"Renjun."
Renjun melirik sekilas kearah sosok yang memanggilnya sebelum ia kembali memfokuskan pandangannya kearah halaman sekolah dan mengabaikan sosok itu.
"Renjun." Panggilnya lagi. "Aku mau minta maaf."
Namun lagi-lagi lelaki itu hanya diam—tidak berminat menanggapi permintaan maaf yang ditujukan padanya itu.
"Renjun, soal kemarin itu sebenernya aku-" namun belum sempat perempuan itu menyelesaikan kalimatnya, Renjun sudah terlebih dahulu bangkit dari posisi duduknya menuju kearah sesuatu atau dalam konteks ini adalah seseorang—meninggalkan Yiren yang masih membeku ditempatnya.
•••
"JENAAAAAAA!! MAIN BASKET YUK."
"GAMAUUUUUU."
"HARUS MAU."
"GAMAU, YANGYANG."
"HARUS MAU, YINGYING."
"AKU BUKAN YINGYING IH."
"KAMU YINGYING."
"LOH KOK KAMU YANG NGATUR-NGATUR NAMAKU SIH?"
"YA KAN KAMU TEMENKU JADI TERSERAH AKU DONG MAU MANGGIL KAMU APA."
"OH IYA JUGA."
"Jena! Yangyang! Jangan teriak-teriak di kelas!" Tegur Chani. Kening lelaki yang menjabat sebagai ketua kelas itu berkerut saat melihat interaksi antara dua teman satu kelasnya itu. "Lagian lo berdua kenapa harus ngomong jarak jauh kayak gitu sih? Leher Yangyang ga pegel apa harus ngedongak buat ngeliat keatas terus?"
Chani sendiri bukannya tanpa alasan mengatakan hal tersebut. Ia rasa siapapun akan merasa terganggu dengan cara kedua anak itu berbincang mengingat Jena yang sedang berada di ruang kelasnya yang ada di lantai dua sementara Yangyang tengah berada di lapangan yang ada di lantai dasar.
"TUH KAN, KARENA KAMU GAMAU TURUN KITA JADINYA DIMARAHIN." Eluh Yangyang.
"LOH KOK JADI SALAH AKU?!"
"JENA! YANGYANG! LO BERDUA GA DENGER GUE TADI NGOMONG APA SOAL TERIAK-TERIAK DI KELAS?"
Shuhua yang sedang memakan kripik kentang bersama Dejun dan beberapa anak lainnya hanya bisa menggelengkan kepala melihatnya.
"Memang ya, orang-orang tuh kalo nyari kesalahan orang lain gampang banget. Tapi giliran sama kesalahannya sendiri malah ga sadar." Komentar perempuan itu.
"Shuhua.."
Shuhua menolehkan kepalanya kearah Dejun yang menatap kearahnya bosan. "Apa?"
"Lo kalo lagi main sama Jena kan juga suka teriak-teriak."
"Oh iya juga ya."
•••
"Hendery." Renjun memanggil singkat nama dari sosok yang menarik perhatiannya tadi. Ia tersenyum sombong saat tatapan matanya bertemu dengan milik lelaki itu. "Gue gapernah tau anak kebanggaan dari sekolah elit kayak lo ternyata ga lebih baik dari anak-anak nakal dari sekolah biasa yang suka ngelanggar aturan."
"Renjun."
"Lo ngapain disini?"
Lelaki itu menatap kearah sosok yang pernah menjadi teman baiknya dulu. "Nemuin Jena." Jawabnya singkat.
Renjun mendengus. "Mau ngapain lo?"
Hendery tersenyum—namun tidak terlihat tulus. "Gue mau ngapain sama cewe gue juga gaada urusannya sama lo kan?"
"Pergi sebelum gue laporin ke guru kalau ada penyusup masuk ke sekolah ini."
Namun bukannya terlihat takut, sosok adik lelaki dari Ten itu malah tersenyum menantang. "Lapor aja." Tantangnya. "Kalau lo mau guru-guru tau lo pergi ke taman belakang yang jelas-jelas dilarang buat didatengin sama murid."
"Kok lo-"
"Pacar gue anak sini. Sedikit banyak gue juga tau peraturan-peraturan yang ada disini."
Renjun berdecak. "Terserah lo. Gue gamau ikut campur lagi."
Hendery kembali menatap kearah Renjun dengan senyuman yang tak pernah luntur di wajah tampannya. "Seharusnya dari dulu, Jun."
"Apa?"
"Seharusnya dari dulu lo tau kalau seharusnya lo gausah ikut campur sama masalah orang lain."
•••
"Yer, liat Yuri ga?"
Chaewon menolehkan kepalanya kearah kanan dan kiri mengelilingi kelas untuk mencari keberadaan sang sahabat. Namun tak perduli berapa kalipun ia kembali menyapukan pandangannya, sosok yang ia cari tersebut tak dapat ia temukan.
Yeri menggelengkan kepalanya. "Tadi kan dia ijin pulang, Chae. Lo ga tau emang?"
"Hah? Ijin pulang? Kapan? Dan kenapa?" Tanyanya bertubi-tubi. Perempuan itu tampak bingung saat bertanya.
"Belum lama sih. Lo tadi keluar sih makanya ga denger kalau dia ijin ke kelas buat pergi ke rumah sakit. Mau jenguk keluarganya yang sakit kalau ga salah."
"Loh? Emang guru bolehin?"
Yeri menaikkan sebelah alisnya. "Chae, lo ga nyadar juga kalau dari tadi pagi kelas kita gaada guru? Semuanya lagi pada rapat."
"Hah?"
"Lo gamau nyusul juga? Mumpung gaada guru nih."
Chaewon tampak ragu namun perempuan itu tetap menganggukkan kepalanya.
"Kayaknya gue bakal nyusul. Duluan, Yer!"
"Yup! Hati-hati!"
—SCENARIO QUESTION—
Q: Did Yuri really go to the hospital?
A. No. She's lying.
B. Yes. She's telling the truth .
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Her
FanfictionI'm not her, Nor do i want to take her place. Please understand.