12; Temani

43.7K 2.8K 102
                                    

Devan membawa bangkunya ke tengah kelas, duduk tepat di depan para mahasiswanya dengan kaki kanan bertumpu pada kaki kiri. Kali ini ia tidak mondar-mandir seperti biasa ia lakukan jika sedang menjelaskan.

Ia menugaskan mahasiswanya untuk mengerjakan latihan yang ada di dalam buku.

"Jika sudah selesai, kita koreksi bersama."

"Iya, pak." jawab mereka serempak.

"Gue gak pernah kebayang sebelumnya diajarin dosen seganteng ini astaga." bisik Lilly ke Nadine dan juga Maura.

Maura memutar bola matanya. Baginya Devan biasa saja, tidak lebih tampan dari Harry Styles.

Devan bangkit dari duduknya, berjalan santai mengelilingi kelas mengecek mahasiswanya mengerjakan apa yang ia suruh, memastikan mereka tidak hanya sekadar meng-iyakan perintah dosen saja.

Matanya menangkap Maura yang tidak jauh dari jaraknya, ia hampir sampai dimana Maura duduk. Ia melihat Maura sedang mengerjakan tugasnya sambil menopang pipinya dengan tangan kiri. Terlihat seperti tidak ikhlas mengerjakannya.

Sejak hari senin yang seharusnya Maura sudah bekerja di perusahaan Devan, mereka berdua tidak menghubungi satu sama lain lagi. Maura memblokir Devan. Ia kesal sekali dengan dosennya itu.

Devan menaruh tangannya di atas binder Maura. Yang punya binder sedikit terkejut lalu melirik ke atas, dilihatnya pria tampan yang langsung mengangkat tangannya kembali dan berlalu ingin ke depan.

Devan meninggalkan secarik kertas,

"I'm on my car after class is over. Today is your first day to know you duties in my office. Jangan kebanyakan marah-marah."

Devan tahu Maura ingin bekerja walau Devan tahu betul Maura sangat kesal padanya.

Brak!

Seantero kelas terkejut dan langsung menengok ke sumber suara.

Devan menggebrak meja Gerry, "Don't cheat," tegasnya dalam penekanan.

"No, Sir. I-"

Brak! Gebrakan kedua, "Use your brain functionally." cara Devan menatap Gerry sangatlah tajam. Ia lalu pergi ke tempat duduknya.

"Yes, Sir." jawab Gerry.

Kelas seketika hening.

Padahal Gerry hanya ingin meminjam TipeX pada Maura. Tapi tingkah Devan menurut Maura sangat keterlaluan.

***

"Bunda ... Assalamualaikum." panggil Maura saat masuk ke dalam rumah.

"Waalaikumsalam neng ... " Jawab Bibi sedang menyapu ruang tamu.

"Bi, Bunda di mana?"

"Lagi masak di dapur, neng. Lagi pengen masak kata Ibu."

"Oh. Tumben banget Bunda, Bi." Maura tertawa kecil lalu menuju dapur.

"Tumben ..." Maura menggoda Bundanya yang sedang mengulak rempah-rempah.

"Loh kok kamu udah pulang? Kata ayah kamu kerja?" tanya Bundanya bingung.

Maura mengambil potongan puding di kulkas lalu memindahkannya ke mangkuk kecil, "Nggak, aku males."

Mr. MelvianoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang