*Dialogue with bold and italic are flashback
Kau melihat kearah pintu ruangan tersebut dengan tangan bergetar. Suho yang tak menyadari perubahan sikapmu pun mulai mengetuk pintu ruangan tersebut dengan santai.
"Yuri?" Panggilnya dari balik pintu.
Kau dapat mendengar suara lembut Yuri menyahuti panggilan dari Suho.
"Masuk aja dokter."Suho melirik kearahmu.
"Masuk aja Jen. Udah dibolehin tuh."
"Kakak gabisa nemenin kamu karena kakak mau nyambut dokter tamu dulu. Gapapa kan?"Kau mengangguk sekilas. Lalu melambaikan tanganmu kearahnya.
"Yaudah, kakak pergi sana. Nanti kalo telat dimarahin lagi."Suho tersenyum lebar.
"Byebye lil sis!"Setelah lelaki itu sudah menghilang dari pandanganmu, pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka.
"Dokter kenapa ga masuk—"Ucapan perempuan itu terhenti saat ia tidak menemukan sosok yang ia cari didepan pintu. Udara disekitarnya terasa begitu menyesakkan disaat ia melihatmu berada tepat dihadapannya.
Tentu saja, Jena adalah sosok terakhir yang Yuri inginkan untuk bertemu dengannya disini.
Kau mengulum senyumanmu.
"Kita ketemu lagi... Yuri."Pegangan Yuri pada pintu terlepas. Ia tahu pertemuan ini tidak akan berakhir dengan baik.
•••
Kau menatap sosok yang sedang tertidur dengan damai diatas ranjang rumah sakit.
Kau berdecak kagum. Bahkan dengan keadaan seperti ini perempuan itu masih terlihat luar biasa cantik. Tanganmu menyusuri rel pembatas tempat tidurnya.
"Dia yang namanya Yena?"Yuri menganggukkan kepalanya dengan ragu.
"Kamu kenapa nunduk terus? Ayo liat aku." Ucapmu.
Dengan penuh keraguan perempuan itu mengangkat kepalanya.
"...Maaf, Jena.""Maaf kenapa? Kamu ga salah apa-apa."'
Kau berjalan mendekatinya lalu mulai menggenggam tangan dingin perempuan itu.
"Sekarang jelasin ke aku. Apa hubungan antara kamu, Chaewon, Hendery, Dejun dan Renjun?"Yuri menghembuskan nafasnya dalam.
"Aku rasa ini bukan kapasitas aku buat jelasin semua hal sama kamu, Jen. Aku rasa Hendery, Renjun dan Dejun jauh lebih berhak buat jelasin semua ini ke kamu."Kau tertawa hampa.
"Mereka? Aku ga yakin mereka bakal ngomongin semuanya ke aku."Yuri menggenggam tangan saudara kembarnya.
"Aku cuma bakal ngomong garis besarnya, Jena. Untuk cerita lebih rinci kamu bisa tanya ke mereka karena aku yakin mereka punya penjelasan yang jauh lebih baik dari aku."Perempuan itu menarik nafasnya dalam sebelum kembali berbicara.
"Semuanya berawal dari acara penerimaan masuk SMP."•••
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali kau telah berada didalam ruang kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Her
FanfictionI'm not her, Nor do i want to take her place. Please understand.