"Jena Lau."
Kau mengelus dadamu saat mendengar suara yang tak asing lagi bagimu itu tiba-tiba terdengar. Dari bilik dapur, kakak lelakimu—Henry menjulurkan kepalanya.
"Koko, ih! Kaget aku jadinya!"
"Suho ganti mobil lagi ya emangnya?"
Kau mengerutkan keningmu saat mendengar pertanyaan darinya. "Ya mana aku tau lah. Yang temennya kak Suho kan koko bukannya aku."
"Temennya koko kan Kak Siwon bukan Suho."
"Yaudah sih kalau gitu berarti kita berdua bukan temen Kak Suho. Lagian koko ngapain sih tiba-tiba nanya tentang mobil Kak Suho? Mau beli juga? Emangnya kita mampu beli?"
Henry menjitak keningmu cukup keras. "If you weren't my lil' sis, udah aku buang ke rawa-rawa deh beneran. So annoying, just like Chenle."
Kau mengusap-ngusap keningmu yang memerah sembari mengerucutkan bibir. "Ya kan aku mainnya sama dia terus kalau koko lagi ngajak aku main ke rumah kak Siwon sama kak Suho, ya sifatnya pasti nular lah. Salah sendiri koko nitipin akunya ke rumah dia. Coba kalau koko nitipin aku ke rumah kak Jaehyun, pasti aku udah jadi anak yang elegan."
Henry memutar bola matanya malas. "That's what you want, ya kan?" Ia kemudian kembali mengulang pertanyaannya. "Tapi serius, Suho ga beli mobil baru?"
"Kan aku udah bilang aku gatau. Lagian kenapa sih kepo banget?"
"Soalnya yang nganter kamu bukan mobil Dejun, Yangyang ataupun Renjun. Kak Siwon juga lagi keluar kota jadi satu satunya orang yang ada dipikiran koko ya Suho. Tau sendiri dia kan emang suka gonta-ganti mobil." Komentarnya.
Kau mendengus saat menyadari apa yang ada dipikiran kakakmu itu saat ini. "Yang bilang aku dianter pulang sama kak Suho emangnya siapa?"
Kakakmu tampak bingung. Ia mengedipkan matanya berkali-kali. "Loh.. Bukan?" Ucapnya ragu-ragu yang disambut dengan tawamu.
"Koko inget Hendery ga?"
Henry tak menjawab namun raut bingungnya sudah cukup untuk membuatmu mengerti apa yang ia rasakan.
"Cowok yang waktu itu ngasih aku cardigan gucci dengan gampangnya seolah-olah dia cuma ngasih baju harga lima ribuan itu loh ko."
Henry menjentikkan jarinya. "Oh, anak yang kaya itu!" Teriaknya semangat. "Kok dia nganter kamu pulang?"
"Kan cowokku." Cengirmu.
Henry hanya menatapmu datar. "Pacaran aja pikiran kamu. Nilai tuh benerin dulu." Komentarnya pedas. "Untung pacar kamu kaya, jadi koko ga bakal nyuruh kamu putus."
"As expected from my brother."
Kakak lelakimu tertawa selama beberapa saat sebelum raut wajahnya kembali serius. "Just kidding. But seriously, koko gamau denger ya kalau alasan kamu macarin dia cuma karena dia kaya. We're not that poor anyway, buying one or two more luxury things for you won't hurt us. Kita gaakan bangkrut gitu aja."
Nada bicaranya memang terdengar biasa saja. Namun kau tahu benar bahwa kakakmu itu benar-benar serius dengan perkataannya.
Henry bukanlah seorang kakak lelaki yang kolot. Ia bahkan tidak pernah berkomentar apapun saat mengetahui teman-teman terdekatmu rata-rata berjenis kelamin laki-laki. Namun ia hanya takut kau salah memilih hanya karena terbuai oleh harta seseorang.
Kau mengerti tentang apa yang menjadi kekhawatirannya sehingga kau memilih untuk menganggukkan kepala guna membuatnya tenang.
Lagipula, jika kau hanya mengincar harta, sejak awal kau tidak akan pernah menerima Hendery. Well, Suho tidak memiliki kekasih dan kau tahu benar lelaki itu jauh lebih kaya raya dibanding Hendery. Bahkan hadiah berupa cardigan bernilai seribu dollar itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan hadiah-hadiah yang selalu Suho berikan padamu setiap kepulangannya dari luar negeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Her
FanfictionI'm not her, Nor do i want to take her place. Please understand.