Pak Devan:
Hari minggu depan, saya ada pertemuan dengan mitra di Australia. Tolong dicatat.Maura:
Siap pak.Sudah seminggu lebih sejak Maura menjadi sekretaris Devan dan ia langsung bekerja di hari berikutnya, Maura benar-benar melakukannya. Ia kuliah lalu bekerja, bahkan Maura pernah begadang sampai jam tiga pagi karena dua kesibukannya itu.
"Ur jangan main hp mulu kenapa, ini laporan mau ditambah apaan lagi?" tanya Abdul.
Pagi menjelang siang ini Maura sedang berada di cafe kampus bersama Abdul dan Gerry untuk mengerjakan tugas kelompok mereka. Mereka kerja kelompok di cafe kampus karena hanya lokasi ini yang strategis dari jarak rumah mereka masing-masing.
"Oh iya, maaf. Sini gue liat dulu," Maura mengambil laptop dari Abdul, ia langsung menambahkan materi-materi yang kurang.
"Emang kita kapan sih presentasi?" tanya Gerry.
"Senin oon." kata Abdul. Maura menabok tangan Abdul, "Jangan biasain ngomong kasar."
Abdul menyengir, "Iya sayang."
Gerry menoyor Abdul, "Sayang, sayang. Pala lu pletak."
"Udah nih ah, tinggal lo beresin aja Ger laporannya. Yaudah gue duluan ya, gue ada urusan." kata Maura yang langsung membereskan peralatannya.
"Eet buru-buru amat sih." kata Abdul.
"Bentar dulu sih, gue anterin Ur." kata Gerry.
"Nggak Ger, gue duluan ya, bye!" Maura langsung pergi tanpa membalas kedua temannya yang sedang berbicara itu.
Hari ini ada rapat di perusahaan Devan, jadi ia buru-buru. Dan sejak seminggu yang lalu Maura mulai memakai pakaian semi-resmi. Tapi kadang jika ia bosan, ia memakai pakaian kasual seperti biasanya ia pergi ke kampus dan membawa baju ganti untuknya di kantor. Memang ribet, tapi mau bagaimana lagi?
Sekarang Maura memakai pakaian setelan atas bawah yang tidak terlalu aneh jika dipakai ke kampus dan tidak terlalu formal jika ia pakai untuk di kantor.
Sebenarnya Devan membebaskan Maura ingin memakai apa saja, bahkan Devan berkata mau baju tidur, astronot atau bikini pun boleh. Asal Maura bisa mengerjakan tugasnya dengan baik.
Saat Devan berkata seperti itu, jelas Maura langsung marah dan mensinisi Devan seharian. Menurutnya Devan tidak sopan berkata seperti itu. Tapi Devan seperti biasa, tidak peduli. Devan berkata seperti itu karena gerah dengan setiap keluhan Maura tentang setelan pakaiannya. Maura sangat ribet soal itu.
Pak Devan:
Di mana kamu?Maura:
Lagi nunggu taxi pak
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Melviano
Teen FictionHanya sedikit deskripsi, Keraguan Devan terus berlanjut hingga penantian Maura terbalaskan oleh si peragu. Warning; author tidak bertanggung jawab jika pada akhirnya kalian begitu menyayangi kedua karakter yang disebutkan di atas. Selamat membaca da...