"Pentingkah masa lalu diingat? Tapi bagaimana jika masa lalu itu yang memaksa untuk diingat?"
==========Pukul 21.00 keempat pemuda itu pulang. Setelah merapikan segala yang dianggap berantakan di restoran itu. Pemilik restoran memang membuat peraturan agar menutup restorannya tepat pukul sembilan malam. Alasannya karena para karyawannya juga perlu istirahat. Bos yang baik sekali.
Nando tiba di rumah dengan wajah lelah. Dia baru saja sampai rumah 5 menit yang lalu. Terlihat bunda masih setia membuat adonan cake untuk pelanggan. Meskipun wajah lelahnya terlihat. Nando merasa kasihan melihat bunda yang sangat dicintainya, harus rela menghabiskan waktu istirahatnya hanya untuk membuat kue.
Nando berjalan untuk menghampiri dua wanita yang disayanginya. Bunda dan adiknya.
"Assalamualaikum." Nando mencium punggung tangan bundanya.
"Waalaikumsalam. Abang kok lama pulangnya?" tanya bundanya.
"Maaf ya, Bun. Emang jam segini resto-nya tutup."
"Emang Abang ke mana, sih? Kok dari tadi aku nggak liat?" tanya Icha yang sedang membungkus beberapa kue ke kotak.
"Kerja. Kamu tadi siang ke mana?" tanya Nando sembari duduk di samping adiknya.
"Pulang sekolah tadi langsung ke rumah Anya. Tugasku numpuk, jadinya kami kerja bareng deh."
"Oh," jawab Nando. Pandangannya beralih ke bunda. "Bunda istirahat aja. Kan bisa dilanjutin besok."
"Nggak papa, Bang. Dikit lagi, tinggal panggang ini aja. Kamu mandi sana, udah solat isya?"
"Udah kok Bun. Makan juga udah."
"Bunda tau kamu capek sekarang. Istirahat dulu sana, tapi mandi dulu. Adek juga masuk kamar ya," suruhnya sambil berjalan menuju oven untuk memanggang kue tadi.
"Arnan bantu ya Bun?" tawar Nando sambil berdiri.
"Nggak perlu Bang. Ayo sana masuk anak-anak Bunda. Sebentar lagi selesai kok."
"Ya udah, Nando ke kamar dulu Bun," diangguki bundanya. Nando langsung mencium pipi wanita itu.
"Aku nggak dicium juga nih?" tanya Icha pada abangnya. Pemuda itu terkekeh.
"Oh, adekku yang rewel nan manja ini mau dicium ya sama Abangnya yang ganteng ini?" goda Nando sambil menaik turunkan alisnya. Icha memanyunkan bibirnya. Langsung saja Nando mencium kedua pipi adiknya dengan gemas, lalu mencubitnya sedikit.
"Sakit Bang. Bunda..." rengek Icha.
"Alah, pelan padahal. Manja," cibir Nando sambil mengacak rambut adiknya.
"Biarin. Wleek!" Icha menjulurkan lidahnya ke arah Nando sengaja.
"Udah malem Sayang, becandanya di pending dulu. Masuk kamar sekarang," lerai bunda mereka. Setelahnya suasana hening, kedua anaknya masuk ke kamar masing-masing. Sedangkan wanita paruh baya itu masih sibuk merapikan bahan kue yang berserakan.
10 menit kemudian....
Nando merebahkan tubuhnya yang lelah di atas kasur kesayangannya dengan posisi telentang. Kedua tangannya dia gunakan sebagai bantalan kepala. Pandangannya fokus ke langit-langit kamar yang didominasi warna putih dan biru muda kesukaannya. Kamar pemuda itu minimalis. Dia sangat suka mendekor kamar kecilnya dengan berbagai gaya yang menurutnya sesuai dengan kepribadiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Kembali (Selesai)
Ficção Adolescente*** Yang pergi pasti akan kembali. Entah itu benar atau itu hanya sebuah kata penghibur. Setiap orang pasti pernah merasa kehilangan. Apalagi jika kehilangan seseorang yang berharga. Rasanya seperti mimpi di siang bolong. Kenyataan pahit yang mungki...