Happy reading.
****Sesuai janji Aryo tadi malam, bahwa dia akan menunggu Nando di depan gerbang sekolah. Sejak kedatangannya, pemuda itu sibuk menggerutu apa penyebab dirinya harus menunggu di sini. Dan jarak satu meter dari posisinya berdiri, Aryo melihat Nando keluar dari angkot dengan kaki pincang.
"Lo kenapa ini? Kok pincang? Wah, parah nggak nih?" Aryo melontarkan banyak pertanyaan saat memapah Nando.
"Lo nanya udah kayak wartawan tau nggak! Banyak bener, nafas juga belum gue," Nando berdecak sebal.
"Gue khawatir tau."
"Ceritanya ntaran aja, kita masuk dulu." Dengan sigap sahabatnya itu memapah Nando. Tak lama Gege dan Ical datang, mereka langsung berlari ketika melihat adegan saling memapah itu.
"Oh my! Lo kenapa? Itu kok!" cerocos Ical.
"Berisik! Ntar aja curhatnya. Gue bawa dia ke kelas dulu," sela Aryo. Ical dan Gege mengangguk paham, lalu ikut membantu. Mereka menuju kelas. Sepanjang koridor, Ical sibuk bertanya karena penasaran.
"Berhubung udah nyampek, sekarang cerita kenapa lo bisa kayak gini," desak Gege. Mereka mengambil posisi saling berhadapan, agar bisa leluasa mendengar cerita Nando.
"Gue keserempet motor."
"Apa!?" teriak Ical.
"Somplak! Kondisikan mulut lo itu. Kagak usah teriak di kuping gue juga kali!" tegur Aryo sambil mengusap-usap telinganya.
"Ye maaf. Ane kan kaget, Gan," ucap Ical sambil nyengir.
"Kok bisa? Emang lo merem apa pas jalan?" tambah Gege.
"Gelap dong!" balas Nando.
"Ck! Jangan becanda deh. Gue kepo kenapa bisa," desak Gege agak gemas.
"Buruan Nando!" Ical semakin menambahkan suasana tegang.
"Gue ketemu sama ayah. Tepat saat lo pada pergi."
"Lo baik-baik aja, kan? Kalo nggak kuat jangan dipaksa," ucap Aryo. Mereka bertiga sudah tahu bahwa ayahnya Nando meninggalkan keluarganya demi wanita lain. Wajah iba terlihat jelas di ketiga temannya itu.
Nando menggeleng, "Lo semua harus tau kelanjutannya." Nando menarik nafas sejenak, "Dan yang bikin gue terkejut lagi, kalau ayah ternyata menikah sama wanita yang nggak lain ibunya Qiandra."
"Lo serius?!" Ical tak percaya.
"Nggak bercanda, kan?" timpal Gege.
"Astaga, gue nggak nyangka. Dunia ini sempit banget." Aryo menggelengkan kepalanya sambil tersenyum miris.
"Gue baru tau saat dia panggil 'papa'. Yang bikin gue tambah kecewa lagi, ayah bilang sama anaknya kalau dia nggak kenal sama gue." Nando tersenyum miris. Raut wajahnya tampak tenang, meskipun hatinya bertambah dengan luka, kecewa, bahkan amarah yang entah sampai kapan akan sirna.
"Cerita lo bikin gue yakin, kalau ayah lo itu nggak pernah cerita tentang keluarga lo, sebelum dia menikah sama wanita pilihannya," Gege berasumsi.
"Yang gue heran, kenapa tuh perempuan nggak tau diri banget ya!? Ngerebut suami orang, nggak ada harganya banget!" Ical berdecih jijik.
"Namanya juga pelakor. Dan berarti cuma lo doang yang tau fakta ini?" tanya Aryo.
"Gue kira, iya. Dan gue nggak tau harus gimana sama cewek itu, setelah gue tau faktanya." Nando mengusap kasar wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Kembali (Selesai)
Teen Fiction*** Yang pergi pasti akan kembali. Entah itu benar atau itu hanya sebuah kata penghibur. Setiap orang pasti pernah merasa kehilangan. Apalagi jika kehilangan seseorang yang berharga. Rasanya seperti mimpi di siang bolong. Kenyataan pahit yang mungki...