"Bersamamu mengajarkan aku menjadi pria yang sempurna, walaupun nyatanya tidak begitu"
❇♥❇
Dua tahun kemudian.
Nando' s pov
Nggak terasa dua tahun udah lewat. Saat ini aku udah duduk di semester 5. Berkat beasiswa itu, aku bisa lanjut kuliah. Dan aku juga masih kerja di resto bang Zio. Aku mau cerita sedikit, banyaklah perubahan-perubahan selama dua tahun ini. Dimulai dari kabar tiga sohibku.
Kami satu kampus, tapi beda jurusan. Mulai dari Aryo, dia ambil jurusan kedokteran. Gege masuk di jurusan seni lukis, karena dia suka banget ngelukis. Sejak kenal dia, baru tau waktu aku ke rumahnya. Di kamarnya banyak banget lukisan, bagus-bagus. Itulah kenapa dia ambil jurusan seni lukis sekarang.
Sedangkan sohibku yang bernama Ical, dia ngambil jurusan musik. Katanya sih dia pengen jadi seorang gitaris hebat. Ya doain aja kalau aku mah, semoga tercapai keinginannya. Satu lagi kalau Seina, gadis kecilku itu kuliah di tempat yang sama, dia ambil jurusan psikolog. Katanya biar dia bisa baca ekspresiku.
Kalau aku pasti udah tau dong? Kalau kalian lupa, aku ingetin deh. Aku masih berambisi untuk jadi arsitek. Makanya aku perdalam bakat di bidang desain.
Oke, sekian. Untuk masalah kerja, kebetulan aku dan tiga sohibku ambil kerja dari sore sampai malam. Ya, hitung-hitung nambah uang jajan. Selama dua tahun kerja sampingan, aku bisa beli motor, meskipun masih nyicil. Tapi seenggaknya nggak ribet kalau pergi ngampus.
Tiga sohibku juga beli motor. Kata mereka sih, kalau lagi ngegebet cewek, nggak capek-capek jalan kaki untuk kencan. Ya biasa, alibi dari Bang Ikhsan. Oh iya, aku mau kasih tau fakta dari Ical. Kali ini dia udah taken sama adeknya Mbak Dian. Masih ingat sama Mbak yang satu itu? Beliau juga udah nikah setahun yang lalu. Dan ngundang kami, di sanalah awal mula pertemuan Ical sama adeknya Mbak Dian.
Sampai akhirnya mereka dapat restu. Hubungan mereka langgeng sampai sekarang. Nah, kalau Gege, do'i dapet gaetan. Katanya dia kenal cewek itu pas nggak sengaja salah ruangan. Maksudnya gini, kan waktu si Gege lagi ada kelas ngelukis, nah si cewek ini nyasar. Ceritanya dia mau ke ruang BEM, karena ruangan itu bersebelahan, si ceweknya malah masuk ke ruang lukis.
Dari sana deh, si Gege kenal. Modus awalnya sih mau nganteri cewek itu. Lama-lama mereka dekat dan yaaa, pacaran deh. Umm ... kalau cerita dari calon dokter, do'i masih menyandang status single-nya. Ceritanya sih, dia pengen cari calon yang nantinya bisa langsung diajak naik pelaminan. Lagian dia calon dokter, otomatis banyak tugas kuliah. Bahkan dia sampai nggak punya waktu untuk sekedar hang out bareng lagi.
Sekalipun ada, ya palingan cuma sebentar.Kalau aku sih, kalian tau sendiri kan hubunganku sama Seina. Kami nggak pacaran, tapi kami mulai membangun komitmen. Menurutku sih, nggak penting banget pacaran kalau ujung-ujungnya putus. Mending jalanin aja, selagi masih muda.
Hari ini aku lagi jalan-jalan ke fakultasnya Seina. Pas mau belok, tiba-tiba ada cewek yang nabrak dari belakang. Karena kaget, refleks aku minggir dan nasibnya tuh cewek jatuh ke depan.
"Aw."
"Sini saya bantu." Aku menyodorkan tanganku lalu disambut cewek itu.
"Makasih," ucapnya.
"Kamu nggak apa-apa?" tanyaku.
"Nggak kok Kak, maaf ya nggak sengaja nabrak."
"Iya, hati-hati makanya. Saya duluan." Melihat dia mengangguk, aku langsung pergi. Aku nggak sengaja melihat ruang musik, jadi kangen main musik. Aku langsung masuk ke sana, ternyata Seina juga di sana. Dia lagi main piano dan belum sadar kalau aku ada di belakangnya. Pantesan nggak ketemu, ternyata lagi di sini.
Aku tersenyum saat melihat jari-jari lentiknya menari lincah di tuts piano. Setelah Seina menyelesaikan permainannya, aku langsung tepuk tangan.
"Keren," pujiku. Dia sedikit kaget saat melihatku tiba-tiba di belakangnya.
"Kamu buat aku kaget aja," ucapnya.
Aku cuma cengengesan, "Kenapa berhenti? Aku masih mau liat kamu main lagi."
"Kan tadi udah liat aku main. Kamu ngapain di sini?" tanyanya sambil berdiri.
"Nggak tau. Tiba-tiba kaki aku melangkah ke sini tanpa nunggu komando dari aku," jawabku. Seina tertawa.
"Kamu alasan aja. Bilang aja kalau lagi ngikuti aku. Iya, kan? Kok bisa ke sini? "
"Ciee ... yang mau diikuti aku."
Seina tertawa renyah, "Terserah kamu deh."
"Duet yuk?" ajakku lagi. Seina mengangguk, kami duduk berdampingan di kursi yang cukup untuk dua orang.
"Lagu apa?" tanyanya.
"Yang lagunya cocok di duet. I'm gonna lose you aja ya?" usulku.
"Oke. Kamu yang main."
Aku langsung menekan tuts piano itu. Aku bisa main gitar dan piano secara otodidak. Pertama kalinya minjem gitar temen. Kalau piano bisa semenjak sekolah SMP, kebetulan ada fasilitas alat musik. Jadinya ya, aku asah kemampuan. Dan ini buktinya.
Kami bernyanyi dengan alunan piano yang aku mainkan. Suara Seina itu merdu, tapi entah kenapa gadis kecilku ini orangnya pemalu. Katanya suara dia biasa aja, padahal kalau dia nyanyi aku yang sebagai pendengar jadi ngantuk. Kayak di dongeng sama dia.
Mata Seina yang selalu bikin aku kangen. Selalu bikin aku pengen di dekat dia. Selalu bikin aku nggak bisa berpaling dari cewek lain. Selalu bikin aku nurut kalau sedikit nakal. Selalu bikin aku jadi pria yang bisa lindungi dia. Selalu bikin aku percaya kalau Tuhan itu adil, buktinya cewek di sampingku ini.
Gadis kecil yang cantik, manis, manja, dewasa dan mandiri. Meskipun dia udah segede ini, tapi aku masih menganggap dia gadis kecil. Gadis kecil yang membuatku selalu nyaman setelah Bunda dan adikku, Icha. Aku nggak bisa membayangkan gimana aku tanpa mereka. Mereka berarti untukku. Aku janji selama aku masih hidup, aku akan jaga mereka dan membuat mereka bangga.
Ah. Aku terharu, men! Hehehe...
"Senyummu membuat jantungku nggak sehat," ucapku.
"Kamu ih, gombal mulu."
Kami tertawa disela duet dadakan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Kembali (Selesai)
Teen Fiction*** Yang pergi pasti akan kembali. Entah itu benar atau itu hanya sebuah kata penghibur. Setiap orang pasti pernah merasa kehilangan. Apalagi jika kehilangan seseorang yang berharga. Rasanya seperti mimpi di siang bolong. Kenyataan pahit yang mungki...