"Yingying, jangan lari-lari gitu. Kalau jatoh nanti aku yang ribet."
"Nama aku bukan Yingying ih."
"Aku tau. Tapi lucu aja dengernya tiap Renjun manggil kamu gitu."
Kau memutar bola matamu malas.
"Lagian kamu ngapain sih ngikutin aku kemana-mana? Gaada kerjaan banget.""Kan kata Renjun kamu harus main sama aku."
"Ya tapi ini kan udah pulang sekolah, Yangyang."
Yangyang merangkul bahumu menggunakan sebelah tangannya yang sedang tidak memegang payung.
"Lagian kenapa sih? Kayaknya ga mau banget barengan aku. Kenapa? Mau ketemu si Hendery itu?""Bukan ih."
Kau mencoba melepaskan rangkulan lelaki itu di bahumu namun tenaga lelaki itu jauh lebih kuat darimu sehingga kau tidak dapat melepaskan rangkulannya.
Kau pun menyerah lalu memutuskan untuk tak perduli.
Yangyang tersenyum jahil.
"Udah nyerah nih?""Iya. Percuma aja."
Yangyang mengeratkan rangkulannya.
"Gitu dong sekali-kali pasrah kalau aku rangkul.""Habisnya kamu tuh—
"EH, HENDERY!" Teriakmu saat menyadari kehadiran Hendery ditempat ia biasa duduk.
Lelaki itu tersenyum saat melihatmu.
"Yǔ."Namun senyumannya luntur saat menyadari kehadiran orang lain yang sedang merangkul bahumu erat.
Kau menyadari raut canggung yang seketika mucul di wajah tampan lelaki itu sehingga kau berniat untuk mengenalkan Yangyang padanya.
Namun sesaat sebelum kau membuka mulutmu, Yangyang sudah melepaskan rangkulannya pada pundakmu lalu berjalan mendekati Hendery.
"Gue Yangyang."Hendery tersenyum canggung.
"Hendery.""Yingying, ayo duduk." Ajaknya.
Kau pun mendudukkan dirimu disamping Yangyang yang duduk disamping Hendery.
"Jangan duduk disana, nanti basah. Kamu ditengah aja." Cegah Yangyang. Setelahnya, kau bertukar posisi duduk dengan Yangyang sehingga kau kini duduk diapit oleh kedua lelaki itu.
Keadaan sempat canggung selama beberapa saat sehingga Yangyang memutuskan untuk mencairkan suasana.
Lelaki itu mengeluarkan dua botol minuman ringan dari dalam tasnya. Dan menyerahkan salah satunya pada Hendery.
"Mau?"Hendery menggelengkan kepalanya pelan.
"Aku ga ditanyain?" Ucapmu.
Yangyang meletakkan botol yang ditolak oleh Hendery tadi keatas pangkuanmu.
"Gausah. Kamu pasti mau."Kau tersenyum lebar.
"Bener juga.""Ah, sebenernya aku bawa ini." Ucap Hendery tiba-tiba sembari menyodorkan sebuah cokelat batang padamu.
"Untuk aku? Makasih banyak!" Ucapmu.
"Maaf aku cuma bawa satu. Aku gatau kamu bakal dateng bareng pacarmu."
Yangyang tertawa.
"Gue bukan pacarnya. Santai."Hendery tampak bingung.
"Bukan?""Bukan. Cuma temen."
"Oh ya, Hendery." Panggil Yangyang.
"Ya?"
"Kamu dari SMA X kan? Dulu dari SMP X juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Her
FanfictionI'm not her, Nor do i want to take her place. Please understand.