~> 29

351 58 57
                                    

Samar-samar angin berhembus mendatangi, rambut panjangnya berayun-ayun dimainkan oleh angin.  Mata gadis itu sekarang sangat sembab, masih juga mengeluarkan beberapa tetes air mata. Kalau bisa jujur, ini adalah rasa sakit yang selalu terulang lagi dan lagi. Padahal ia tahu, jatuh dalam lubang yang sama itu adalah suatu kebodohan. Menyesal? Sudah, tak perlu lagi kamu jawab. Semua orang pun tahu akan jawabanmu.

Yeonhee terus terisak menangisi kejadian beberapa menit lalu, dia sudah bodoh mengharapkan hal baik datang bersamaan dengan Sehun yang menghampirinya tadi ke kelas. Dia berpikir Sehun akan meminta maaf karena sudah salah paham dengan apa yang dilihatnya kemarin. Yeonhee hanya pulang bersama dengan Chanyeol, itu saja.

Kenapa harus kalimat putus yang muncul di bibir Sehun? Itu sangat menyakitkan, walau hanya berpacaran singkat setidaknya Yeonhee pernah merasa nyaman di dekat Sehun.

Dia bergetar menggenggam ponselnya yang sudah mengirimkan pesan kepada Chanyeol. Entah kenapa, Chanyeol tiba-tiba terlintas di pikirannya. Dia hanya menyesali satu peristiwa. Kenapa dia dulu sangat keras kepala memihak ke Sehun di saat Chanyeol selalu mengulang kalimat bahwa Sehun itu cowok berengsek.

Hanya butuh 3 detik, balasan Chanyeol pun datang ke random chatnya. Sambil sesegukan dia pun membuka pesan itu.

Chanyeol : Sekarang lo baik-baik aja, kan?

Yeonhee terharu dengan isi pesan itu, ternyata Chanyeol sepeduli ini padanya.

Chanyeol : Yeon?
Chanyeol : Kenapa cuman dibaca?

Panggilan masuk dari Chanyeol  tiba-tiba datang di saat Yeonhee tengah mengetikan balasan. Dia tak mau mengangkat, malu rasanya jika Chanyeol tahu dia sedang menangis sekarang.

Chanyeol : Please Yeon, jangan buat gua khawatir
Chanyeol : Angkat telepon gua dan gua bakal susul lo ke sana.

Akhirnya dengan berat hati Yeonhee mengangkat panggilan suara itu, belum sempat dia menyapa, Chanyeol sudah mengujam banyak pertanyaan di sana.

Lo di mana sekarang? Masih sama Sehun? Di sekolah? Lo nggak papa, kan?”

Yeonhee hanya menghela tanpa menjawab pertanyaan bertubi-tubi itu. Chanyeol bisa mendengar sesegukan itu walau sebesar apapun ditutupi.

Lo nangis?”

“Yeon, jawab.”

“Kenapa ya Chan, sakit banget rasanya.”

Yeonhee menjeda lagi ucapannya, “Bukan cuman lo yang mainin gua, ternyata Sehun juga begitu. Kenapa, sih? Apa salah gua?”

Chanyeol diam tak bisa menjawab perkataan itu, karena perasaannya yang campur aduk Chanyeol pun bertanya di mana Yeonhee sekarang. Gadis itu bilang, sekarang dia tengah berjalan keluar dari area sekolah.

“Tunggu di halte, gua jemput lo sekarang.”

Panggilan itu diputus sepihak oleh Chanyeol, laki-laki itu bergegas untuk menjemputnya bahkan dalam kondisi sakit. Tak mau peduli, yang terpenting dia harus ke sana sekarang.

Diperjalanan Chanyeol sangat kencang melajukan motornya, berbahaya sekali. Di perempatan tanpa sengaja dia lupa melihat sekeliling alhasil saat ada wanita paruh baya lewat dia hampir menabraknya. Karena membanting setir dia pun terjatuh, tangan kirinya langsung berdarah akibat menjadi sandaran ketika ia jatuh. Nenek itu tak apa, hanya shok saja.

“Maaf ya, Nek. Nenek nggak papa, kan?” khawatir Chanyeol sambil melihat kondisi nenek itu. Syukurlah dia tak lecet sedikit pun.

“Nak, lain kali bawa motor itu hati-hati. Tuh lihat, jadi berdarah kan tangannya.”

Boyfriend [Full Chapter]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang