Maura dan teman-teman dari berbagai fakultas dipercaya untuk mengisi acara Anniversary Universitasnya dengan menarikan tari daerah Aceh, Ratoh Jaroe. Mereka hanya diberi waktu berlatih selama dua bulan dan mereka pun difasilitasi oleh pihak penyelenggara seorang penari profesional yang sudah berada di tingkat nasional untuk mengajari mereka. Setiap hari mereka melakukan latihan. Maura belum pernah menari sebelumnya, dia sangat kaku. Tapi untungnya Maura bisa melakukannya dengan deadline yang sangat singkat untuk tarian sesusah itu.
"Cantik." puji Aldo saat menghampiri Maura di ruang rias.
Maura yang sedang merapihkan bajunya menengok, "Kamu ngapain? Kok dibolehin masuk?"
"Boleh lah, kan aku ganteng." jawab Aldo dengan percaya dirinya.
Maura terkekeh, "Aku gugup nih, belum pernah nari," ujar Maura sedikit khawatir, takut ada kesalahan yang akan dia buat.
Aldo tersenyum lalu mengelus puncak kepala Maura, "Tapi aku lihat pas latihan kamu bagus, semangat dong, aku tau kamu pasti bisa."
Maura ikut tersenyum, "Makasih ya udah nemenin setiap aku latihan."
Aldo sedikit membungkuk, "Apapun untuk Tuan Putri."
Melihat perilakuan Aldo, Maura langsung tersipu malu.
Aldo selalu memanjakan Maura, walau Maura kadang tidak enak diperlakukan seperti itu. Tapi kekurangan Aldo yang cukup membuat beban untuk Maura adalah Maura tidak boleh dekat-dekat dengan cowok lain. Bahkan sekarang Maura agak renggang pertemanannya dengan teman-teman cowoknya. Mereka sudah mulai menjauh, tidak seseru dulu lagi.
Di belakang panggung, Maura dan teman-teman tarinya melakukan latihan lagi untuk tampilan yang lebih profesional dan rapih, mereka bekerja keras karena mereka akan ditonton petinggi-petinggi universitas juga penonton yang memenuhi auditorium yang cukup megah.
"Maura kamu sudah dua kali salah, waktu kita hanya tinggal lima belas menit lagi sebelum kalian tampil dan dituntut untuk sempurna di atas panggung sana!" tegas pelatih mereka.
"Maaf kak," jawab Maura menunduk.
"Ayo ulang lagi, kali ini tidak ada kesalahan!"
Mereka mengulang lagi dan lagi, dan kali ini Maura tidak membuat kesalahan, ia fokus.
"Tari Ratoh Jaroe, naik ke panggung!" panggil salah satu staff acara.
"Berdoa dulu!" kata pelatihnya. Mereka akhirnya berkumpul dan berdoa. Selesai berdoa mereka langsung menumpuk tangan mereka memberi semangat yel-yel, "RATOH JAROE SEMPURNA!"
Maura dan teman-temannya naik ke atas panggung diiringi dengan suara dua penyanyi Aceh. Jujur Maura sangat gugup, ia sedikit gemetar dan tangannya mulai dingin, tapi senyum tidak pernah ia lepas dari wajah cantiknya.
Dengan gerakan yang terus beriring sejak menaiki panggung, mereka merapihkan barisan, mata Maura sedikit curi-curi mencari keberadaan Aldo, dan ketemu. Aldo ada di tribun atas paling depan. Setelahnya Maura tidak bisa lagi memerhatikan sekelilingnya dan siapa-siapa saja yang ia kenal menontoninya, ia fokus pada penampilannya.
Berbagai gerakan mereka tampilkan dan tidak terasa sepuluh menit sudah mereka menampilkan tarian yang bisa dibilang susah itu hanya dengan latihan kurun waktu dua bulan saja. Tepuk tangan meriah mengapresiasi mereka. Teriakan bangga menyambut mereka, dari teman-teman juga anggota keluarga yang datang untuk mendukung mereka.
Maura tidak menyangka dia bisa melakukan ini, anak yang selama ini semaunya saja bisa melakukan hal yang membanggakan di depan keluarga juga teman-temannya. Dengan senyum yang semakin mengembangkan, mereka menyudahinya dengan membungkuk lalu beriringan kembali ke belakang panggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Melviano
Teen FictionHanya sedikit deskripsi, Keraguan Devan terus berlanjut hingga penantian Maura terbalaskan oleh si peragu. Warning; author tidak bertanggung jawab jika pada akhirnya kalian begitu menyayangi kedua karakter yang disebutkan di atas. Selamat membaca da...