35|Misi Pendekatan

76 4 0
                                    

Py reading.

🍀 🍀 🍀

Kyle yang sedari tadi duduk tidak jauh dari ruangan Seina, mengembangkan senyumnya saat melihat kedatangan gadis yang di tunggunya. Dia langsung berlari menuju Seina, seraya memanggil Seina sedikit teriak.

"Riza!" teriakan Kyle membuat gadis itu menoleh.

"Kyle, ada apa?" tanya Seina langsung.

Kyle kini berhadapan dengan Seina tampak sedikit gugup.

"Em, begini. Di sini aku, kan, masih baru. Kira-kira mau nggak kamu bantu aku belajar?"

Seina sedikit mengerutkan keningnya, "Belajar bareng?"
Kyle mengangguk cepat. "Bisa kok. Kapan?"

"Serius kamu mau?" tanya Kyle girang, diangguki Seina sambil tersenyum. "Kalau gitu, nanti sore deh. Gimana kalau di kafe? Nanti aku jemput kamu," lanjutnya.

"Eh, nggak usah jemput. Saya bisa sendiri."

"Kalau gitu, aku minta nomor kamu boleh?" tanya Kyle.

"Mana hp kamu?" Dengan cepat Kyle memberikan ponselnya. Nampak Seina mengetik sesuatu pada ponsel Kyle. 

"Ini nomor saya," ucap Seina sambil mengembalikan ponsel itu.

"Thanks, ya."

"Iya. Saya duluan." Seina meninggalkan Kyle yang sedang tersenyum senang karena sudah mendapat nomor Seina. Kyle kembali ke kelasnya dengan hati gembira.

Saat akan memasukkan ponselnya ke saku kemeja, tiba-tiba muncul nama Qiandra di layar.

"Halo, sweety," sapa Kyle.

"Nggak usah sok manis. Gimana rencana lo sekarang?"

"Dalam proses. Gue udah berhasil ngajak dia jalan."

"Jalan? Mana mungkin dia sukarela mau jalan gitu aja, apalagi lo baru kenal dia."

"Alasan gue banyak, sweety. Tenang aja, permainan baru dimulai kok."

"Di mana lo ajak?"

"Kafe."

"Oke, thanks."

Tut tut ... sambungan terputus.

"Ck! Kebiasaan banget!" ucap Kyle kesal.

✴✴✴

Sore harinya, Kyle mengirimkan pesan pada Seina lokasi mereka bertemu. Dia sudah tiba di sana, sedangkan Seina sedang dalam perjalanan menggunakan mobil. Sekitar 10 menit berlalu, Seina tiba di sebuah kafe. Gadis itu turun dari mobil dengan menenteng beberapa buku. Matanya mencari Kyle yang menunggunya. Kebetulan, Kyle melambaikan tangannya saat melihat Seina datang.

"Maaf, saya telat," ucap Seina sambil menarik kursi.

"Santai aja, aku juga baru datang."

"Oh iya, ini beberapa buku yang saya pakai. Kamu bisa baca yang ini juga," ucap Seina. Kyle mengangguk pelan.

"Pesan dulu aja," suruh Kyle.

Seina memanggil pegawai kafe untuk memesan minuman. Tak lama, pesanannya sudah diantar. Secangkir latte terhidang di depannya.

"Kok kopi?" tanya Kyle.

"Ada yang salah?" Seina malah bertanya.

Kyle menggeleng, "Kamu suka kopi ternyata."

"Sedikit. Nggak sering juga."

"Oh."

"Ayo kita mulai. Mumpung masih sore," ucap Seina.

"Oke."

Saat itu juga Seina menjelaskan materi tentang psikologi manusia. Kyle mengangguk-anggukkan kepalanya berulang kali, namun matanya menatap lekat Seina ketika gadis itu berbicara. Ucapan Seina terhenti saat ponsel di tasnya berdering.

"Sebentar ya," ucap Seina pada Kyle. Kyle hanya mengangguk sambil terus memperhatikan Seina dari samping.

"Sei, kamu di mana?" tanya Nando.

"Aku di kafe, bantu temen belajar. Kenapa?"

"Siapa?"

"Kyle," jawab Seina.

"Kyle? Cowok?"

"Iya, Ar."

"Kenapa harus di kafe? Di kampus, kan, bisa," ucap Nando dengan nada terdengar tidak suka.

"Di kampus nggak sempat, Ar. Jadinya di sini. Lagian bentar lagi selesai kok," jelas Seina.

"Oh, gitu. Ya udah, kamu hati-hati pulangnya. Inget, jangan kemalaman."

"Iya, janji deh."

"Bagus! Ya udah aku tutup."

"Oke." Setelah selesai berbicara, Seina tersenyum tidak enak pada Kyle yang terganggu belajarnya.

"Kyle, maaf ya."

"Nggak apa-apa. Dari siapa?"

"Someone," jawab Seina sambil tersenyum tipis.

"Pacar?" Kyle semakin penasaran, namun Seina hanya tersenyum.

"Lanjut ya?" tanya Seina mengalihkan pembicaraan.

"Iya, sampai mana tadi?" tanya Kyle cepat. Selama diskusi, Seina terus memberikan penjelasan yang mudah dimengerti oleh Kyle. Tak terasa dua jam telah berlalu. Mereka memutuskan mengakhiri belajar kali ini.

"Yakin nggak mau aku antar?" tanya Kyle yang sudah keempat kalinya.

"Kyle, ini yang keempat kalinya kamu nawarin saya. Tapi maaf, saya bawa mobil."

Kyle mendesah pasrah, "Oke kalau kamu masih nggak mau. Tapi kapan-kapan, mau ya aku jemput?"

"Mm...." Seina mengetuk jarinya di dagu seperti berpikir.

"Ayolah. Ya, ya, ya?"

"Ya udah, lain kali ya?" tanya Seina.

"Yes! Siap Boss!" ucap Kyle senang. Seina terkekeh.

"Jangan panggil saya begitu, nama aja."

"Kalau 'sayang' boleh?" goda Kyle. Seina menggeleng tidak setuju.

"Nama aja."

"Ya deh, aku panggil kamu Riza."

"Itu lebih baik. Kalau gitu saya pulang. Kamu mau baca buku ini atau nggak?"

"Besok aja saya pinjam ya. Nggak bawa tas soalnya," tolak Kyle.

"Oke. Kapan pun kamu butuh, cari saya aja. Kamu juga bisa pinjam buku saya."

"Siap! Makasih, Za."

"Sama-sama."

Setelah kepergian Seina, Kyle mengirim pesan pada seseorang. Dia tampak tersenyum licik setelah pesan itu terkirim ke orang itu.

Yang Kembali (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang