Mad

2.5K 545 93
                                    

"Yangyang, Renjun marah banget ya ke aku?"


Yangyang tampak ragu. "Aku ga berani ngomong apapun, Jen." Ia menatap kearahmu dengan tatapan sungkan. "Maaf."

Kau menggelengkan kepalamu.
"Gausah minta maaf, Yang. Aku yang seharusnya minta maaf ke kamu. Karena aku, Renjun jadi ikutan marah ke kamu."

"Udahlah, gausah terlalu dipikirin. Tau Renjun kan? Sekarang dia mungkin memang marah sama kita, tapi sebentar lagi juga dia udah lupa sama alasan dia marah."

Kau tersenyum tipis saat mendengar kata-kata penyemangat yang diucapkan oleh lelaki itu. Yangyang hanya mengatakan semua itu untuk menghiburmu, kau tahu benar.

Pada kenyataannya, Renjun tak akan melupakan kesalahan yang telah kau perbuat semudah itu.



•••



Kau berani bersumpah bahwa Renjun yang selalu marah setiap berselisih paham denganmu jauh lebih baik daripada Renjun yang sekarang.

Lelaki itu tak memarahimu seperti biasanya. Sebaliknya ia mengabaikan keberadaanmu. Ia bertingkah seolah-olah kau tak ada di sekitarnya.

Kau menghela nafasmu berat. Renjun yang mengabaikan keberadaanmu itu menyakitkan. Namun rasa sakit itu bertambah berkali lipat karena kau duduk tepat disebelahnya. Perasaan bahwa kau tak diharapkan mulai menghantuimu.

Seperti saat ini, salah seorang guru kalian memberikan sebuah tugas kelompok dimana setiap murid harus mengerjakan tugas melukis bersama teman sebangkunya.

Kau menggigit kukumu. Apa yang harus kau lakukan agar Renjun mau mengerjakan tugas ini bersamamu? Haruskah kau mengajaknya bicara?

Namun lelaki itu tiba-tiba berdiri sembari membereskan alat lukisnya. Setelah selesai, lelaki itu mulai berbicara tanpa repot-repot menatap mata lawan bicaranya.
"Lo ngapain? Belum siap-siap juga? Kita kerjain tugasnya di taman sekolah aja."

Kau tersenyum dan mulai bangkit dari posisi dudukmu. Mungkin Yangyang benar, Renjun pasti sudah—

"Wang Yiren, lo ga denger gue ngomong apa?" Tambahnya.

Kau, Yiren dan Yangyang sontak saling bertukar pandangan.

Yangyang dengan cepat menyela.
"Jun, temen sebangku lo kan—

"Gue mau kerja sama Yiren." Tegasnya.

Yiren tampak memandang kearahmu sungkan. Dia tidak tahu apa-apa dan sekarang ia merasa menjadi si gadis-jahat-yang-merebut-kekasih-orang-lain yang selalu muncul di setiap drama picisan yang ia tonton di layar televisi.

Renjun membalikkan tubuhnya. "Yiren?" Tanyanya dengan nada menuntut.

Yangyang menghela nafasnya saat melihat raut bingung teman sebangkunya itu.
"Udah ren, lo kerja aja sana sama si Renjun. Biar gue sama Jena."

Yiren melirik kearahmu dan Yangyang sembari mengucapkan kata maaf tanpa suara sesaat sebelum ia berlari mengejar Renjun yang sudah terlebih dahulu berjalan menuju kearah luar kelas.

Yangyang mengulum bibirnya saat melihatmu yang tengah menatap kosong kearah punggung Renjun.
"Jena?"

Kau mengalihkan perhatianmu kepadanya.
"It's okay. Renjun cuma butuh waktu."

"Aku harap kali ini kamu bener, Yang."



•••



Eunbin memasang wajah datarnya saat sosok yang ia tunggu muncul dihadapannya.
"Kemaren gue liat lo sama si temennya Dejun itu."

Not HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang