"Gue harus pasang sikap apa, ketika nggak dianggap oleh orang yang dulu gue anggap pahlawan?"
***Rasanya baru kemarin menikmati posisi menjadi senior di SMA tercinta. Waktu begitu singkat, Nando bersama ketiga sohibnya sudah memasuki beberapa ujian di sekolah. Seminggu lagi, para siswa kelas XII mulai berperang dengan beberapa ujian penting.
Jam istirahat baru saja tiba. Semua siswa berhamburan menuju kantin, mengisi perut yang sudah demo.
Qiandra berjalan santai melewati koridor setiap kelas. Rencananya dia akan ke kantin. Namun, saat hendak menuju kantin, Qiandra melihat Seina yang kebetulan sedang berjalan mengarah menuju kantin.
Qiandra langsung menghampiri Seina yang berjalan sendirian. Gadis itu menyeringai ketika mendapat ide licik untuk bermain bersama Seina.
Qiandra berdehem.
"Hi, Qi. Nggak ke kantin?" Seina menyapa Qiandra dengan ramah.
"Nggak."
"Oh, gitu."
"Bisa ikut aku sebentar?" tanya Qiandra.
"Ke mana?"
"Bentar aja. Ayok!" Qiandra langsung menarik tangan Seina dengan gerakan terburu-buru. Qiandra jengah mendengar Seina terus bertanya.
"Qi, kenapa ke sini? Kita bisa bicara di tempat yang lebih ramai," tanyanya.
Qiandra yang sudah muak melihat Seina, tanpa pikir panjang mendorongnya dengan kasar.
"Qi, kamu kenapa?" Seina meringis saat punggungnya bertabrakan dengan dinding.
"Lo nggak nyadar salah lo apa?" tuding Qiandra.
"Aku nggak tau. Dan kenapa kamu kasar kayak gini?"
Qiandra menatap perempuan di depannya dengan tajam. Dapat Seina lihat amarah di mata Qiandra saat ini.
"Lo tau, semenjak lo dekat sama Nando, gue bahkan nggak dilirik sedikit pun sama dia," ucap Qiandra dengan nada dingin.
"Qi, kenapa kamu salahin aku? Kami memang udah saling kenal cukup lama," jelas Seina.
"Alah munafik! Gue tau, lo suka kan sama Nando? Kenapa sih, Nando lebih milih cewek lemah kayak lo?"
"Aku nggak nyangka ternyata kamu cewek kasar, Qi." Seina menatapnya tak percaya.
"Jauhi Nando buat gue."
"Nggak akan!"
Plak!
Satu tamparan keras di pipi Seina. Dapat Seina rasakan pipinya terasa berdenyut dan panas.
"Qiandra cukup! Kalau kamu suka sama dia, buat dia jatuh hati sama kamu. Tapi nggak gini caranya!" bentak Seina.
Qiandra tersenyum miring.
"Usaha gue buat dapetin dia masih ada sampai sekarang. Tapi yang jelas, gue mau lo jauhi Nando."
"Sadar Qi! Kamu cuma terobsesi sama dia. Kamu nggak cinta sama dia."
"Oh, semua orang mandang gue kayak gitu. Kenapa sih, orang nggak bisa liat gue sedikit aja. Liat kalau gue itu orang bener. Semua anggap gue kayak sampah! Bahkan, orang yang gue suka sama sekali nggak pernah mau noleh sedikit pun ke gue. Apa gue sekotor itu?" Qiandra bertanya pada dirinya sendiri. Dia merasa semua orang menganggapnya pengganggu.
Seina menggeleng pelan, "Dengerin aku, kamu cantik, masih banyak cowok di luar sana yang nerima kamu apa adanya. Jangan sakiti diri dan hati kamu dengan semua ini, Qi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Kembali (Selesai)
Novela Juvenil*** Yang pergi pasti akan kembali. Entah itu benar atau itu hanya sebuah kata penghibur. Setiap orang pasti pernah merasa kehilangan. Apalagi jika kehilangan seseorang yang berharga. Rasanya seperti mimpi di siang bolong. Kenyataan pahit yang mungki...