"Aku akan tersenyum di hadapanmu agar kamu juga ikut tersenyum"**
**Hampir setahun berlalu dan itu terbilang cukup lama, barulah Seina akhirnya mendapatkan donor ginjal yang cocok. Rasa lelah menunggu akhirnya bisa hilang terganti senyuman bahagia, walaupun ada rasa kecewa karena mendapat donor ginjal terlalu lama. Tim dokter di Singapura mulai melakukan operasi.
Transplantasi ginjal dari segi keuntungan ginjal dapat bekerja dengan sempurna tanpa perlu cuci darah lagi. Namun kekurangannya pasien harus mengkonsumsi obat-obatan yang menekan sistem imun (Immunosupresif) setelah operasi.
Sekian persen dari transplantasi ginjal bisa berhasil, bisa juga kemungkinan besar gagal.
Hampir satu jam, operasi telah selesai. Dokter yang menangani Seina keluar dari ruangan."Bagaimana hasilnya Dokter?" tanya papa Sei.
"Operasinya berjalan lancar. Pasien akan dipindahkan ke ruang khusus untuk proses pemulihan," jawab dokter tersebut sambil tersenyum.
Orangtua Seina bernafas lega.
"Terima kasih banyak Dokter."
"Sama-sama. Kalau begitu saya permisi." Setelah dokter tersebut mengundurkan diri, ruang operasi terbuka. Terlihat beberapa suster membawa Seina untuk dipindahkan ke ruang rawat. Kedua orangtua Sei tak henti-hentinya berdoa dan bersyukur.
"Sei, bangun Sayang. Mama sama Papa kangen sama kamu," ucap wanita itu yang tetap sabar menunggu di samping ranjang anaknya.
"Nanti kalau Sei udah sehat, Papa janji deh ajak kamu ke Jakarta buat ketemu Arnan," tambah papanya.
Satu jam berlalu. Seina membuka matanya, pandangannya masih samar sesekali mengedipkan matanya. Dilihatnya sekeliling ruangan bewarna putih. Bau obat-obatan menyengat ke hidungnya.
"Sei, kamu bangun Nak. Papa, Sei bangun Pa!" Wanita paruh baya itu berlari ke luar untuk mencari suaminya.
"Papa panggil dokter dulu."
Tak lama dokter bersama papa Seina masuk ke ruangan. Dokter tersebut memeriksa kondisi Sei. Mulai dari tekanan jantung dan denyut nadinya. Seorang suster juga membantu memeriksa selang infus yang menancap di tangannya.
"Kondisinya belum sangat pulih. Putri kalian harus tetap dirawat, kami akan memantau perkembangannya," ucap dokter.
"Terima kasih, Dokter."
Sepeninggalnya dokter dan suster itu, nampak raut bahagia dari orang tua Sei. Gadis itu tersenyum.
"Mama, Papa."
"Kenapa Sayang? Ada yang sakit?" tanya mamanya.
"Nggak ada kok. Sei merasa lebih sehat."
"Syukurlah Nak. Sei harus sehat Sayang ya. Nanti kita liburan deh keliling Singapura," hibur pria itu.
"Iya, Sei bakalan sehat. Sei juga kangen sama Arnan," ucapnya dengan senyum lebar.
"Tapi Sei, sepulang dari Singapur, kita harus tinggal di Bandung lebih dulu. Papa masih ada urusan di sana. Nggak apa-apa kan, Nak?"
"Oh ... gitu ya?" wajah Sei tiba-tiba muram. Mama Sei mengelus rambut anaknya sayang.
"Sayang, kamu harus sehat dulu baru ketemu sama Arnan. Jangan bikin dia khawatir ya, Papa sama Mama udah kelewat khawatir liat kamu kayak gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Kembali (Selesai)
Teen Fiction*** Yang pergi pasti akan kembali. Entah itu benar atau itu hanya sebuah kata penghibur. Setiap orang pasti pernah merasa kehilangan. Apalagi jika kehilangan seseorang yang berharga. Rasanya seperti mimpi di siang bolong. Kenyataan pahit yang mungki...