12|Dia

135 5 0
                                    


"Mencari kepastian sungguh butuh waktu yang harus dilalui"


****


Nando's pov

Hari pertama aku masuk sekolah lagi setelah sekitaran 3 mingguan libur. Aku baru saja selesai pakai seragam sekolah. Langsung aja ke dapur untuk cari sarapan. Waktu aku keluar kamar, aroma wangi dari masakan Bunda membuat perut tambah lapar.

Aku melihat di meja sudah ada nasi goreng favorit. Bunda dan adek kecilku sudah duduk manis di sana.

"Pagi, bidadari-bidadari rumah," sapaku yang langsung mencium pipi Bunda dan Icha.

"Pagi, Abang ganteng," sahut Icha yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya.

"Sarapan dulu. Nasi goreng kesukaan Abang," kata Bunda.

"Makasih, Bunda."

"Abang, besok temenin aku ke toko buku ya?" kata Icha.

"InshaAllah. Tapi Abang nggak bisa janji Dek, kan kerja." Soalnya aku cukup susah atur waktu setelah kerja yang udah genap sebulan.

"Umm ... gitu ya. Kalau nggak bisa aku ajak temen aja deh."

"Cewek apa cowok?" tanyaku.

"Cewek lah."

"Inget jangan pacaran dulu. Sekolah yang bener baru cari laki."

"Siap, bosque!" kata Icha dengan gaya hormat. Aku mencubit pipinya pelan karena gemas.

Setelah sarapan selesai, aku dan Icha siap berangkat sekolah.

"Hati-hati anaknya Bunda. Belajar yang rajin ya," pesan Bunda.

"Siap, Bunda cantik. Aku berangkat ya," sahut Icha. Kami langsung mencium tangan bunda bergantian lalu mengucapkan salam.
Sekolah Icha nggak terlalu jauh, jadinya anak itu bisa jalan sendiri. Kadang-kadang dia berangkat bersama temannya. Seenggaknya aku cukup lega.

Seperti biasa, aku salah satu murid yang teladan. Dateng pagi di kelas baru dan tingkat yang baru. Yap! Aku naik di kelas XII. Selama kami libur, para senior melaksanakan ujian akhir sekolah dan menghadapi berbagai macam ujian. Mereka juga sudah dinyatakan libur sambil menunggu surat kelulusan.

Aku kebetulan bawa ponsel. Sekolah ini nggak melarang para siswa untuk membawa barang elektronik. Asalkan tidak digunakan untuk hal yang mengganggu pelajaran saja.

Aku juga bawa earphone, sambil dengerin musik, aku menuju taman. Aku sudah kabarin tiga temenku untuk nyusul di taman. Karena kami belum dibagikan ruang kelasnya, jadinya harus menunggu dulu.

Entah kenapa pikiranku tertuju sama Seina. Apa kabar dia sekarang ya? Aku pengen banget ketemu dia, dengar penjelasan dia. Nafasku rasanya berat setiap mikirin itu. Apalagi pengganggu di setiap menit selalu muncul.

Tiba-tiba ada yang nepuk bahuku. Dan saat aku berbalik ke belakang, ternyata cewek gila itu muncul lagi dan lagi.

Ya Allah sampai kapan manusia pengganggu ini berhenti.

"Hi. Sendiri aja, udah seminggu gue nggak ke restoran. Gue liburan dan gue kangen sama lo," katanya mulai mengoceh. Aku cuma mandangin dia dengan datar tanpa mau komentar.

"Lo tau nggak, gue lagi seneng banget. Kemarin bokap gue kasih hadiah buat gue. Gue seneng deh diperhatikan sama bokap. Meskipun bokap yang sekarang cuma bokap tiri." Aku cuma dengerin aja dia curhat walau malas sebenarnya.

Yang Kembali (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang