huhuhu.
Tega banget sih kok gak dibalikin ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Melviano
Teen FictionHanya sedikit deskripsi, Keraguan Devan terus berlanjut hingga penantian Maura terbalaskan oleh si peragu. Warning; author tidak bertanggung jawab jika pada akhirnya kalian begitu menyayangi kedua karakter yang disebutkan di atas. Selamat membaca da...