Happy reading.*********
Hari ini Nando sedang mengikuti pelajaran dengan tenang. Dia hanya sekelas bersama Ikhsan, sedangkan dua temannya berada di kelas yang berbeda, namun jurusan yang sama.
"Bosen gue," keluh Ikhsan atau biasa dipanggil Ical.
"Kenapa?" tanya Nando tanpa menoleh ke arah sahabatnya.
"Lo tau gue nggak suka sama Fisika. Ini udah lebih dari jam belajar loh! Guru ini nggak peka banget, sih?"
"Mungkin beliau lupa."
Ical menghela nafas lelah, dia semakin menundukkan kepalanya hingga menyentuh meja. Nando hanya menggelengkan kepalanya melihat sahabatnya.
"Ikhsan!" tegur pak Didi saat melihat muridnya tidak menghiraukan ucapannya.
Ical yang terkejut langsung menegakkan tubuhnya."Kenapa kamu? Dari tadi tidak mendengarkan saya berbicara."
"Eh, anu ... Pak," ucap Ical gugup. Semua murid memandang ke arahnya sambil menahan tawa.
"Anu. Anu apa? Sekarang kamu berdiri di depan. Jelaskan kembali ucapan saya tadi."
"Pak bukannya saya menolak. Tapi jam Bapak sudah selesai," elak Ical sambil menatap arlojinya.
"Alasan kamu. Cepat!" suruh Pak Didi mulai emosi.
"Tap-" bel istirahat berbunyi. Dan itu sangat menyelamatkan Ical dari hukuman. "Tuh, kan, Pak. Apa saya bilang."
"Oke, kali ini kamu lolos. Ingat, sampai saya melihat kamu seperti ini lagi, saya akan suruh kamu keliling lapangan!" ancam pak Didi. Ical menghela nafas lega. Setelah gurunya keluar kelas, Nando tertawa.
"Makanya jadi murid tuh nurut dikit," ucap Nando disela tawanya.
"Ketawa aja Mas, seneng liat gue menderita."
Nando menepuk bahu sahabatnya.
"Udah nggak usah ngambekan. Kantin yuk!" ajaknya. Ical hanya diam mengikuti langkah Nando di sampingnya. Saat berjalan di koridor, seseorang siswi tidak sengaja menabrak Nando."Aduh!" pekik gadis itu saat bahunya menabrak tubuh tinggi Nando.
"Kalo jalan liat-liat dong," tegur Nando.
"Heh, kok gue sih? Lo aja yang ngalangin jalan gue!" ucap gadis itu sewot. Ical memperhatikan wajah sahabatnya yang sangat datar saat berbicara. Itulah kebiasaan Nando saat berbicara dengan orang yang tidak dikenalnya.
"Udah ya, nggak usah ribut. Lagian lo juga jalan buru-buru," lerai Ical. Gadis itu malah melotot tidak terima dirinya yang disalahkan.
"Eh, jangkrik. Lo kenapa nyalahin gue? Lagian kalian jalan seenaknya, lo kira ini jalan nenek moyang lo?"
"Kok lo nyolot sih?! Jelas-jelas lo yang salah. Sinting!" cibir Ical yang mulai kesal.
"Lo!"
"Bisa kalian diam?" ucap Nando tegas. Tatapan tajamnya dia perlihatkan pada gadis itu. "Masalah sepele, nggak usah diambil pusing," lanjutnya.
"Apa lo bilang?"
"Lo nggak budeg, kan? Lo ngomong kayak gini buang-buang waktu gue aja," ucap Nando dengan tenang. "Jalan Cal!" suruhnya. Nando tidak menghiraukan teriakan dan umpatan gadis itu. Ical yang berjalan di samping hanya menggerutu kesal.
Sesampainya di kantin, dua pemuda itu langsung menghempaskan bokongnya di kursi yang tersedia. Ical yang sedang kesal membuat Aryo dan Gege saling menatap bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Kembali (Selesai)
Novela Juvenil*** Yang pergi pasti akan kembali. Entah itu benar atau itu hanya sebuah kata penghibur. Setiap orang pasti pernah merasa kehilangan. Apalagi jika kehilangan seseorang yang berharga. Rasanya seperti mimpi di siang bolong. Kenyataan pahit yang mungki...