~> 21

511 64 35
                                    

------------------------------------------------------------------------------------------
'Kejutan!'
------------------------------------------------------------------------------------------


Malam ini Chanyeol begitu tak berselera melihat makanan yang ada di meja, nafsu makannya hilang sejak sepulang sekolah tadi. Ya, kejadian saat dia melihat Yeonhee dilabrak oleh Irene. Dia tahu semua yang terjadi, namun dia memilih untuk tetap berdiam diri.

Bukan Irene yang dia pikirkan, justru Yeonhee ... orang yang mulai mengisi pikirannya akhir-akhir ini. Entah kenapa dalam batinnya dia tak suka jika Irene kasar kepada Yeonhee dengan memukulnya dan memakinya.

Batinnya bertambah sakit apalagi saat Sehun membawa gadis itu pergi di depan matanya. Harusnya itu tempat bagi Chanyeol melindungi Yeonhee, bukan Sehun.

Dia membuang nafasnya dan menatap langit-langit dapur. Rumahnya sepi, hanya dia seorang diri termenung di ruang dapur. Kedua orangtuanya tengah sibuk pergi dengan alasan bekerja, Chanyeol pun tak merasa terbebani lagipula dia terlihat cukup dewasa untuk tinggal sendiri.

Nasi goreng buatannya tak menggugah dan ingin rasanya membuang, tapi sayang. Karena lelah bergelut dengan pikirannya, dia berjalan keluar rumah mencari udara segar.

Malam ini langit terlihat cantik dipenuhi bintang, melihatnya saja dia sudah merasa tenang. Tapi perutnya masih lapar, dia pun melihat sekeliling.

"Beli ayam bakar aja ah, sekalian main," ucapnya sembari menutup pintu rumah dan menguncinya.

Keadaannya berbeda jauh dengan Yeonhee, sekarang dia terlihat sibuk sekali dengan ponselnya yang dipegangnya.

"Chat? Nggak? Aduh pusing ah!" geramnya kesal. Angin malam bahkan tak bisa meredam emosinya.

"Tinggal chat, bilang suruh kesini sekarang, udah ... clear. Tapi ... gue gak berani!" ia mengocehi dirinya sendiri yang pengecut.

Kontak Chanyeol belum tersentuh sedikitpun, pesan juga hanya diketik lalu terhapus. Dasar Yeonhee payah.

"Gimana? Chanyeol mau datang?"

Yeonhee terperanjat kaget mengetahui kedatangan papa-nya yang terkesan tiba-tiba. "Ih papa ngagetin aku aja."

Papa-nya hanya diam menunggu jawaban dan itu membuat Yeonhee hanya bisa menggigit bibirnya. "Kenapa sih harus manggil dia pa?! Nyebelin tau nggak!"

Dia marah tapi dia tak tahu marah kepada siapa, marah pada dirinya, ayahnya atau Chanyeol? Dia tak tahu.

"Berarti benar kan kalau kalian putus?"

"IYA! KITA PUTUS! IYA PA!" kali ini nada bicara Yeonhee meninggi dan membuat ayahnya sangat terkejut.

"Kenapa teriak-teriak sih, papa kaget tau," kata papa sambil mengelus dada.

"Nah gitu jujur, papa jadi tahu kenapa kamu murung akhir-akhir ini. Chanyeol jahat ke kamu?" teror papa-nya lagi.

"Bukan, kita ... kita saling menghindar. Bukan Chanyeol aja tapi Yeonhee juga." bibirnya mulai bergetar dan matanya juga memerah. Dia sudah mengecewakan papa, dia sedih karena papa sudah terlalu memberi kepercayaan untuk hubungan mereka.

Papa mengusap punggungnya, memeluknya. "Maaf papa udah buat kamu tertekan, bukan itu maksud papa. Papa cuman--"




"Chanyeol?"




Yeohee membuka matanya saat ayahnya memanggil nama Chanyeol di belakangnya. Ada apa?

"Assalamualaikum Om, apa kabar?"

Boyfriend [Full Chapter]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang