Tiga hari sudah sejak Gerry dan Maura berpacaran, rasanya tidak ada yang berbeda tentang perasaannya terhadap Gerry. Maura merasa berdosa tidak membalas Gerry, padahal pacarnya itu telah baik sekali terhadap Maura.
Sejak hari itu pun Devan tidak menghubunginya lagi. Samasekali tidak.
Dan hari ini Maura akan bertemu dengannya dalam sesi matakuliahnya.
"Kamu mau nitip apa? Aku mau ke kantin." tawar Gerry.
"Nggak, aku gak nitip apa-apa. Kamu jangan ke kantin, nanti dosennya masuk."
"Aku laper banget, Ra."
"Ini makan bekal aku aja." Maura mengambil bekalnya di dalam tas lalu menyerahkannya kepada Gerry.
Gerry menyerahkannya lagi kepada Maura, "Jangan, itu bekal kamu. Kamu harus makan nanti sakit," Gerry mengusap kepala Maura, "Aku sebentar doang," lalu Gerry berbisik, "Doain dosennya telat atau gak masuk ya." Gerry tersenyum lalu berlalu pergi bersama Angga.
"Assalamualaikum." salam Devan memasuki kelas.
Benar saja kata Maura. Baru beberapa menit, yang dimaksud ternyata masuk kelas.
"Waalaikumsalam." jawab anak-anak serempak.
"Saya absen terlebih dahulu ... Adelia Pratiwi?"
"Hadir pak."
Selama absen berlangsung Maura sedikit khawatir pada Gerry, Maura takut Gerry kena marah Devan.
"... Mahawira Gerry,"
"Ke toi-" kata Abdul tapi dipotong oleh Devan.
"Tadi saya lihat dia ke arah kantin bersama Angga. Alfa." terlihat dari gerik Devan menitiki absen Gerry dan Angga, yang berarti bertanda alfa atau tidak masuk.
"Maira Sahira?"
"Saya pak."
"Maura Anindira?"
"Hadir."
"Mina Resti?"
"Hadir pak."
Maura cukup kecewa, biasanya setiap namanya dipanggil, Devan selalu menyempatkan untuk melirik Maura. Tapi kali ini tidak, sikapnya terhadap Maura kini sama seperti ia melihat mahasiswa biasa.
"Hari ini ulangan harian, untuk menambah nilai kalian jika UTS besok nilai kalian jauh dari kata bagus."
"Pasti nilai saya bagus pak!" sahut Okta.
"Belum tentu si Abdul." kata Devan.
Sekelas langsung tertawa. Tidak dengan Maura.
"Wah bapak ngeremehin saya." kata Abdul tidak terima.
Devan tertawa, yang lainnya juga ikut tertawa.
Tertawa? Bisa-bisanya ia tertawa tanpa melihat Maura yang murung seperti itu.
Tapi sebenarnya, Maura ini maunya apa sih dari Devan? Kenapa terlihat seperti galau berat? Ia sendiri kan yang bilang tidak ingin menyukai dosen?
"Bapak tumben gak galak pak."
"Mau saya galak lagi?"
"NGGAK PAK!!" seru anak sekelas.
"Ketawa aja pak! Ganteng!" kata Arfah.
Kelas jadi ramai.
Maura tetap diam.
"Assalamualaikum." Gerry mengetuk pintu bersama Angga.
"Waalaikumsalam, masuk." Devan membiarkan Gerry dan Angga masuk lalu duduk di tempatnya.
"Pak kemarin saya liat bapak sama bu Hana! Pacaran ya pak?" tanya Mina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Melviano
Teen FictionHanya sedikit deskripsi, Keraguan Devan terus berlanjut hingga penantian Maura terbalaskan oleh si peragu. Warning; author tidak bertanggung jawab jika pada akhirnya kalian begitu menyayangi kedua karakter yang disebutkan di atas. Selamat membaca da...