29; Minggu Malam

36.1K 2K 18
                                    

Malamnya setelah pulang kerja, Maura langsung pulang tanpa menunggu Devan lagi untuk mengantarnya pulang. Setelah itu ia menghindar tanpa masuk kerja selama dua hari. Dan selesai perkuliahan pun Maura meminta Gerry, mantan terbrengseknya, untuk mengantarinya pulang.

Devan tidak berusaha mencari Maura, ia lumayan merenung di kantornya karena kebodohannya yang sudah ikut campur dalam urusan Maura. Sedangkan ia bukan siapa-siapa, hanya orang lain.

Sekarang Maura kembali memutar otak, bagaimana caranya ia menghindari perjodohan ini. Rasanya ia malu meminta bantuan lagi kepada Aldo, sedangkan hari ini adalah hari minggu, dimana Ayahnya meminta Maura untuk membawa pacarnya.

Kepala Maura kembali sakit dan menangis pun menjadi obatnya.

Ponselnya bergetar, menandakan ada pesan masuk. Mengelap air matanya, Maura langsung membuka pesan itu,

Pak Aldo:
Maura?

Maura terkejut, padahal kemarin Aldo dikirimi pesan yang tidak sopan oleh Devan, tapi Aldo masih mau mengirimi Maura pesan. Astaga, betapa baiknya dia.

Maura:
Pak maaf ya pesan yang kemarin
itu bukan saya

Pak Aldo:
Saya sudah tau kok maura🙂 saya
tau kamu bukan org yg seperti itu
Waktu itu siapa ya maura yg balas pesan saya?

Maura menimbang-nimbang untuk membalas pertanyaan itu, ia tidak mau ada pertengkaran antara Devan dengan relasi kerjanya.

Maura:
Kemarin ponsel saya hilang
skrg sudah ketemu

Maura menunggu balasan dari Aldo, dan ternyata cukup lama.

Pak Aldo:
Oh.. 🙂

Maura:
Bpk masih mau bantuin saya gak?

Balas Maura enak tak enak. Maura hanya tidak tahu harus bagaimana hari ini.

Pak Aldo:
Pasti maura
Kapan saya ke rumah kamu?

Maura:
Hari ini, bisa gak pak?

Pak Aldo:
Oke😉

Maura berteriak senang, akhirnya masalahnya sedikit lagi akan kelar!!

Maura:
Terimakasih banyak pak!

-

"Hari ini pacar kamu ke rumah, Ra?" tanya Bunda.

Maura yang sedang memakan rotinya mengangguk riang. Terlihat dari bagaimana ia memakan roti itu.

"Namanya siapa?"

"Aldo,"

"Teman kampus lagi?"

"Bukan, Bun. Teman kerja." jawab Maura sambil menyeruput susu.

"Umur?" tanya Bunda untuk kesekian kalinya.

"Seumuran Pak Devan."

"Oh ... " Bunda mengangguk-ngangguk. Sepertinya ia lumayan menyetujui hubungan Maura bersama pacar 'bohongan' anaknya yang satu ini. Umurnya lebih tua dari Maura, sudah pasti lebih dewasa dan bisa membimbing Maura. "Kapan datangnya?" sambung Bunda.

"Aku bilang malam aja, soalnya kan Ayah pulang sore." jawab Maura.

"Kamu gak ada hubungan lagi sama Devan?" tanya Bunda yang sangat tetiba itu.

Maura mengernyitkan wajahnya, "Hubungan? Hubungan apa nih Bun maksudnya?" ia mulai sensi, "Aku masih ada kok, antara dosen dan mahasiswa, bos dan sekretarisnya."

Mr. MelvianoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang