Selamat membaca.*****
Qiandra' povIsh! Ini kenapa kak Riza bisa di sini, sih? Terus hubungan mereka apa coba? Kenapa Nando keliatan akrab banget sama tuh cewek? Dia bahkan cuek bebek ke gue, yang dari tadi nyerocos panjang lebar. Ugh! Ngeselin banget!
"Kak Riza, kenal sama mereka sejak kapan?" tanya gue sok basa-basi.
"Baru tadi."
"Oh gitu. Tapi kayak udah kenal lama. Akrab banget."
"Kenapa lo nanya gitu? Kepo!" tiba-tiba si jangkrik nyaut dengan nada nyolotnya.
"Kenapa sih, sensi banget? Gue nanya dia bukan lo!"
"Udahlah, gue pusing denger kalian berantem. Ayo cabut!" giliran kak Aryo yang ngomong. Ini kenapa pada ngehindar sih? Gue nggak takut loh sama gertakan cabe mereka kemarin.
Gue cuma diem setelah mereka pergi. Kayaknya cewek itu suka deh sama Nando. Berani banget dia saingan sama gue. Liat aja gue nggak bakal buat lo tenang! Riza!
*Pov end*
***
"Kalian kenapa sinis banget sama Qiandra?" tanya Sei saat mereka tiba di taman belakang.
"Jauhi dia, Sei," peringat Nando.
"Sei, dia itu cuma terobsesi sama Nando," tambah Gege.
"Kenapa kalian yakin?"
"Kami yakin seratus persen. Gue bisa baca tingkah laku dia."
"Iya, Sei. Gege ceweknya banyak. Mantannya dimana-mana, udah kayak pajangan loh. Makanya dia ngerti tingkah cewek." Ical juga menambahkan pendapatnya.
"Oh, ya?" Sei bertanya tak percaya.
"Enggak! Gue insaf. Lagian gue butuh Aryo untuk kenalin cewek yang di resto tempo hari ke gue. Mana Yo?" tuntut Gege, dia masih kekeuh ternyata.
"Gue lupa," sahut Aryo malas.
Ical tertawa, "Kasian lo, Ge," ejeknya.
Gege menyentil kening Ical.
"Kayak nasib lo beruntung aja."
"Hei, jangan salah. Gini-gini gue bisa ambil hati mbak Dian. Perlahan tapi pasti," bela Ical dengan pedenya.
"Halah! Halu lo," timpal Aryo.
Seina menatap Nando meminta penjelasan. Nando terkekeh, "Kenapa liatnya gitu?"
"Aku bingung sama obrolan mereka."
"Biasa masalah cewek. Kamu harus terbiasa sama tingkah mereka."
"Mereka unik, aku nyaman berteman sama mereka."
"Sei, makasih loh pujian lo barusan. Emang kami tuh unik," ucap Ical bangga.
"Yoi. Setuju gue," tambah Gege.
"Ane ikut ente aje," sambung Aryo dengan bahasa apa ya? Mereka tertawa. Ical mengeluarkan ponselnya.
"Untung kuota gue masih ada," cicitnya.
"Mau ngapain emang?" tanya Nando.
"Cari jodoh. Kali aja nemu," jawabnya ngawur.
Keempat dari mereka menggelengkan kepala.
"Oke, google! Apakah Anda tau di mana kekasih saya?" ternyata Ical membrowsing google dan bertanya tentang kekasih?
What?!
Are you kidding me!"Mohon maaf. Pertanyaan Anda cukup sulit. Kami tidak dapat menjawabnya," balas si mbak google-nya. Ya iyalah mana tau dia tentang jodoh orang. Dasar Ical sinting!
Tawa mereka kembali pecah seketika kecuali Ical yang cemberut.
"Ya elah. Masa gitu aja nggak tau sih? Mbak mau nggak jadi pacar saya?" lanjutnya.
"Mohon maaf. Saya menolak tawaran Anda." Nah loh? Mbak google-nya menjawab begitu lantang.
"Songong banget sih mbaknya," omel Ical.
"Kampret lo, Ikhsan. Lo kata google biro jodoh apa?" tanya Gege disela tawanya.
"Temen gue ngapa jadi sarap sih?" tanya Aryo bingung.
"Ceramahin, Yo. Kasian penyakitnya kumat noh," saran terbaik dari Nando.
"Gue lagi usaha. Lo pada diem aja deh!" protes Ical.
"Ical, kamu dengan polosnya ngajak mbak google pacaran loh. Aneh tau nggak," Seina menimpali.
"Seina jangan ikutan ngeledek deh. Ah, gue jadi nggak nge-fans sama lo lagi sekarang." Ical mencebikkan bibirnya kesal.
"Aku bukan artis loh."
"Dih! Baperan amat sih. Najis!" Gege bergidik geli.
"Haha ... Gue bantuin loh deh bujuk mbak Dian supaya restuin lo sama adeknya," usul Aryo.
"Gue nggak butuh kasian dari lo, Aryo. Gue mau usaha sendiri. Eh tunggu deh. Tadi pas gue nanya google kok bisa jawab ya?" Ical teringat penolakan mentah dari mbak google yang mana cucu dari mbah google.
"Iya ya? Gue baru ngeh," timpal Gege.
"Barangkali tuh orang ngarti kalau lo jelek, makanya langsung jawab dengan penolakan," ejek Nando.
"Betul. Gue setuju sama lo, Bro!" Aryo menepuk bahu Nando.
"Sialan lo!" umpat Ical. Keempat temannya tertawa, puas sekali menjahili Ical. Seina tampak menikmati kebersamaan seperti saat ini. Sudah lama rasanya dia tidak tertawa puas.
Seina diperlakukan seperti sahabat yang sudah lama kenal oleh Aryo, Ical dan Gege. Bahkan Nando semakin posesif padanya. Semenjak bertemu lagi, Nando semakin membuat Seina nyaman. Senyuman hangat darinya tak pernah absen saat mereka bertemu.
Nando sebenarnya orang yang asik, jika orang lebih mengenalnya. Tapi karena Nando yang memiliki banyak sifat, maka dari itu Nando sulit didekati. Kecuali Seina yang memang sudah lama kenal dengannya. Mulai dari kebiasaan pemuda itu, makanan kesukaannya, hobinya pun tahu.
Untuk hubungan Nando dan Seina, masih belum bisa dijelaskan untuk saat ini. Masing-masing dari mereka berdua memiliki perasaan lebih. Namun mereka belum berani saling mengutarakan. Lagi pula, mereka saling percaya dengan perasaan masing-masing. Jika memang takdir berkata baik, mereka pasti bersatu.
Jika mereka egois, bisa saja mereka pacaran dan tidak menggantungkan hubungan mereka. Tapi nyatanya, menunjukkan rasa sayang tidak perlu dengan pacaran. Saling menikmati waktu berdua saja sudah cukup. Kebanyakan dari wanita membutuhkan hubungan yang jelas.
Tapi tidak untuk Seina. Gadis itu berpikir justru sebaliknya. Jika memang dari mereka ingin berkomitmen, lebih baik langsung melamar lalu menikah. Daripada pacaran, yang ujung-ujungnya menimbulkan keributan-keributan sepele berakibat pada backstreet.
Terlalu rumit memang bicara yang namanya 'cinta'. Lebih baik menikmati setiap moment meskipun tanpa pacaran. Hanya bersahabat saja, sudah merasa berpacaran dengan berbagai sikap yang diperlihatkan. Sahabat rasa pacar.
Mereka saling terlihat obrolan diiringi celotehan Ical yang absurd. Sampai bel masuk berbunyi. Mereka memutuskan untuk menunda adu mulut dari Gege dan Ical tentang perempuan. Huh! Dua manusia itu tak jauh-jauh dari urusan perempuan. Keliatan butuh belaian dan kasih sayang.
Gege yang mengecap dirinya cowok cool, malah berbanding terbalik sekarang. Saat ini Gege sedang bersemangat untuk menggebet salah satu cewek yang mana merupakan tetangga Aryo. Ya, perempuan yang di resto tempatnya bekerja, membuat Gege tertarik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Kembali (Selesai)
Teen Fiction*** Yang pergi pasti akan kembali. Entah itu benar atau itu hanya sebuah kata penghibur. Setiap orang pasti pernah merasa kehilangan. Apalagi jika kehilangan seseorang yang berharga. Rasanya seperti mimpi di siang bolong. Kenyataan pahit yang mungki...