"Jena, kamu—"
Dejun mengerutkan keningnya saat menyadari bahwa sosok yang ia panggil itu ternyata tak berada di tempat yang ia harapkan. Sebaliknya, bangku gadis itu kini telah diduduki oleh sosok lain.
"Yoshinori? Lo ngapain disini?"
Merasa terpanggil, Yoshinori yang sedang sibuk menguyah permen karetnya pun menatap kearah Dejun.
"Ya duduk lah. Masa kayang." Jawabnya asal."Iya gue tau lo duduk. Cuma kenapa lo duduk disini?"
"Mulai sekarang gue duduk disini."
"Kita pindah tempat duduk?"
Yoshinori menggelengkan kepalanya.
"Bukan kita. Gue aja.""Lo aja? Maksudnya? Bukannya kalau pindah tempat duduk seharusnya semua murid juga?"
"Ini bukan change seat kelas kok. Kan kelas kita udah sepakat buat ga pindah tempat duduk selama setahun."
"Ngantuk— eh, lo ngapain duduk disebelah gue? Jena mana?" Shuhua yang baru saja memasuki kelas pun menatap kearah mejanya dengan bingung.
"Iya kan? Gue juga bingung makanya gue nanya sama dia." Ucap Dejun.
"Mulai hari ini gue yang duduk disebelah lo, Shuhua."
"Loh? Kenapa?"
"Gue diusir Renjun."
"Diusir Renjun?"
Yoshinori menganggukan kepalanya.
"Iya. Tadi pagi pas gue dateng Jena udah duduk sambil tiduran di tempat duduk gue. Terus waktu gue mau bangunin, gue malah dimarahin dan diusir sama Renjun."Shuhua dan Dejun sontak menatap kearah tempat duduk Renjun. Dan benar saja, disamping Renjun yang sedang sibuk membaca buku tampak Jena yang sedang menenggelamkan wajahnya diatas meja.
"Lo dimarahin gimana deh?" Tanya Shuhua
"Dia bilang. 'Heh Yoshinoya, mulai sekarang lo duduk sama Shuhua. Jangan tanya alasannya kenapa karena gue gaakan pernah jawab.'"
"Hah? Yoshinoya?"
"Gatau tuh. Dipikir gue restoran kali ya."
"Terus lo ga ngelawan gitu?"
"Ya gimana, Renjun kan galak."
Shuhua mengangguk.
"Iya juga sih. Yaudahlah, gue sih terserah aja."Namun tak lama perempuan itu tersentak.
"Eh, Renjun sama Jena bukannya selalu berantem?"Yoshinori ikut membelalakkan kedua matanya saat mendengar pernyataan yang dilontarkan oleh Shuhua.
"Bener juga. Gue baru inget, Jena kan akrabnya sama Yangyang."Dejun tampak berpikir keras. Ia memutuskan untuk menghampiri gadis itu untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Namun sebelum ia melangkahkan kakinya, Yoshinori sudah terlebih dahulu menahan pergerakannya.
"Lo mau kemana?""Gue mau nemuin Jena."
Yoshinori menggelengkan kepalanya.
"Jangan. Suasana hati Renjun keliatan jelek banget pagi ini. Gue gatau apa yang salah sama dia tapi gue saranin lo gausah deketin mereka dulu.""Tapi Jena—"
Shuhua dengan cepat memotong perkataan Dejun.
"Kasih Jena waktu, jun. Gue yakin Renjun punya alasan sendiri."•••
Namun tentu saja Dejun tak mendengarkan saran yang disampaikan oleh Yoshinori dan Shuhua.
Saat jam istirahat berbunyi, lelaki itu bergegas mendekati meja tempat Jena dan Renjun duduk. Namun sebelum ia sampai, kedua orang itu sudah terlebih dahulu pergi meninggalkannya entah kemana bersama Yangyang.
Dejun memutuskan untuk mencari ketiga orang itu di kantin. Namun nihil, ia tak dapat menemukan keberadaan mereka disana.
Kekecewaan yang sama juga ia dapatkan saat ia berusaha mencari keberadaan mereka di perpustakaan ataupun taman sekolah.
Dejun melirik kearah jam tangannya, waktu istirahat akan segera berakhir. Akhirnya lelaki itu memutuskan untuk menunggu di ruang kelas. Dan tebak? Bahkan di diruang kelas pun ia tak dapat menemukan keberadaan ketiga orang tersebut.
Jena, Yangyang dan Renjun baru kembali kedalam kelas tepat sesaat sebelum guru mereka masuk sehingga Dejun tak memiliki kesempatan untuk mendekati mereka.
Pada awalnya ia hanya mengira Jena hanya sedang tidak ingin diganggu saja. Namun pada akhirnya Dejun menyadarinya, Jena hanya tidak ingin didekati olehnya.
Shuhua menatap kearah Jena yang sedang berbincang santai padanya dan kearah Dejun yang tampak sedang memandangi Jena dengan pandangan penuh rasa frustasi secara bergantian.
Perempuan cantik itu akhirnya memutuskan untuk bertanya.
"Jen..""Ya?"
"Kamu sama Dejun kenapa?"
Perempuan itu tampak santai.
"Kenapa apanya? Biasa aja kan."Shuhua menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Bukan. Kamu biasanya main sama dia kan? Aku perhatiin akhir-akhir ini kamu keliatan kayak lagi ngehindarin dia.""Cuma perasaan kamu aja, hua."
"Engga, Jen. Kamu beda. Aku tau kamu dan sekarang kamu ga kayak biasanya."
Senyuman di wajah Jena luntur saat mendengar perkataan dari mulut perempuan cantik yang telah menjadi teman sebangkunya selama beberapa bulan itu.
"Kalau gitu berarti kamu belum bener-bener tau aku.""Jena, aku—"
Namun terlambat, sebelum ia berhasil menyelesaikan kalimatnya Jena sudah terlebih dahulu meninggalkan Shuhua dan kembali ke tempat duduknya.
Perempuan itu tampak terlibat dalam suatu percakapan dengan Renjun sebelum akhirnya ia memilih untuk menenggelamkan kembali wajahnya keatas meja—kegiatan yang menjadi kebiasaan gadis itu akhir-akhir ini.
Shuhua terus menatap kearah kedua orang tersebut sampai secara tiba-tiba Renjun mengalihkan pandangannya kearahnya.
Laki-laki itu tak melakukan apapun. Ia hanya memandang kearah Shuhua secara singkat sebelum akhirnya ia kembali memfokuskan dirinya pada buku yang ia baca.
Shuhua bergumam pada dirinya sendiri.
"Tadi itu.... apa?"Yoshinori yang entah sejak kapan sudah kembali ke tempat duduknya menatap bingung kearah Shuhua.
"Lo kenapa?"Shuhua menggelengkan kepalanya.
"Gapapa.."Perempuan itu membalikan tubuhnya kearah belakang sehingga ia kini menatap Dejun yang masih terlihat sendu.
"Dejun.""Ya?"
"Gue gatau ada masalah apa antara lo, Jena sama Renjun. Tapi gue rasa lo sebaiknya cepet-cepet minta maaf."
Perempuan itu berdehem sebelum ia melanjutkan perkataannya yang sukses membuat lelaki dihadapannya itu membisu setelah mendengarnya."Renjun keliatan benci banget sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Her
FanfictionI'm not her, Nor do i want to take her place. Please understand.