Closer

3.3K 810 67
                                    

"Hendery." Sapa gadis itu.

Hendery tampak terkejut saat melihatnya.
"Kamu kesini lagi?"

"Ya. Kenapa memangnya?"

"Bukannya Renjun dan Dejun udah larang kamu buat ketemu aku?"

Gadis itu tersenyum.
"Asalkan mereka gatau, bukan masalah kan?"

Hendery membalas senyumannya.
"Kamu bener-bener bikin aku tertarik."

"Oh ya? Kenapa?"

Hendery memilih untuk tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh gadis itu dan hanya tersenyum.

"Mereka kemana?"

"Mereka siapa?"

"Temen-temen kamu."

"Ah, Yangyang sama Renjun ada les. Terus Dejun lagi nemenin pacarnya."

Hendery menatap mata gadis itu.
"Soal pacar Dejun itu... Namanya Choi Yuri kan?"

Jena tampak terkejut saat mendengar perkataan lelaki itu.
"Eh? Kamu tau dia."

Hendery tersenyum canggung.
"Bisa dibilang gitu?"

"Kenal darimana?"

"Dulu satu sekolah." Jawabnya singkat.

Gadis itu menganggukkan kepalanya tanda mengerti—tak berniat bertanya lebih lanjut karena lelaki itu tampak tak nyaman dengan topik bahasan mereka.

Hendery berdehem sebentar sebelum kembali berbicara.
"Dejun udah lama pacaran sama Yuri?"

Jena mengangkat kedua bahunya.
"Mungkin?"

Hendery menatapnya bingung.
"Mungkin?"

Gadis itu tersenyum.
"Aku ga tau jelas. Yang pasti waktu aku pindah ke sekolah ini, Dejun udah pacaran sama Yuri."

"Kamu anak pindahan?"

"Ya. Yangyang juga."

"Tapi kita baru kelas 2."

"Aku sama Yangyang pindah waktu semester 2 tahun lalu." Jelasmu.

Hendery tampak terkejut.
"Kamu sama Yangyang udah kenal lama?"

Gadis itu menggelengkan kepalanya cepat.
"Engga, bukan gitu. Aku sama dia cuma kebetulan jadi anak baru disaat yang bersamaan."

Hendery mengangguk mengerti.
"Ah, jadi karena itu kalian deket?"

"Ya. Sesama anak baru sering dipasangin bareng jadinya aku deket sama dia."

"Terus kalau sama Dejun gimana bisa deket?"

"Dia baik sama aku."
"Dia terlalu baik malah sampai aku pernah ngira kalau dia suka sama aku. Tapi ternyata anaknya udah punya pacar. Jadi ga mungkin." Tawanya.

Hendery menatap jalanan yang basah karena tetesan hujan.
"Kenapa ga mungkin?"

"Maksudnya?"

Lelaki itu menutupi rasa canggungnya dengan cara menampilkan senyuman di wajahnya.
"Gapapa. Kamu sibuk ga besok?"

"Besok? Eum.. Kayaknya engga. Kenapa?"

"Mau nemenin aku ke mall?"

"Mall?" Tanyamu bingung.

Lelaki itu menganggukkan kepalanya.
"Ya. Mau nemenin aku besok ke mall? Ada yang mau aku beli."

"Boleh."

"Besok aku tunggu disini ya?"

"Oke."

Dari arah berlawanan, muncul sebuah mobil dengan kecepatan sedang yang kemudian berhenti tepat didepan halte tersebut.

"Adek." Sapa lelaki yang mengendarai mobil itu.

Gadis itu berteriak dengan riang saat menyadari kehadiran kakaknya.
"Koko!!"

Henry turun dari mobilnya lalu berjalan mendekati sepasang anak berlawanan jenis kelamin tersebut.
"Kamu anak yang waktu itu kan? Yang cardigan-nya ga sengaja dibawa pulang sama dia." Ucapnya sembari menunjuk kearah adiknya.

Hendery tersenyum tipis.
"Ya. Saya Hendery."

Henry tampak terkejut.
"Henry? Nama kita sama!"

Jena memukul pelan bahu kakak lelakinya.
"Hendery! Koko budek ih."

Henry tertawa.
"Oh, Hendery? Ga usah terlalu formal sama gue."

Hendery tertawa canggung.

"Koko ih jangan sok akrab gitu liat dia kayak takut karena liat koko." Tegur gadis itu.

"Oh ya, mana Renjun?"

"Ngapain nanyain dia?"

"Ya siapa tau dia mau nganterin kamu pulang lagi kayak kemaren."

Gadis itu memutar bola matanya bosan.
"Ya itu kan karena koko suruh."

Henry mengerutkan dahinya.
"Siapa yang nyuruh? Dia nawarin sendiri. Kebetulan koko lagi sibuk kemaren jadinya merasa kebantu banget sama tawaran dia."

Jena dan Hendery bertukar pandangan.

"Nawarin?" Tanya gadis itu ragu,

Henry mengangguk yakin.
"Ya. Dia yang duluan nawarin. Kamu gatau?"

Jena tertawa palsu.
"Tau kok."
"Ko, pulang yuk? Sebelum hujan tambah deras."

"Ah, sebentar." Sela Hendery.

Sepasang kakak beradik tersebut mengalihkan pandangannya pada lelaki tampan itu.
"Kenapa?"

"Kalau saya ajak Jena jalan besok boleh?"

Henry tampak terkejut dengan ucapan Hendery selama beberapa saat namun tak lama ia menampilkan senyuman jahil di wajahnya.
"Boleh."

"Koko ayo pulang!!" Ajak gadis itu.

"Iya, bawel."

Namun sekali lagi sebelum keduanya pergi meninggalkan Hendery, lelaki itu kembali membuat kedua orang tersebut menghentikan langkahnya.

"Yǔ."

"Hm?"

Hendery tersenyum.
"Makasih banyak."

"Buat?"

"Udah nemenin aku disini."

Gadis itu membalas senyuman Hendery.
"No problem."









"Maaf, Renjun." Lirih Hendery

Not HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang